Nilai indeks kematian karang yang mendekati nol menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup, sedangkan nilai yang
mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati.
3.3.4 Kelimpahan Ikan Karang
Kelimpahan ikan karang akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Kelimpahan suatu ikan karang =
3.3.5 Indeks Kesesuaian Ekowisata Bahari
Penentuan suatu kegiatan pemanfaatan yang dilakukan pada suatu kawasan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya.
Demikian halnya jika kawasan tersebut akan dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari maka perlu dianalisis dengan menggunakan rumus Indeks kesesuaian
ekowisata bahari yang mengacu pada Yulianda et al. 2010, sebagai berikut :
∑ [ ]
Dimana : IKW
= Indeks Kesesuaian wisata
Ni =
nilai parameter ke-i bobot x skor N
maks
= nilai maksimum dari suatu kategori wisata.
Dalam menentukan kesesuaian ekowisata bahari ini tidak terlepas dari bantuan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan acuan kriteria kesesuaian
setiap peruntukkan. Adapun matriks kesesuaian yang digunakan secara lengkap disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 berikut :
Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata selam
Parameter Bobot
S1 Skor
S2 Skor
S3 Skor
N Skor
Kecerahan Peraian
5 80
3 50-80
2 20- 50
1 20
Tutupan Komunitas
Karang 5
75 3
50-75 2
25-50 1
25 Jenis life form
3 12
3 7-12
2 4-7
1 4
Jenis Ikan Karang 3
100 3
50-100 2
20- 50 1
20 Kecepatan
Arus cmdet
1 0-15
3 15-30
2 30-50
1 50
Kedalaman terumbu karang
1 6-15
3 15-20
2 20-30
1 30
Sumber : Yulianda et al. 2010
Keterangan : Nilai Maksimum : 54
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - 75 Kategori TS S3 N : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW 50
Tabel 4. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata snorkling
Parameter Bobot
S1
Skor
S2 Skor
S3 Skor
N Skor
Kecerahan Peraian
5 100
3 80-100
2 20- 80
1 20
Tutupan Komunitas
Karang 5
75 3
50-75 2
25-50 1
25 Jenis life form
3 12
3 7-12
2 4-7
1 4
Jenis Ikan Karang 3
50 3
30-50 2
10- 30 1
10 Kecepatan Arus
cmdet 1
0-15 3
15-30 2
30-50 1
50 Kedalaman
terumbu karang 1
1-3 3
3-6 2
6-10 1
10; 1
Lebar Hamparan dasar karang m
1 500
3 100-
500 2
20-100 1
20 Sumber : Yulianda et al. 2010
Keterangan : Nilai Maksimum : 57
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - 75 Kategori TS S3 N : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW 50
Tabel 5. Matriks kesesuaian area untuk wisata pantai kategori rekreasi
Parameter Bobot
S1 Skor
S2 Skor
S3 Skor
N Skor
Kedalaman Perairan m
5 0-3
3 3-6
2 6-10
1 10
Tipe Pantai 5
Pasir putih
3 Pasir
putih, sedikit
karang 2
Pasir hitam,
berkarang, sedikit
terjal 1
Lumpur, berbatu,
terjal Lebar Pantai
m 5
15 3
10-15 2
3-10 1
3 Material
dasar perairan 3
Pasir 3
Karang berpasir
2 Pasir
berlumpur 1
Lumpur Kecepatan
Arus mdet 3
0-0,17 3
0,17- 0,34
2 0,34-0,51
1 0,51
Parameter Bobot
S1 Skor
S2 Skor
S3 Skor
N Skor
Kemiringan pantai
3 10
3 10-25
2 25-45
1 45
Kecerahan Perairan
1 10
3 5-10
2 3-5
1 2
Penutupan lahan pantai
1 Kelap
a, lahan
terbuk a
3 Semak
belukar, rendah,
savanna 2
Belukar tinggi
1 Hutan
bakau, pemuki
man, pelabuh
an Biota
berbahaya 1
Tidak ada
3 Bulu
babi 2
Bulu babi ikan pari
1 Bulu
babi, ikan
pari, lepu, hiu
Keterse diaan air tawar
1 0,5
3 0,5 -1
2 1-2
1 2
Sumber : Yulianda et al. 2010
Keterangan : Nilai Maksimum : 90
Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100
Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - 75 Kategori TS S3 N : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW 50
3.3.6
Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari
Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil PPK
secara lestari. Mengingat pengembangan ekowisata bahari tidak bersifat mass tourism
, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung terbatas, maka perlu daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung
pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan DDK Yulianda et.al., 2010. Selanjutnya dikatakan bahwa konsep
daya dukung ekowisata bahari mempertimbangkan dua hal, yaitu 1 kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia, dan 2 keaslian
sumberdaya alamnya.
Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata bahari yaitu menggunakan konsep daya dukung kawasan DDK
dimana Daya Dukung Kawasan DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu
tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Secara matematis DDK diformulasikan sebagai berikut Yulianda et.al., 2010.
DDK = K x x
Dimana : DDK = Daya dukung kawasan orang
K = Potensi Ekologis pengunjung per unit area orang
L
p
= Luas area yang dapat dimanfaatkan m
2
L
t
= Unit area untuk kategori tertentu m
2
W
t
= Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari jamhari
W
p
= Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu jamhari.
Potensi ekologis pengunjung K sangat ditentukan oleh kondisi sumberdaya alam dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan dan luas area yang
dapat digunakan oleh pengunjung wisatawan Lt harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir pengunjungwisatawan sehingga keaslian
alam tetap terjaga Tabel 6. Setiap melakukan kegiatan ekowisata, seperti snorkling, diving dan wisata pantai para pengunjungwisatawan membutuhkan
ruang gerak yang nyaman untuk beraktivitas dalam menikmati keindahan dan keaslian alam yang tersedia. Dalam melakukan aktivitas tersebut maka setiap
kategori aktivitas ekowisata dibatasi oleh waktu Tabel 7.
Tabel 6. Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan
Jenis Kegiatan K
∑ pengunjung Unit area
Lt Keterangan
Selam Diving 2
2000 m
2
Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m Snorkling
1 500 m
2
Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Rekreasi Pantai
1 50 m
1 orang tiap 50 m panjang pantai Sumber : Yulianda et al. 2010
Tabel 7. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
Jenis Kegiatan Waktu yang dibutuhkan W
p
Jam Total Waktu satu hari W
t
Jam
Selam Diving 2
8 Snorkling
3 6
Rekreasi Pantai 3
6 Sumber : Yulianda et al. 2010
3.3.7 Evaluasi Kegiatan Kawasan Konservasi Perairan Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir yang Berada Pada Kawasan Nusa Penida
Tingkat kesejahteraan masyarakat pada penelitian ini dibedakan atas 3
tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Indikator ini diadopsi dari indikator kesejahteraan Badan Pusat Statistik BPS, 2011. Tingkat kesejahteraan
masyarakat lokalmasyarakat setempat dilihat berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan, yang meliputi: tingkat pendapatanpenghasilan keluarga, tingkat
konsumsipengeluaran keluarga, pendidikan keluarga, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. Indikator-indikator tersebut dianalisis secara deskriptif
dengan sistem skor yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Indikator kesejahteraan ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat
No Indikator Kesejahteraan
Skor Bobot
1 Tingkat Pendapatan penghasilan
Keluarga : Diukur dari besarnya
pendapatan RT perkapita dalam sebulan di bagi
kedalam tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah.
- Rp. 433.333 - Tinggi
3 6
- Rp. 216.666 – Rp. 433.333 - Sedang
2 - Rp.216.666
- Rendah 1
2 Tingkat Konsumsipengeluaran
Keluarga : Diukur dari besarnya
pengeluaran RT perkapita dalam sebulan berpedoman pada data
Susenas 2011 yang digunakan BPS dalam penentuan Desa tertinggal di Indonesia
- Rp. 1.000.000
- Tinggi 3
5 -
Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000
- Sedang 2
- Rp 100.000 - Rp. 500.000,-
- Rendah 1
3 Pendidikan Keluarga :
- 60 jumlah anggota keluarga tamat SD
- Tinggi 3
4 - 30 - 60 jumlah anggota
keluarga tamat SD - Sedang
2 - 30 jumlah anggota keluarga
tamat SD - Rendah
1 4
Kesehatan Keluarga : -. 25 Jumlah anggota keluarga
sering sakit - Tinggi
3 3
-. 25 - 50 jumlah anggota keluarga sering sakit
- Sedang 2
-. 50 jumlah anggota keluarga sering sakit
- Rendah 1