Gambar 1 Pemangku Kepentingan Utama Wibisono, 2011
2. Tujuan Pembentukan PKBL di BUMN
Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah PP nomor 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan
Pengawasan Perusahaan Jawatan Perjan, Perusahaan Umum Perum dan Perusahaan Perseroan Persero. Pada PP nomor 3 tahun 1983 tersebut di atas
BAB I pasal 2 ayat 2 butir f menyatakan bahwa maksud dan tujuan kegiatan Perum, Perjan dan Persero adalah turut aktif memberikan bimbingan kegiatan
kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi, turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya. Kemudian dilanjutkan dengan diterbitkannya keputusan Menteri sebagai pedoman
pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1232KMK.0131989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang
Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba
sebesar 1-5 persen dari laba setelah pajak. Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program Pembinaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi
Pegelkop. Kemudian,
melalui keputusan
Menteri Keuangan
No.: 316KMK.0161994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan
Usaha Milik Negara, nama program diganti menjadi program PUKK Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi.
Pada tahun 2003 peran BUMN di masyarakat diperkuat dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Senada dengan UU
nomor 3 tahun 1983 pada pasal 2 ayat 1 butir d dan e UU nomor 19 tahun 2003 disebutkan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah menjadi perintis
kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi dan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Dukungan maksud dan tujuan pendirian BUMN di atas tersurat juga pada pasal 88 ayat 1 yang
mencantumkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar
BUMN. Adapun pada ayat duanya menyatakan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diatur dengan Keputusan Menteri. Untuk kegiatan amal atau sosial BUMN dapat berperan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan dalam pasal 90 UU nomor 19 than 2003. Sebagai pelaksanaan dari UU nomor 19 tahun 2003 tersebut, maka
dikeluarkan keputusan Menteri BUMN nomor KEP-236MBU2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan. Keputusan Menteri BUMN nomor 236 tersebut
menjelaskan bahwa
yang dimaksud Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Adapun Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh
BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Pada pasal 2 Kepmen BUMN nomor 236 dikatakan bahwa BUMN
wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Sebagai petunjuk pelaksanaan kedua program tersebut dikeluarkan surat edaran Menteri
Badan Usaha Milik Negara nomor SE 433MBU2003 tanggal 16 September
2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan BL.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor PER-05MBU2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, menegaskan kembali bahwa BUMN dan anak perusahaannya wajib melaksanakan
program kemitraan dan bina lingkungan. Kewajiban ini diikuti dengan wajib membentuk PKBL dan menyusun Standard Operating Procedure SOP untuk
pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi. Di samping itu diwajibkan juga dalam hal:
1 Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran RKA Program Kemitraan dan Program BL;
2 Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan;
3 Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan dan Program BL kepada masyarakat;
4 Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan; 5 Mengadministrasikan kegiatan pembinaan;
6 Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL; 7 Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL
yang meliputi laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada Koordinator BUMN Pembina di wilayah
masing-masing.
3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Sucofindo