Sistem Pengukuran Kinerja PT. Sucofindo

Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian : 1 Aspek Keuangan. 2 Aspek Operasional. 3 Aspek Administrasi. Masing-masing aspek di atas telah dilakukan penetapan tata cara penilaiannya. Tata cara penilaian tingkat kesehatan dilakukan sebagai berikut: a Aspek Keuangan a Total bobot = 70 b Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini, indikator yang dinilai dan masing- masing bobotnya adalah seperti pada Tabel 8 dibawah ini : Tabel 8 Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan No. Indikator Bobot 1. Imbalan kepada pemegang saham ROE 20 2. Imbalan Investasi ROI 15 3. Rasio Kas 5 4. Rasio Lancar 5 5. Periode Koleksi 5 6. Perputaran persediaan 5 7. Perputaran total asset 5 8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 10 Jumlah 70 c Penetapan Skor Masing-masing indikator dalam Tabel 8 memiliki skor yang dirinci pada Tabel 9, 10, dan 11. Nilai ROE 15 mendapatkan skor maksimum yaitu 20, sedangkan nilai ROE 0 mendapatkan skor nol. Nilai ROI sampai dengan 18 dengan skor 0 –15 dan nilai RK 0–35 dengan skor 0–5. Tabel 9 Skor ROE, ROI dan Rasio Kas ROE ROI : Rasio Kas 15 ROE 13 ROE ≤ 15 11 ROE ≤ 13 9 ROE ≤ 11 7,9 ROE ≤ 9 6,6 ROE ≤ 7,9 5,3 ROE ≤ 6,6 4 ROE ≤ 5,3 2,5 ROE ≤ 4 1 ROE ≤ 2,5 0 ROE ≤ 1 ROE 0 = 20 = 18 = 16 = 14 = 12 = 10 = 8.5 = 7 = 5.5 = 4 = 2 = 0 18 ROI 15 ROI ≤ 18 13 ROI ≤ 15 12 ROI ≤ 13 10,5 ROI ≤ 12 9 ROI ≤ 10,5 7 ROI ≤ 9 5 ROI ≤ 7 3 ROI ≤ 5 1 ROI ≤ 3 0 ROI ≤ 1 ROI 0 = 15 = 13.5 = 12 = 10.5 = 9 = 7.5 = 6 = 5 = 4 = 3 = 2 = 0 RK ≥ 35 25 ≤ RK 35 15 ≤ RK 25 10 ≤ RK 15 5 ≤ RK 10 0 ≤ RK 5 = 5 = 4 = 3 = 2 = 1 = 0 Tabel 10 Skor Rasio Lancar, Periode Koleksi dan Perputaran Persediaan Rasio Lancar P. Koleksi hari P. Persediaan hari 125 ≤ RL 110 ≤ RL 125 100 ≤ RL 110 95 ≤ RL 100 90 ≤ RL 95 RL 90 = 5 = 4 = 3 = 2 = 1 = 0 PK ≤ 60 60 PK ≤ 90 90 PK ≤ 120 120 PK ≤ 150 150 PK ≤ 180 180 PK ≤ 210 210 PK ≤ 240 240 PK ≤ 270 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.4 = 1.8 = 1.2 x ≤ 60 60 x ≤ 90 90 x ≤ 120 120 x ≤ 150 150 x ≤ 180 180 x ≤ 210 210 x ≤ 240 240 x ≤ 270 270 x ≤ 300 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.4 = 1.8 = 1.2 = 0.6 Skor untuk rasio lancar mulai dari nol sampai lima untuk nilai rasio lancar 125 mendapatkan skor maksimum yaitu lima dan nilai rasio lancar di bawah 90 mendapat skor nol. Untuk Periode koleksi memiliki skor 1.2 –5 dengan nilai 270-60. Perputaran persediaan memiliki skor 0.6 –5 sedangkan nilainya 300 –60. Tabel 11 Skor Perputaran Total Aset TATO, Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset TMS TATO TMS 120 TATO 105 TATO ≤ 120 90 TATO ≤ 105 75 TATO ≤ 90 60 TATO ≤ 75 40 TATO ≤ 60 20 TATO ≤ 40 TATO ≤ 20 = 5 = 4.5 = 4 = 3.5 = 3 = 2.5 = 2 = 1.5 TMS 0 0 ≤ TMS 10 10 ≤ TMS 20 20 ≤ TMS 30 30 ≤ TMS 40 40 ≤ TMS 50 50 ≤ TMS 60 60 ≤ TMS 70 70 ≤ TMS 80 80 ≤ TMS 90 90 ≤ TMS 100 = 0 = 4 = 6 = 7.25 = 10 = 9 = 8.5 = 8 = 7.5 = 7 = 6.5 Nilai perputaran total aset 20 ke bawah mendapatkan skor minimum yaitu 1.5, sedangkan nilai 120 ke atas mendapatkan skor maksimum lima. Nilai TMS di bawah nol yang berarti masih memiliki hutang untuk modal maka mendapat skor nol. b Aspek Operasional a Total Bobot = 15 b Indikator yang dinilai Indikator yang dinilai meliputi unsur-unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Indikator yang akan digunakan disepakati pada saat Rapat Umum Pemegang Saham RUPS setelah diajukan oleh KomisarisDewan Pengawas. c Jumlah Indikator Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal dua indikator dan maksimal lima indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan, dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut perusahaan telah mencapai tingkatanstandar yang sangat baik, atau karena ada indikator lain yang dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan. d Sifat penilaian dan kategori penilaian Penilaian terhadap masing-masing indikator dilakukan secara kualitatif dengan kategori penilaian dan penetapan skornya sebagai berikut: - Baik sekali BS : skor = 100 x Bobot indikator yang bersangkutan - Baik B : skor = 80 x Bobot indikator yang bersangkutan - Cukup C : skor = 50 x Bobot indikator yang bersangkutan - Kurang K : skor = 20 x Bobot indikator yang bersangkutan Definisi untuk masing-masing kategori penilaian secara umum adalah sebagai berikut : - Baik sekali : Sekurang-kurangnya mencapai standar normal atau di atas normal baik diukur dari segi kualitas waktu, mutu dan sebagainya dan kuantitas produktivitas, rendemen dan