5.4.3 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Wisata Pantai
Rekreasi Kawasan wisata Nusa Penida memiliki pemandangan pantai yang indah
karena diselimuti oleh pasir putih. Namun, pengelolaannya tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena hampir semua lokasi pantai masih
dalam kondisi kotor dan belum dikelola secara baik. Berdasarkan hasil survei dan analisis kesesuaian dari keempat pantai yang dijadikan sebagai sampling, Desa
Sakti memiliki skor tertinggi untuk kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi dengan nilai IKW sekitar 83,33 Tabel 13. Hasil ini sangat sesuai dengan
kondisi dilapangan kondisi eksisting karena Desa Sakti yang dikenal dengan nama site Crystal Bay Penida memiliki pantai yang indah yang menyerupai
kristal sehingga penamaan site ini dikenal dengan sebutan Crystal Bay.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian hampir semua parameter untuk kategori wisata pantai di Desa Sakti memiliki skor 3 kecuali kecepatan arus yang
menjadi ciri khas di seluruh perairan Nusa Penida. Kecepatan arus di perairan Nusa Penida tergolong deras dan di Desa Sakti sendiri kecepatan arusnya berkisar
antara 0,875 mdet sampai dengan 1,021 mdet. Tabel 13. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori wisata pantai
rekreasi
Nama Lokasi Jumlah
Skor Nilai
Maksimum IKW
Kategori
Desa Toyapakeh 64
90 71,11
Sesuai S2 Desa Ped
53 90
58,89 Sesuai S2
Desa Sakti 75
90 83,33
Sangat Sesuai S1
Desa Jungut Batu
65 90
72,22 Sesuai S2
Nilai kesesuaian yang tinggi untuk kategori wisata pantai dalam hal ini untuk rekreasi pantai di Desa Sakti disebabkan oleh tingginya nilai pada setiap
parameter yang diukur seperti kedalaman perairan yang tidak lebih dari 3 meter, tipe pantai pasir putih yang menyerupai batu kristal, kecerahan perairan yang
tinggi sehingga dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dengan kasat mata serta lebar pantai 19,2 meter dan kemiringan pantai sebesar 15
Gambar 8.
Gambar 8. Pantai di Desa Sakti Crystal Bay
5.4.4 Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari
Daya dukung kawasan diartikan sebagai kemampuan suatu kawasan untuk menampung atau menerima sejumlah wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata
tanpa mengganggu atau merusak alamlingkungan yang ada di kawasan tersebut. Dengan menganalisis daya dukung kawasan berarti menghitung beban maksimal
atau optimum dari wisatawan yang dapat di tolerir oleh alam, sehingga alam dapat dengan mudah untuk memulihkan keadaan atau kondisinya.
Analisis daya dukung ini ditujukan kepada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil
secara lestari. Mengingat model pengelolaan ekowisata bahari tidak bersifat mass tourism
dimana pemanfaatan sumberdaya dan ruang bagi pengunjung atau wisatawan sangat terbatas, maka sangat perlu dilakukan analisis untuk
menentukan daya dukung kawasan Yulianda et al. 2007. Daya dukung kawasan akan sangat menentukan keberlanjutan dari
kegiatan ekowisata bahari itu sendiri dan daya dukung untuk setiap kawasan akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya serta dipengaruhi oleh jenis
kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan. Menghitung daya dukung kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata sangat perlu dilakukan untuk mengurangi
tekanan akibat dari aktifitas pengunjung di kawasan wisata. Pendapat ini didukung oleh Scheleyer dan Tomalin 2000; Zakai dan Chadwick 2002 yang
mengatakan bahwa salah satu upaya dalam mengurangi tekanan dari aktifitas yang dapat merusak karang atau ekosistem yaitu dengan cara membatasi waktu wisata
diving
dan snorkling. Sejalan dengan hal tersebut, Maldonado dan Montagnini 2006 menyatakan bahwa daya dukung merupakan suatu ukuran batas maksimal
penggunaan suatu area berdasarkan kepekaan atau toleransinya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami diantaranya ketersediaan sumber makanan, tempat
berlindung, ketersediaan air tawar dan ruang untuk beraktivitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari The Nature Conservancy Indonesia Marine Program TNC-IMP 2010 menyatakan bahwa luas total terumbu karang
di Nusa Penida adalah sekitar 1.419 hektar atau sekitar 14.190.000 m
2
. Dari luas tersebut yang dimanfaatkan untuk aktifitas diving dan snorkling seluas
12.212.740 m
2
atau sekitar 1.221,274 hektar. Hasil perhitungan daya dukung kawasan di Nusa Penida dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Daya dukung kawasan di Nusa Penida kategori selam diving, snorkeling
dan rekreasi pantai No. Jenis Kegiatan Ekowisata
DDK 1
Selam 153 oranghari
2 Snorkling
212 oranghari 3
Rekreasi Pantai 122 oranghari
Total 487 oranghari
177.755 orangtahun 365 hari Hasil analisis daya dukung kawasan DDK di Nusa Penida diperoleh
bahwa kegiatan ekowisata selam maksimum dimanfaatkan oleh 153 oranghari
7.50 IN 10 AS
7.50 UK 9 JG
1.50 SW 7.50 RC
3 PR 4.50 JE
41.80 AU 3 DE
1.50 BE 1.50 KA
1.50 KO Indonesia IN
Amerika AS Inggris UK
Jepang JG Swiss SW
Rep. Ceko RC Perancis PR
Jerman JE Australia AU
Denmark DE Belanda BE
Kanada KA Kolombia KO
dengan sebaran pemanfaatan oleh pengunjung pada spot atau site penyelaman dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan untuk kegiatan ekowisata snorkling dan
rekreasi pantai masing-masing adalah 212 oranghari dan 122 oranghari.
6 PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
NUSA PENIIDA
6.1 Karakteristik Wisatawan di Kawasan Nusa Penida
Wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida berasal dari berbagai negara di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian yaitu pada bulan
November-Desember 2012 dan Februari 2013 dengan menggunakan kuisioner ada 13 negara termasuk Indonesia yang berkunjung di Nusa Penida yaitu Australia,
Amerika, Jepang, Inggris, Republik Cheko, Jerman, Perancis, Swiss, Denmark, Belanda, Kanada, dan Kolombia.
Gambar 9 menunjukkan bahwa pengunjung terbanyak berasal dari negara Australia yaitu sebesar 41,8 atau 28 responden dari 67 responden yang ditemui
saat penilitian ini dilakukan. Data ini sama dengan data yang dimiliki oleh Friends of the National Parks Foundation FNPF, Nusa Penida yang mencatat bahwa
pada tahun 2012 wisatawan yang banyak berkunjung di kawasan Nusa Penida adalah berasal dari Australia. Banyaknya wisatawan yang berasal dari Australia
itu karena secara geografis jarak antara Indonesia Nusa Penida, Bali dengan Australia lebih dekat dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia.
Gambar 9. Persentase wisatawan yang berkunjung di Kawasan Konservasi
Perairan Nusa Penida berdasarkan asal negara