laut. Berdasarkan pengelompokkan tersebut, dari 576 jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Nusa Penida, ikan mayor menjadi ikan yang terbanyak
ditemukan yaitu sekitar 331 jenis 57,47 , kemudian ikan target sekitar 209 jenis 36,28 sedangkan ikan indikator sekitar 36 jenis 6,25 .
Hasil kajian ekologi laut secara cepat oleh Allen dan Erdmann 2009 menemukan 576 jenis ikan di perairan Nusa Penida yang terdiri dari 68 famili,
dan 5 diantaranya adalah jenisspesies baru yang belum ada namanya. Dari 68 famili yang ditemukan terdapat 8 famili yang dominan yaitu Labridae 94 jenis,
Acanthuridae 36 jenis, dan Serranidae 32 jenis yang merupakan kelompok ikan target, Chaetodontidae 36 Jenis yang merupakan ikan indikator,
Pomacentridae 86 jenis, Gobiidae 24 jenis, Apogonidae 22 jenis dan Scaridae 21 jenis yang merupakan ikan mayor.
Ditemukannya ikan dari famili Chaetodontidae yang merupakan ikan indikator pada perairan Nusa Penida menandakan bahwa kondisi terumbu karang
di perairan ini cukup baik. Kehadiran spesiesjenis ikan dari famili Chaetodontidae yakni ikan kepe-kepe merupakan salah satu indikator bahwa
terumbu karang di perairan Nusa Penida masih sehat. Semakin tinggi keragaman jenis dari ikan indikator pada suatu perairan maka semakin tinggi pula tingkat
kesuburan dari terumbu karang di perairan tersebut.
Gambar 6 diatas menunjukkan kelimpahan ikan karang di Nusa Penida pada tahun 2010 hingga 2012. Stasiun pengamatan Atuh menjadi stasiun yang
kelimpahan ikan karangnya dari tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan, sedangkan pada lokasi pengamatan lainnya terjadi fluktuasi. Pada tahun 2012
kelimpahan rata-rata ikan karang sebesar 11.430 indha lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2010 rata-rata kelimpahan ikan
karangnya adalah 9.645 indha sedangkan pada tahun 2011 rata-rata kelimpahan ikan karangnya sekitar 6.105 indha. Terjadinya fluktuasi kelimpahan ikan karang
di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida karena masih diperbolehkan melakukan penangkapan pada jam-jam tertentu yang sudah menjadi kesepakatan
antara masyarakat dengan pemerintah dan pengelola kawasan konservasi. Gambar 6. Kelimpahan ikan karang di Kawasan Nusa Penida
Sumber : CTC, 2010-2012 5000
10000 15000
20000 25000
K elim
pa ha
n Ik
a n
I nd
ha
Stasiun Pengamatan
Tahun 2010 Tahun 2011
Tahun 2012
Kelimpahan ikan karang di kawasan Nusa Penida sangat berlimpah sehingga hal tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke
kawasan Nusa Penida untuk melakukan aktivitas wisata bahari. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida juga karena kawasan ini memiliki
jenis ikan karang yang banyak dan hal ini sangat disukai oleh wisatawan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Buckley 2004 yang
menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan yang melakukan kegiatan bahari di National Park Australia menyukai ekosistem terumbu karang yang memiliki jenis
ikan yang beragam dan bentuk tubuh yang unik. Melimpahnya ikan karang di kawasan Nusa Penida tidak terlepas dari kondisi karang khususnya tutupan karang
hidup yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Langga 2010 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelimpahan
individu ikan dengan kondisi tutupan karang hidup. Hal ini juga didukung oleh pendapat Carpenter et al. 1982 yang mengatakan bahwa tutupan karang hidup
mempunyai pengaruh positif terhadap kelimpahan individu ikan karang.
5.4 Kesesuaian Kawasan Untuk Lokasi Ekowisata Bahari
Analisis kesesuaian lahan yang dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata sangat perlu dilakukan supaya pemanfaatannya tidak tumpang tindih sehingga
wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut nyaman untuk melakukan aktivitas wisata. Unsur kenyamanan dalam melakukan aktivitas dari wisatawan
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam kawasan yang akan dijadikan sebagai tujuan wisata. Oleh karena itu, hal yang sangat
penting untuk dilakukan yaitu penilaian estetika atau keindahan lokasi yang sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari. Panorama yang menjadi daya tarik untuk
kegiatan ekowisata bahari seperti keindahan terumbu karang, tingkat kejernihan perairan, terdapat organisme atau spesies yang unik, keanekaragaman biota laut,
keindahan pantai yang diselimuti oleh pasir putih serta adanya ciri khas atau keunikan dari kawasan yang menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan
dalam negeri maupun wisatawan asing.
Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida memiliki keindahan terumbu karang, tingkat kejernihan perairan, terdapat organisme atau spesies yang unik,
keanekaragaman biota laut, keindahan pantai yang diselimuti oleh pasir putih dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tujuan wisata. Namun untuk menjaga
kelestarian alam dan keberlanjutan ekosistemnya maka sangat perlu untuk dilakukan analisis kesesuaian area wisata. Adapun analisis yang digunakan untuk
pengembangan ekowisata di kawasan Nusa Penida yaitu kesesuaian area untuk kegiatan ekowisata bahari kategori wisata selam, wisata snorkling dan wisata
pantai khususnya kategori rekreasi pantai.
