Sumber : BPS Badan Pusat Statistik, 2011
Penentuan klasifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat tesebut dilakukan dengan cara mengalikan bobot dengan skor, nilai tertinggi kemudian dikurangi
dengan hasil kali bobot dengan skor terendah yang kemudian hasilnya dibagi tiga untuk membentuk tiga kategori dengan interval yang sama secara statistik dengan
pembagian kelas sebagai berikut :
1. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 51 - 63 2. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 36 - 50
3. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 21 – 35
No Indikator Kesejahteraan Skor
Bobot
5 Kondisi Perumahan :
-. Atap : daun 1 sirep 2 seng 3 asbes 4 genteng 5
2 -. Dinding : banbu 1 bambu kayu 2
kayu 3 setengah tembok 4 Tembok 5
- Permanen Skor 15-21 3
-. Status Kepemilikan : numpang 1 sewa 2 milik sendiri 3
- Semi permanen skor 10-14 2
-. Jenis lantai : tanah 1 papan 2 plester 3 ubin 4 porselin 5
- Tidak permanen skor 5-9 1
-. Luas lantai : sempit 50 m2 1 sedang 50 - 100 m2 2
luas 100 m2 3 6
Fasilitas Perumahan : -. Pekarangan : luas 50 m2 1 sedang 50
- 100 m2 2 sempit 100 m2 3
1 -. Hiburan : radio 1 tape recorder 2
TV 3 video 4 -. Pendingin : alam 1 kipas angin 2
lemari es 3 AC 4 - Lengkap Skor 21-27
3 -. Sumber penerangan : lampu tempel 1
petromak 2 listrik 3 - Semi Lengkap skor 14-20
2 -. Bahan Bakar : kayu 1 minyak tanah 2
gas 3 - Tidak Lengkap skor 7-13
1 -. Sumber air : sungai 1 air hujan 2
mata air 3 sumur gali4 PAM 5 -. MCK : kebun 1 sungailaut 2 kamar
mandi umum 3 kamar mandi sendiri 4
4 PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
NUSA PENIDA
4.1 Kondisi Umum Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida
Nusa Penida merupakan sebuah kepulauan yang berada di Kabupaten Klungkung yang terdiri dari tiga pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa
Lembongan dan Nusa Ceningan. Kepulauan Nusa Penida terletak di sebelah tenggara Pulau Bali yang berada pada posisi 115
25
’
– 115 37
’
BT dan 8 38
’
– 8
49
’
LS. Kecamatan Nusa Penida merupakan daerah kepulauan yang luas wilayah
daratannya sekitar 202.840 hektar dengan panjang garis pantainya sekitar 83,50 km. Luas wilayah dengan garis pantai yang panjang menjadikan Kecamatan
Nusa Penida menjadi kecamatan yang terluas dari tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung. Kecamatan Nusa Penida ini berbatasan dengan Selat
Badung di sebelah utara dan barat, selat Lombok di sebelah timur dan Samudera Indonesia di selatan BPS, 2012
Kecamatan Nusa Penida, secara administrasi terdiri dari 16 Desa, 79 Banjar Dinas, dan 37 Desa Adat. Jumlah Penduduk di Kecamatan Nusa Penida
sebannyak 48.560 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 23.707 jiwa dan perempuan berjumlah 24.853 jiwa dengan kepadatan rata-rata sebesar 237 jiwa
per kilometer persegi dengan penyebaran yang tidak merata BPS, 2012.
Penduduk Kecamatan Nusa Penida mayoritas beragama Hindu yaitu sebanyak 47.838 jiwa. Selain penganut agama Hindu di Nusa Penida juga terdapat
penduduk dengan penganut agama Islam sebanyak 689 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 24 jiwa dan Kristen Katolik sebanyak 9 jiwa.
Nusa Penida dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi laut seperti perahu, speedboad, dan kapal roro dari beberapa lokasi pelabuhan yakni
Pantai Sanur, Pelabuhan Padang Bai, dan dari Kabupaten Klungkung daratan dengan waktu tempuh sekitar 30
– 45 menit. Di Kecamatan Nusa Penida juga terdapat 2 SPBU untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak bagi
masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor.
4.2 Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan KKP telah diatur dalam undang-undang termasuk peraturan dibawahnya. Pembentukan kawasan
konservasi perairan juga secara internasional erat kaitannya dengan komitmen Indonesia bersama negara-negara di dunia untuk melindungi terumbu karang
khususnya di kawasan segitiga karang dunia coral triangle. Adapun cakupan dari wilayah yang tergolong dalam segitiga terumbu karang dunia Coral
Triangle
adalah Indonesia bagian timur, Philipina, Malaysia bagian timur, Papua New Guinea, Timor Leste, dan Kepulauan Salomon.