sebagainya. - Baik : Mendekati standar normal atau sedikit di bawah standar normal namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kuantitas produktivitas, rendemen dan sebagainya maupun kualitas waktu, mutu dan sebagainya. - Cukup : Masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi kualitas waktu, mutu dan sebagainya namun kuantitas produktivitas, rendemen dan sebagainya dan mengalami perbaikan dari segi kualitas dan kuantitas. - Kurang : Tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal c Aspek Administrasi a Total Bobot = 15 b Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Dalam penilaian aspek administrasi, indikator yang dinilai dan masing- masing bobotnya adalah seperti pada Tabel 12. Tabel 12 Daftar Indikator dan Bobot Aspek Administrasi No. Indikator Bobot 1. Laporan Perhitungan Tahunan 2. Rancangan RKAP 3. Laporan Periodik 4. Kinerja PUKK 3 3 3 6 TOTAL 15 c Metode Penilaian i. Laporan Perhitungan Tahunan Standar waktu penyampaian perhitungan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus sudah diterima oleh Pemegang Saham untuk persero atau Menteri BUMN untuk perum paling lambat akhir bulan kelima sejak tanggal tutup buku tahun yang bersangkutan. Penentuan nilai waktu penyampaian laporan pada Tabel 13. Tabel 13 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Jangka Waktu Laporan Audit Diterima Skor - sampai dengan akhir bulan keempat sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup - sampai dengan akhir bulan kelima sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup - lebih dari akhir bulan kelima sejak tahun buku perhitungan tahunan ditutup 3 2 ii. Rancangan RKAP Sesuai ketentuan pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998, pasal 27 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1998, RUPS untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM dalam pengesahan rancangan RKAP tahunan harus sudah diterima 60 hari sebelum memasuki tahun anggaran yang bersangkutan. Penentuan nilai waktu penyampaian rancangan RKAP pada Tabel 14. Tabel 14 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Rancangan RKAP Jangka waktu surat diterima sampai dengan memasuki tahun anggaran yang bersangkutan Skor - 2 bulan atau lebih cepat - kurang dari 2 bulan 3 iii. Laporan Periodik Waktu penyampaian laporan periodik triwulanan harus diterima oleh KomisarisDewan Pengawas dan Pemegang Saham untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM paling lambat 1 satu bulan setelah berakhirnya periode laporan. Penentuan nilai waktu penyampaian laporan periodik pada Tabel 15. Tabel 15 Daftar Penilaian Waktu Penyampaian Laporan Periodik Jumlah keterlambatan dalam 1 tahun Skor Lebih kecil atau sama dengan 0 hari 0 x ≤ 30 hari 30 x ≤ 60 hari 60 hari 3 2 1 iv. Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi PUKK Indikator yang dinilai pada Tabel 16. Tabel 16 Indikator Kinerja PUKK Indikator Bobot Efektivitas penyaluran Tingkat kolektibilitas pengembalian Pinjaman 3 3 Metode penilaian masing-masing indikator: a Efektivitas penyaluran dana. Rumus: Jumlah dana yang disalurkan x 100 Jumlah dana yang tersedia Definisi jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri atas: 1 Saldo awal; 2 Pengembalian pinjaman; 3 Setoran sisa pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan termasuk alokasi dana PUKK BUMN lain, jika ada; dan 4 Pendapatan bunga dari pinjaman PUKK. Adapun definisi jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan pinjaman, termasuk dana penjaminan dana yang dialokasikan untuk menjamin pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan. Penilaian tingkat penyerapan dana PUKK dikelompokkan ke dalam empat katagori, yaitu: di atas 90 persen diberi skor tiga, antara 85 sampai dengan 90 persen diberi skor dua, antara 80 sampai dengan 85 persen diberi skor satu, dan di bawah 80 persen diberi skor nol. b Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100 Jumlah pinjaman yang disalurkan Definisi rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara bobot kolektibilitas dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut: 1 Lancar 100; 2 Kurang lancar 75; 3 Ragu-ragu 25; dan 4 Macet 0. Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Penilaian tingkat pengembalian dana PUKK dikelompokkan ke dalam empat katagori yaitu: di atas 70 persen diberi skor tiga, antara 40 sampai dengan 70 persen diberi skor dua, antara 10 sampai dengan 40 persen diberi skor satu, dan di bawah 10 persen diberi skor nol.