5.4.1 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Selam Diving
Hasil survei dan analisis kesesuaian yang dilakukan Tabel 11 menunjukkan bahwa lokasi yang sangat sesuai untuk melakukan aktifitas
ekowisata selam berada di lokasi Desa Jungut Batu Mangrove Point dengan nilai 85,19 sedangkan 3 lokasidesa lainnya masuk dalam kategori sesuai
dengan nilai kesesuaian masing-masing adalah 74,07 untuk lokasi di Desa
Toyapakeh dan Desa Ped, 79,63 untuk lokasi di Desa Sakti Tabel dan perhitungan lengkapnya pada Lampiran 4. Hasil ini menunjukkan bahwa semua
lokasi di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida khususnya empat desa yang menjadi tempat penelitian sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penyelaman
karena tidak ada satu pun lokasi yang termasuk dalam kategori yang tidak sesuai. Oleh karena itu, kawasan ini harus dioptimalkan pemanfaatannya sebagai tempat
untuk penyelaman.
Tabel 11. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori selam diving
Nama Lokasi Jumlah
Skor Nilai
Maksimum IKW
Kategori
Desa Toyapakeh 40
54 74,07
Sesuai S2 Desa Ped
40 54
68,52 Sesuai S2
Desa Sakti 43
54 68,52
Sesuai S2 Desa Jungut
Batu 46
54 85,19
Sangat Sesuai S1
Pemanfaatan suatu kawasan harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki sehingga pengelolaannya lebih optimal dan terukur. Hal ini sejalan yang
dikatakan oleh Collins 2008 bahwa kesesuaian suatu kawasan merupakan kecocokan suatu kawasan untuk penggunaan tertentu, sehingga pemanfaatannya
dapat disesuaikan dengan kondisi atau potensi yang dimilikinya.
Di Desa Sakti Crystal Bay berdasarkan hasil analisis berada pada kategori sesuai untuk pemanfaatan ekowisata kategori selam. Adapun atraksi yang
menjadi daya tarik di lokasi ini adalah munculnya ikan mola-mola sunfish ke permukaan untuk membersihkan badannya yang berlangsung pada bulan Juli-
September. Berdasarkan hasil dari kuisioner, 92,11 mengetahui bahwa ikan mola-mola muncul pada bulan Juli-September sedangkan 7,89 mengetahui
bahwa ikan mola-mola hanya muncul di bulan Agustus. Kemunculan ikan mola- mola ini menjadikan Desa Sakti Crystal Bay menjadi tempat penyelaman yang
terfavorit. Selain ikan mola-mola, ikan pari manta juga menjadi salah satu atraksi yang menjadi daya tarik di kawasan wisata Nusa Penida dan kemunculannya
setiap saat tanpa ada batas waktu.
Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida sendiri memiliki 20 site penyelaman yang tersebar secara merata di seluruh desa tetapi dari 20 site tersebut
ada 8 site yang menjadi lokasi penyelaman favorit secara khusus pada bulan Juni- September yakni Crystal Bay, Manta Point, Ceningan Wall, Blue Corner, SD-
Sental, Mangrove-Sakenan, Gamat Bay dan Batu Atuh Darma et al. 2010.
5.4.2 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Kategori Snorkeling
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori snorkeling,
lokasi yang memiliki indeks kesesuaian sangat sesuai yaitu lokasi di Desa Jungut Batu mangrove point dengan nilai IKW sebesar 85,96. Hasil
analisis kesesuaian ini tidak menemukan nilai indeks kesesuaian yang tidak sesuai
tetapi semuanya berada dalam kategori sesuai dengan nilai IKW masing-masing adalah Desa Toyapakeh sebesar 75,44, Desa Ped 75,44 dan Desa Sakti
sebesar 80,70 Tabel 12. Tabel 12. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori snorkeling
Nama Lokasi Jumlah
Skor Nilai
Maksimum IKW
Kategori
Desa Toyapakeh 43
57 75,44
Sangat Sesuai S1
Desa Ped 43
57 70,18
Sesuai S2 Desa Sakti
46 57
75,44 Sangat Sesuai
S1 Desa Jungut
Batu 49
57 85,96
Sangat Sesuai S1
Hasil analisis ini sangat sesuai dengan kondisi eksistingnya dimana lokasi snorkeling
di Desa Jungut Batu menjadi lokasi primadona karena pada lokasi ini ada atraksi khusus yang dilakukan oleh wisatawan yaitu memberi makan ikan-
ikan karang dengan roti. Dan pada lokasi ini terdapat 109 jenis ikan karang dengan kecerahan perairan 100 Gambar 7. Namun, pada lokasi ini yang
menjadi kendala yaitu derasnya arus yakni sekitar 0,514 mdet. Derasnya arus di kawasan Nusa penida menjadi satu ciri khas dimana kawasan ini memang menjadi
daerah Arus Lintas Indonesia Arlindo yang melintasi selat Lombok dan langsung berhadapan dengan Samudera Hindia Fauziyah, 2012.
Gambar 7. Aktifitas wisatawan dalam melakukan snorkling di kawasan wisata Desa Jungut Batu mangrove point