Pencanangan inisiatif untuk melindungi terumbu karang lahir dari pertemuan APEC yang diselenggarakan pada bulan Desember 2007 yang
bertempat di Sydney-Australia. Pada pencanangan tersebut Indonesia hadir bersama dengan 5 lima negara-negara lain yang berada pada kawasan coral
triangle
yaitu Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Kepulauan Salomon. Inisiatif tersebut dikenal dengan sebutan Coral Triangle
Inisiative CTI. Indonesia sendiri mengaplikasikannya dengan membentuk
kawasan dengan sebutan Kawasan Konservasi perairan KKP. Kawasan Konsevasi Perairan di Nusa Penida meliputi seluruh wilayah di
Kecamatan Nusa Penida yang terdiri dari 3 pulau yaitu Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Kawasan Konservasi Periaran Nusa Penida
memiliki luas 20.057 hektar dengan batas luar 1 mil 1,8 km diukur dari garis pantai.
Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa penida didasari oleh tujuan : 1 melindungi keanekaragaman hayati pesisir dan lautan, 2 menuju
pariwisata bahari yang berkelanjutan, 3 Perikanan yang berkelanjutan. Ketiga tujuan tersebut akan menjadi landasan pembangunan di kecamatan Nusa Penida
dalam rangka mempertahankan keberlangsungan sumber mata pencaharian masyarakat dan untuk meningkatkan pemasukan bagi Kabupaten Klungkung
Darma et al. 2010.
Pencadangan kawasan konservasi perairan di Nusa Penida melalui beberapa tahapan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Adapun
tahapan-tahapannya meliputi : a. Pembentukan Kelompok Kerja kawasan konservasi perairan Nusa Penida
b. Pengumpulan data ekologi, sosial-ekonomi, oseanografi melalui survey dan
monitoring c. Sosialisasi tingat FGD, kecamatan dan kabupaten
d. Penentuan batas luar dan dan Zonasi e. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan oleh Bupati Klungkung
f. Pembuatan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang termasuk di dalamnya
sistem zonasi dan mekanisme pendanaan jangka panjang g. Pembentukan Badan Pengelola termasuk sistem pengawasan dan
pengamanan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida h. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan Kelompok Kerja Pokja di bentuk dalam rangka mempersiapkan
pembentukkan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida. Kelompok kerja ini dibentuk berdasarkan SK Bupati Klungkung No. 216 tahun 2009 yang mana
kelompok kerja ini merupakan kelompok kerja yang terdiri dari lintas instansi dan lembaga serta masyarakat dan LSM. Pokja KKP Nusa Penida ini bertugas
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan terkait pengelolaan KKP hingga terbentuk KKP Nusa Penida secara resmi. Pokja yang telah terbentuk mempunyai
tugas mensosialisasikan kepada para stakeholder di Nusa Penida terkait rencana pembentukan KKP Nusa Penida.
Sosialisasi dan diskusi dalam rangka pembentukkan KKP Nusa Penida telah dilakukan oleh Pojka KKP sejak Oktober 2009
– Februari 2010. Sosialisasi ini dilakukan dalam bentuk Focus Group Disscusion FGD kepada 16 desa yang
ada di Kecamatan Nusa Penida melalui 32 kali pertemuan. Peserta sosialisasi
terdiri dari para kepala desa, bandesa adat, petani rumput laut, nelayan, guru, pelajar, dan pengusaha wisata bahari. Materi yang disampaikan pada saat
sosialisasi adalah 1 Dasar Pembentukan KKP Nusa Penida, 2 Film dokumentasi kekayaan alam laut serta pesona daratan Nusa Penida, 3 Fakta-fakta berdasarkan
kajian-kajian ilmiah yang mendukung kekayaan alam laut Nusa Penida, 4 Nusa Penida sebagai bagian dari Coral Triangle yaitu segitiga pusat kekayaan terumbu
karang dunia, 5 Manfaat kekayaan alam laut secara ekonomi, 6 Ancaman- ancaman terhadap kekayaan alam laut Nusa Penida, 7 Upaya Penanganan
ancaman dengan pembentukan KKP Nusa Penida, 8 Tahapan-tahapan pembentukan KKP Nusa Penida, dan 9 Diskusi. Tujuan pelaksanaan sosialisasi
ini adalah untuk menyebarluaskan rencana pembentukan KKP Nusa Penida kepada para stakeholder di Nusa Penida serta menjelaskan konsep KKP secara
menyeluruh dan manfaat yang akan diperoleh dari pembentukan KKP sehingga dengan pemahaman masyarakat dan stakeholder tersebut akan menolong proses
pembentukan KKP secara resmi karena dengan pemahaman akan konsep dan manfaat KKP yang akan diperoleh masyarakat tersebut akan mendorong dan
mendukung terbentuknya KKP di Nusa Penida Darma et al. 2010.
