Gambaran Umum PKBL BUMN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara

1. Gambaran Umum PKBL BUMN

Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan disebut Badan Usaha Milik Negara BUMN Kemeneg BUMN, 2007. Terdapat 141 BUMN dalam Negara kita yang bergerak di berbagai bidang, mulai bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan hingga usaha jasa. Sesuai dengan komitmennya membantu usaha kecil, pemerintah melalui Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1232KMK.0131989 yang mewajibkan semua BUMN menyisihkan laba sebesar 1-3 persen, untuk pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan Koperasi Pegelkop. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 316KMK.0161994 program ini berganti nama menjadi program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi PUKK, terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05MBU2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang dinamakan sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau PKBL. PKBL pada BUMN merupakan organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan PK dan Program Bina Lingkungan BL yang merupakan bagian dari organisasi BUMN pembina yang berada di bawah pengawasan seorang direksi Kemeneg BUMN, 2007. Terdapat dua program dalam PKBL yaitu Program Kemitraan PK dan program Bina Lingkungan BL. Program Kemitraan adalah pemberian pinjaman lunak dan pembinaan Usaha Kecil untuk meningkatkan kemampuannya agar menjadi tangguh dan mandiri, sedangkan program Bina Lingkungan adalah kegiatan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN Kemeneg BUMN, 2007. PT. Sucofindo merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang jasa surveyor dan memiliki cabang di seluruh Indonesia. Setiap cabang memiliki PKBL sendiri dan dikoordinasi oleh PKBL di kantor pusat. PKBL yang terbesar adalah PKBL Jakarta dengan wilayah kerja meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi Jabodetabek. Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan disebut mitra binaan. Usaha kecil mitra binaan yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan Kemeneg BUMN, 2007 yaitu : 1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- satu milyar rupiah; 2 Milik Warga Negara Indonesia; 3 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; 4 Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi; 5 Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; 6 Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun; 7 Belum memenuhi persyaratan perbankan non bankable. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat pihak-pihak pemangku kepentingan stakeholder pada PKBL. Pemangku kepentingan stakeholder dalam perusahaan seperti diilustrasikan dalam Gambar 1 Wibisono, 2011. Pemangku kepentingan mana yang harus mendapatkan prioritas utama untuk dilayani sangat bervariasi, tergantung pada jenis organisasinya, ketersediaan sumber daya yang dimiliki, dan berbagai perubahan lingkungan usaha yang berlangsung secara terus-menerus. Dari penjelasan di atas maka stakeholder PKBL adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan PKBL seperti: Masyarakat, usaha kecil, Pemerintah kementerian BUMN, manajemen BUMN, dan karyawan PKBL. Gambar 1 Pemangku Kepentingan Utama Wibisono, 2011

2. Tujuan Pembentukan PKBL di BUMN