4.4 Rencana Pengelolaan dan Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang
Rencana pengelolaan jangka panjang akan memuat 1 visi, misi dan tujuan KKP Nusa Penida, 2 Potensi dan target yang akan dilestarikan ekologi, spesies,
sosial, ekonomi, budaya terkait dengan pesisir dan laut, 3 Ancaman dan pengenalan sumber ancaman terhadap potensi yang ada, 4 strategi untuk
mengatasi ancaman, 5 Monitoring dan evaluasi terhadapa pelaksanaan strategi. Rencana pengelolaan jangka panjang ini di dalamnya memuat rencana
pengelolaan wisata bahari Nusa Penida dan mekanisme pendanaan jangka panjang terhadap pengelolaan di Nusa Penida yang direncanakan dalam kurun waktu 20-
30 tahun dan akan diturunkan menjadi program 5 tahunan dan 1 tahunan oleh badan pengelola yang akan di bentuk.
Sektor wisata bahari merupakan salah satu sumber pendanaan jangka panjang karena sektor ini tidak bersifat ekstraktif yaitu tidak adanya aktifitas
mengambil sesuatu yang berasal dari alam dan hanya menjual keindahan alam bawah laut Nusa Penida, sehingga ini dijadikan sebagai landasan untuk
menetapkan bahwa sektor wisata bahari merupakan potensi sumber pendanaan jangka panjang. Sumber tersebut direncanakan berasal dari pungutan dana
konservasi conservation fund yang mana dana konservasi ini merupakan dana yang diberikan oleh pengunjung wisata untuk menghargai lingkungan. Nusa
Penida menyimpan aset wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisatawan seperti terumbu karang, hutan bakau ikan pari manta, ikan mola-mola, dan lumba-
lumba.
Dana konservasi yang akan dipungut dari wisatawan telah dikaji melalui keinginan wisatawan untuk membayar biaya masuk dalam kawasan konservasi
willingness to pay. Mekanisme pungutan ini akan dicocokkan dengan keberadaan pungutan-pungutan yang sudah berlaku di beberapa desa pesisir yang
memiliki lokasi penyelaman dan wisata bahari lainnya agar tidak terjadi tumpang tindih atau pungutan berulang.
4.5 Zonasi Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 yang merupakan turunan dari Undang-Undang No. 31 tahun 2004 menetapkan bahwa kawasan konservasi
memiliki tiga zona yaitu 1 Zona Inti, 2 Zona Pemanfaatan, 3 Zona lainnya. Kawasan Nusa Penida sendiri memiliki 7 sub zona Gambar 3 yaitu 1
Zona Inti, 2 Zona Perikanan berkelanjutan, 3 Zona wiasata bahari, 4 Zona wisata bahari khusus, 5 Zona Budidaya Rumput Laut, 6 Zona Suci Pura dan 7
Zona Pelabuhan. Pada zona yang dibentuk ini didalamnya melekat larangan dan kegiatan-kegiatan yang boleh dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan yang
diperbolehkan dan yang dilarang dapat dilihat pada Lampiran 22. Penentuan zonasi dilakukan berdasarkan hasil survei dan konsultasi publik untuk
mendapatkan masukan, selanjutnya disepakati bersama para pemangku kepentingan termasuk nelayan dan petani rumput laut.
Gambar 3. Peta Zonasi Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Sumber : CTC, 2011
5 EKOSISTTEM TERUMBU KARANG DAN
EKOWISATA BAHARI
5.1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida dikategorikan baik atau berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan tingkat kesehatan karang yang di nilai dari persen tutupan komunitas karang dan kelimpahan ikan karang. Persen tutupan komunitas karang pada
Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berdasarkan data yang diperoleh diamati pada dua kedalaman yakni pada kedalaman 3 meter dan 10 meter dapat
dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6. Kategori tutupan komunitas karang tersebut mulai dari baik sampai dengan sangat baik. Pada tahun 2010
kisaran tutupan komunitas karang antara 72,00 - 95,67, tahun 2011 berkisar antara 62,00 - 96,33, sedangkan pada tahun 2012 berkisar antara 52,00 -
97,00. Persentutupan komunitas karang ini dihitung dengan menjumlahkan persen tutupan karang keras, tutupan karang lunak dan tutupan organisme hidup
lain living others yang hidup berdampingan dengan ekosistem terumbu karang yang sifatnya menetap dan membentuk satu komunitas. Adapun organisme yang
tergolong dalam organisme hidup lainnya yaitu alga, crinoid, linkia, tridacna, anemone dan organisme lainnya yang hidup bersama dengan ekosistem terumbu
karang dalam satu komunitas.
Lokasi penyelaman Atuh berdasarkan data yang diolah pada tahun 2010 diperoleh persen tutupan komunitas karangnya tertinggi yaitu 95,67 pada
kedalaman 10 meter sedangkan lokasi penyelaman Buyuk persen tutupannya yang terendah yaitu 72,00. Pada tahun 2011 persentutupan komunitas yang tertinggi
ada di lokasi penyelaman Atuh pada kedalaman 3 meter dengan nilai 96,33 sedangkan yang terendah berada pada lokasi penyelaman Mangrove Point yaitu
62,00. Sedangkan pada tahun 2012 lokasi penyelaman yang memiliki nilai persen tutupan komunitas karang yang tertinggi yaitu Crystal Bay dengan nilai
persen tutupan komunitas karangnya adalah 97,00 dan yang terendah berada pada lokasi penyelaman Ped dengan nilai persen tutupan komunitas karangnya
52,00.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lokasi penyelaman Mangrove Point
baik pada kedalaman 3 meter maupun 10 meter memiliki tutupan komunitas karang yang terbaik. Dikatakan terbaik oleh karena dalam persen
tutupan komunitas karang yang dihasilkan, tutupan karang kerasnya dari tahun 2010-2012 masih yang tertinggi dari tutupan karang lunak dan organisme hidup
lainnya living others. Pada tahun 2010 tutupan komunitas karang di Mangrove Point
pada kedalaman 3 meter sebesar 77,99 yang terdiri dari 37,33 karang keras, 35,33 karang lunak dan 5,33 organisme hidup lain living others. Pada
kedalaman 10 meter nilai tutupan komunitas karangnya adalah 77,33 yang terdiri dari 41,33 karang keras, 28,00 karang lunak dan 8,00 organisme
hidup lainnya living others. Hal ini menunjukkan bahwa karang di lokasi penyelaman Mangrove Point masih tergolong sehat dan berdasarkan kenyataan di
lapangan terlihat bahwa lokasi ini juga menjadi tempat favorit tujuan wisatawan.