4.3 Penetapan Batas Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
Penentuan batas luar calon KKP Nusa Penida telah dilakukan dengan melibatkan unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan Nusa Penida yang terdiri
dari Camat, Kapolsek, Pos AL-Nusa Penida, Kejaksaan, Perwakilan Kepala Desa, Nelayan, Staf Kecamatan dan Pokja KKP Nusa Penida. Batas luar calon KKP
Nusa Penida telah ditandai dengan menggunakan Global Positioning System GPS sejauh 1 mil 1,8 km diukur dari garis pantai. Titik-titik tersebut telah di
plot kedalam peta GIS.
Untuk mempermudah pengenalan secara langsung mengenai batas di laut, maka ditetapkan ada enam titik yang mengacu pada beberapa tanjung yang
menonjol sehingga mudah terlihat dan dikenali. Beberapa tanjung yang menonjol tersebut anatara lain adalah Batu Abah, Batununggul, Jungut Batu dan
Lembongan. Enam titik koordinat yang menjadi batas terluar calon KKP Nusa Penida disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Titik koordinat batas luar KKP Nusa Penida Nama Lokasi
Koordinat Batas Luar Bujur Timur BT
Lintang Selatan LS Batununggul
115 34 37.10
8 39 14.43
Batu Abah 115
39 41.36 8
46 25.54 Sekartaji
115 35 32.77
8 51 39.59
Sakti 115
26 6.53 8
45 46.33 Lembongan
115 24 13.28
8 41 5.82
Jungut Batu 115
26 42.52 8
38 34.63
Sumber Data : Darma et al. 2010.
4.4 Rencana Pengelolaan dan Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang
Rencana pengelolaan jangka panjang akan memuat 1 visi, misi dan tujuan KKP Nusa Penida, 2 Potensi dan target yang akan dilestarikan ekologi, spesies,
sosial, ekonomi, budaya terkait dengan pesisir dan laut, 3 Ancaman dan pengenalan sumber ancaman terhadap potensi yang ada, 4 strategi untuk
mengatasi ancaman, 5 Monitoring dan evaluasi terhadapa pelaksanaan strategi. Rencana pengelolaan jangka panjang ini di dalamnya memuat rencana
pengelolaan wisata bahari Nusa Penida dan mekanisme pendanaan jangka panjang terhadap pengelolaan di Nusa Penida yang direncanakan dalam kurun waktu 20-
30 tahun dan akan diturunkan menjadi program 5 tahunan dan 1 tahunan oleh badan pengelola yang akan di bentuk.
Sektor wisata bahari merupakan salah satu sumber pendanaan jangka panjang karena sektor ini tidak bersifat ekstraktif yaitu tidak adanya aktifitas
mengambil sesuatu yang berasal dari alam dan hanya menjual keindahan alam bawah laut Nusa Penida, sehingga ini dijadikan sebagai landasan untuk
menetapkan bahwa sektor wisata bahari merupakan potensi sumber pendanaan jangka panjang. Sumber tersebut direncanakan berasal dari pungutan dana
konservasi conservation fund yang mana dana konservasi ini merupakan dana yang diberikan oleh pengunjung wisata untuk menghargai lingkungan. Nusa
Penida menyimpan aset wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisatawan seperti terumbu karang, hutan bakau ikan pari manta, ikan mola-mola, dan lumba-
lumba.
Dana konservasi yang akan dipungut dari wisatawan telah dikaji melalui keinginan wisatawan untuk membayar biaya masuk dalam kawasan konservasi
willingness to pay. Mekanisme pungutan ini akan dicocokkan dengan keberadaan pungutan-pungutan yang sudah berlaku di beberapa desa pesisir yang
memiliki lokasi penyelaman dan wisata bahari lainnya agar tidak terjadi tumpang tindih atau pungutan berulang.
4.5 Zonasi Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 yang merupakan turunan dari Undang-Undang No. 31 tahun 2004 menetapkan bahwa kawasan konservasi
memiliki tiga zona yaitu 1 Zona Inti, 2 Zona Pemanfaatan, 3 Zona lainnya. Kawasan Nusa Penida sendiri memiliki 7 sub zona Gambar 3 yaitu 1
Zona Inti, 2 Zona Perikanan berkelanjutan, 3 Zona wiasata bahari, 4 Zona wisata bahari khusus, 5 Zona Budidaya Rumput Laut, 6 Zona Suci Pura dan 7
Zona Pelabuhan. Pada zona yang dibentuk ini didalamnya melekat larangan dan kegiatan-kegiatan yang boleh dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan yang
diperbolehkan dan yang dilarang dapat dilihat pada Lampiran 22. Penentuan zonasi dilakukan berdasarkan hasil survei dan konsultasi publik untuk
mendapatkan masukan, selanjutnya disepakati bersama para pemangku kepentingan termasuk nelayan dan petani rumput laut.