pendapatan  daerah  semata  sehingga  prinsip-prinsip  yang  menjadi  dasar  dari pengelolaan kawasan konservasi menjadi terabaikan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusun sebuah kerangka pemikiran seperti  yang  tertuang  pada  Gambar  1.  Kerangka  pemikiran  ini  didasarkan  pada
pencadangan  Nusa  Penida  sebagai  kawasan  konservasi  perairan  yang  dikelola oleh  pemerintah  daerah.  Pengelolaannya  ini  akan  dianalisis  apakah  sudah  sesuai
dengan  prinsip-prinsip  ekowisata  atau  belum  dengan  menggunakan  indeks kesesuaian  ekowisata  bahari  dengan  daya  dukung  kawasan  di  Nusa  Penida  dan
dibandingkan  dengan  kondisi  aktual  atau  eksisting  apakah  sudah  mempunyai dampak  kepada  peningkatan  kesejahteraan  masyarakat  pesisir  dan  kesadaran
masyarakat untuk menjaga kelestarian dan kealamian alam yang tersedia di Nusa Penida.    Berdasarkan  analisis  gap  yang  dilakukan  maka  di  buat  rekomendasi
pengelolaan  kawasan  konservasi  perairan  di  Nusa  Penida  dengan  tujuan  untuk memanfaatkan kawasan konservasi tersebut secara optimal. Adapun kerangka alur
pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka alur pikir penelitian
Kesejahteraan Masyarakat
Pencadangan Kawasan Konservasi  Perairan di Nusa Penida Peraturan Bupati Kab. Klungkung No. 12 Tahun 2010
Pemanfaatan Berbasis Ekowisata
Pemanfaatan Aktual Existing Potensi Wisata Bahari
Analisis Gap Analisis Kesesuaian  Daya
Dukung Ekowisata Bahari
Sesuai Prinsip
Ekowisata
Rekomendasi Pengelolaan Pemanfaatan
Optimal
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kawasan Konservasi Perairan KKP
2.1.1 Pengertian Kawasan Konservasi Perairan
Kawasan konservasi perairan merupakan terjemahan Pemerintah Indonesia yang  berasal  dari  istilah  Marine  Protected  Area  MPA  yang  didefinisikan  pada
World  Wilderness  Congress Ke-4  dan  diadopsi  oleh  International  Union  for
Conservation  of  Nature IUCN  dalam  General  Assembly  pada  tahun  1994,
adalah  suatu  daerah  intertidal  atau  subtidal  beserta  flora  dan  fauna,  dan penampakan  sejarah  serta  budaya,  yang  dilindungi  secara  hukum  atau  cara  lain
yang  efektif,  untuk  melindungi  sebagian  atau  seluruh  lingkungan  disekitarnya Kelleher, 1999; Kasasiah, 2013.
International Union for Conservation of Nature tahun 2008 IUCN, 2008
telah merevisi defenisi Marine Protected Area MPA dari yang sebelumnya pada tahun  1994  menjadi  Sebuah  kawasan  yang  memiliki  batas  geografis  yang  jelas
yang diakui, diperuntukkan dan dikelola, baik secara formal maupun tidak formal, agar dalam jangka panjang melindungi alam berikut jasa-jasa ekosistem dan nilai-
nilai  budayanya.  Menurut  FAO  2011,  terdapat  beberapa  perbedaan  KKP  di beberapa  negara,  di  Filipina  kawasan  konservasi  merupakan  daerah  laut  yang
spesifik  yang  dilindungi  hukum  dan  cara  efektif  lainnya  serta  pelaksanannya dipandu  dengan  aturan  spesifik  atau  panduan  untuk  mengelola  aktivitas  dan
melindungi  sebagian  dari  seluruh  wilayah  pesisir  dan  lingkungan  laut.  Brazil mengategorikan KKP ke dalam dua daerah yaitu daerah tanpa penangkapan inti
no-take zone dan daerah untuk pemanfaatan berkelanjutan, sedangkan di Senegal, KKP  merupakan  kawasan  perlindungan  dengan  dasar  keilmuan  untuk  generasi
sekarang  dan  akan  datang,  dari  sumberdaya  alami  dan  budaya  serta  ekosistem yang menunjukkan lingkungan laut.
