Analytical Hierarchy Process AHP

comparisons Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif Saaty dalam Marimin, 2005. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut saaty 1983 dalam Marimin 2005 untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah sebagai berikut: Nilai 1 adalah kriteriaalternatif A sama dengan kriteriaalternatif B Nilai 3 adalah A sedikit lebih penting dari B Nilai 5 adalah A jelas lebih penting dari B Nilai 7 adalah A sangat jelas lebih penting dari B Nilai 9 adalah A mutlak lebih penting dari B Adapun nilai 2, 4, 6, 8 adalah apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan. Berikut penjelasan langkah-langkah metode AHP, yakni: a Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan calon pejabat struktural. b Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. c Menjumlah matriks kolom. d Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus, masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom. e Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus, menjumlah matriks baris hasil langkah ke d dan hasilnya dibagi dengan jumlah kriteria. f Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan. g Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria, sehingga akan ada sebanyak n buah matriks berpasangan antar alternatif. h Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masing-masing matriksnya dijumlah per kolomnya. i Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah d dan langkah e. j Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus, masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah b dikalikan dengan nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ 1, λ 2, λ 3, ….., λ n. k Menghitung Lamda max dengan rumus: λmax = ∑λ n l Menghitung Consistensy Index CI dengan rumus : CI = λmax n-1 m Menghitung Consistency Ratio CR dengan rumus: CR = CI RI, RI= Random Index dari tabel RI, pada Lampiran 12, Jika CR 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR ≥ 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.

3. Focus Group Discussion

FGD Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD m erupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang fasilitator. FGD dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dalam suatu penelitian terhadap fokus masalah yang diteliti. Kehadiran orang lain menjadi “penolong” terhadap kelemahan pemikiran pribadi Bungin, 2007. Dalam proses FGD melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap persoalan yang didiskusikan. Penentuan peserta FGD berkaitan dengan beberapa hal, yaitu keahliankepakaran, pengalaman, pribadi terlibat, tokoh otoritas, dan masyarakat Bungin, 2007. Dalam penelitian ini FGD digunakan untuk menetapkan standar nilai yang digunakan untuk menentukan skor penilaian. Standar nilai ditetapkan dalam diskusi dengan memperhatikan data sejarah dari tiap-tiap indikator yang menjadi acuan penilaian.

4. Objective Matrix OMAX

Objective Matrix OMAX dikembangkan oleh James L. Riggs berdasarkan pendapat bahwa penilaian adalah fungsi dari beberapa faktor kinerja yang berlainan. Konsep dari pengukuran ini yaitu penggabungan beberapa kriteria kinerja ke dalam sebuah matriks. Setiap kriteria kinerja memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi. Hasil akhir dari pengukuran ini adalah nilai tunggal organisasi. Dengan menggunakan Omax, pihak manajemen dapat dengan mudah menentukan kriteria apa yang menjadi ukuran. Pada akhirnya pihak manajemen dapat mengetahui organisasi yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria. Penentuan kriteria penilaian dilakukan dengan pengembangan skorangka. Skor OMAX terletak pada rentang nol sampai dengan10, dimana nilai nol menunjukkan bahwa kinerja sangat jauh di bawah target kinerja terjelek dan nilai 10 kinerja terbaik atau menunjukkan kinerja telah mencapai target dan jauh melampaui target. Nilai satu sampai dengan sembilan merupakan nilai interpolasi antara nilai nol dan 10. Penentuan target dan nilai pada skor OMAX dilakukan dengan Focus Group Discussion FGD.