3. Sistem Pengukuran Kinerja PKBL

Sampai saat ini sistem pengukuran kinerja PKBL merupakan bagian dari sistem penilaian kesehatan BUMN yang dicantumkan dalam keputusan Kementerian Negara BUMN nomor Kep-100MBU2002. Dalam keputusan menteri tersebut sistem pengukuran kinerja PKBL masuk ke dalam penilaian pada aspek administrasi. Hal ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-236MBU2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu pada BAB IX KINERJA PROGRAM KEMITRAAN pada Pasal 27 yaitu: 1 Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina, dan 2 Perhitungan kinerja Program Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengacu kepada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-100MBU2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Akan tetapi sejak tahun 2007 telah terdapat rencana pengembangan sistem pengukuran kinerja program kemitraan. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu pada bab ix kinerja program kemitraan Pasal 30 yaitu: 1 Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina. 2 Perhitungan kinerja Program Kemitraan akan diatur kemudian oleh Menteri. Sangat disayangkan sampai saat ini belum ada peraturan menteri yang menjadi petunjuk tentang perhitungan kinerja program kemitraan sebagaimana direncanakan pada pasal 30 ayat 2 di atas. Dari uraian di atas jelas diketahui bahwa pengukuran kinerja PKBL BUMN merupakan bagian dari penilaian tingkat kesehatan BUMN dan masuk ke dalam penilaian pada aspek administrasi dengan indikator efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman. Sampai saat ini belum ada peraturan menteri yang diterbitkan sebagai petunjuk perhitungan kinerja PKBL sebagaimana direncanakan. Diketahui pula, bahwa telah ada rencana pembuatan sistem pengukuran kinerja program kemitraan hal ini menunjukkan bahwa memang dirasakan bahwa pengukuran kinerja saat ini sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangan sistem pengukuran kinerja organisasi seperti yang dikemukakan oleh Wibisono 2011 bahwa fokus pengelolaan perusahaan saat ini bukan lagi hanya pada kepentingan pihak tertentu tetapi berkembang untuk kepentingan semua pihak stakeholder. Terlebih pada perusahaan pelayanan publik yang dikelola pemerintah yang jelas-jelas untuk melayani masyarakat dan menggunakan dana masyarakat. Dikuatirkan pengukuran kinerja yang hanya fokus pada kepentingan pihak tertentu akan mengakibatkan disfungsi organisasi yang merugikan stakeholder lain, termasuk masyarakat. Sebagai contoh dalam penerapan evaluasi system pengukuran kinerja di Bank Tabungan Negara BTN cabang solo Putri, 2008, menggunakan balance scorecard untuk mengakomodir aspek non keuangan. Meskipun BTN merupakan lembaga keuangan tetapi menyadari bahwa pengukuran kinerja yang hanya berfokus pada aspek keuangan saja untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Apalagi bank merupakan perusahaan jasa seperti halnya PT. Sucofindo, dimana pelanggan merupakan komponen penting dalam kelangsungan bisnisnya.

B. Identifikasi Harapan Stakeholder kepada PKBL

1. Harapan Stakeholder

Survei harapan stakeholder dilakukan terhadap responden yang dipilih secara purposive. Untuk stakeholder masyarakat jumlah responden adalah 31 responden yang terdiri dari pakar, praktisi dan orang yang dipandang mengetahui tentang PKBL BUMN. Stakeholder usaha kecil jumlah responden adalah 32 responden yang terdiri