Peraturan  Pemerintah  PP  Nomor  60  Tahun  2007  mendefenisikan kawasan  konservasi  perairan  sebagai  suatu  kawasan  perairan  yang  dilindungi,
dikelola  dengan  sistem  zonasi,  untuk  mewujudkan  pengelolaan  sumberdaya  ikan dan  lingkungannya  secara  berkelanjutan.  Kawasan  yang  dilindungi  melalui
definisi  ini  mencakup  tidak  hanya    kawasan  laut  namun  juga  perairan  secara umum, termasuk sungai dan danau.  Sedangkan pada Peraturan Menteri Kelautan
dan  Perikanan  Permen  KP  Nomor  17  Tahun  2008  mendefenisikan  kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai
ciri  khas  tertentu  sebagai  satu  kesatuan  ekosistem  yang  dilindungi,  dilestarikan danatau  dimanfaatkan  secara  berkelanjutan  untuk  mewujudkan  pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.
2.1.2 Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Syms dan Jones 2001 menyatakan bahwa terumbu karang sebagai habitat dari  berbagai  ikan  karang  memiliki  korelasi  positif  terhadap  kelimpahan  ikan
karang.  Jika terjadi gangguan terhadap habitat ekosistem terumbu karang maka populasi ikan akan bergerak untuk berpindah ke lokasi yang lebih nyaman.  Selain
manfaat  terhadap  ekosistem,  kawasan  konservasi  juga  bermanfaat  terhadap kegiatan  ekowisata.    Kegiatan  ekowisata  yang  biasa  dilakukan  di  kawasan
terumbu  karang  yaitu  menyelam  dan  snorkling.  Gao  dan  Hailu  2011 mengemukakan  bahwa  kondisi  ekosistem  karang  yang  baik  akan  meningkatkan
kekayaan  ikan  yang  selanjutnya  akan  meningkatkan  kegiatan  wisata  sebagai contoh wisata sport fishing.
Jennings  2009  menguraikan  fungsi  utama  dalam  pengelolaan  adalah untuk  memodifikasi  tekanan-tekanan  manusia  terhadap  ekosistem  sumberdaya
maka  berbagai  model  pengelolaan  telah  dilakukan,  salah  satunya  adalah pembentukan kawasan konservasi, telah diusulkan untuk mendukung pengelolaan
yang  lestari  dan  berkelanjutan.  Daerah  Perlindungan  laut  diakui  diseluruh  dunia, sebagai desain untuk melindungi sumberdaya dengan cara melindungi habitatnya,
serta  dapat  menyelesaikan  masalah  konflik  sumberdaya  dan  salah  satu  upaya pengembalikan  sumberdaya  yang  telah  tereklpoitasi  serta  kawasan  yang
terdegradasi Maliao et al. 2004.
Angulo-Valdes  and  Hatcher  2010  menyebutkan  bahwa  ada  99  manfaat yang  dapat  dirasakan  dengan  adanya  kawasan  konservasi  perairan  yang  terbagi
dalam 9 kategori utama yaitu manfaat terhadap perikanan, non-perikanan, manfaat kepada  pengelola,  pendidikan  penelitian,  budaya,  proses,  manfaat  kepada
ekosistem,  serta  manfaat  kepada  spesies  dan  populasi.  Menurut  Eagles  et  al. 2002  bahwa  ketertarikan  wisatawan  berkunjung  ke  lokasi  ekowisata  dapat
memberikan  manfaat  kepada  masyarakat  dan  lingkungan  yang  dijadikan  sebagai kawasan konservasi Tabel 1.
Tabel 1. Manfaat potensial dari  ekowisata di kawasan konservasi
Kategori Manfaat
Jenis  Manfaat  Ekowisata  bagi  Masyarakat  dan Lingkungan
Meningkatkan   - Peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat lokal perekonomian   - Peningkatan pendapatan
masyarakat - Wisatawan dapat merangsang perkembangan usaha baru
- Mendorong produksi barang-barang lokal - Mendapatkan pasar baru untuk menghasilkan devisa
- Memperbaiki standar hidup masyarakat stempat - Menghasilkan pajak lokal
- Pekerja dimungkinkan memperoleh keterampilan baru - Menghasilkan pembiayaan untuk kawasan konservasi dan
untuk masyarakat lokal Melindungi
alam dan -  Melindungi  proses  ekologis  teristerial  maupun  aliran
sungai Warisan
budaya -  Memelihara  keanekaragaman  hayati  genus,  spesies  dan
ekosistem -  Melindungi,  memelihara,  nilai  budaya  dan  membangun
warisan  sumberdaya - Menciptakan nilai ekonomi dan perlindungan sumberdaya
-  Menyebarkan  nilai-nilai  konservasi  seperti  pendidikan dan penafsiran