Ka = Kerugian ekonomi akibat abrasi Rp
Bm = Biaya penanaman dan pemeliharaan mangrove Rp
Penilaian ekonomi sebagai penyedia pakan alami dilakukan secara tidak langsung melalui pendekatan biaya produksi. Nilai ini diestimasi dengan mencari
selisih antara biaya pakan yang digunakan pada tambak silvofishery dan tambak non-silvofishery
. Tabel 10 Matriks metode estimasi nilai manfaat hutan mangrove
Manfaat Mangrove Metode Valuasi
Manfaat langsung dari hutan mangrove Hasil Hutan
Hasil perikanan Productivity Method
Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove Sebagai penahan abrasi
Economic Loss Sebagai feeding ground
Pendekatan Biaya Produksi Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012
4.4.4 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Tambak
untuk Pemilihan Sistem Tambak
Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan pemilihan jenis tambak yaitu
dengan pendekatan model regresi logistik. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan pemilihan jenis tambak adalah
tingkat pendidikan formal, luas areal tambak, umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, dan lama usaha tambak.
Fungsi persamaannya dirumuskan sebagai berikut Juanda 2007: ..............16
dimana: Y
= Peluang petani dalam mengambil keputusan 1 = menerapkan sistem tambak silvofishery, 0 = tidak menerapkan sistem tambak
silvofishery β
= Intersep β
1
...β
5
= Parameter peubah PDDK = Pendidikan formal tahun
LAT = Luas areal tambak ha
SK = Status kepemilikan miliksewa
LMB = Lama bertambak tahun PLTH = Keikutsertaan dalam pelatihan
Hipotesis dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan pemilihan terhadap jenis tambak adalah sebagai berikut:
1 Pendidikan Formal PDDK
Pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin mudah untuk memahami prospek
pola jenis tambak dibandingkan dengan petani tambak berpendidikan rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
mudah melakukan pemilihan terhadap tambak silvofishery. 2
Luas Areal Tambak LAT Luas areal tambak yang dimiliki diharapkan bernilai negatif. Semakin besar
areal tambak yang diusahakan maka semakin kecil kemungkinan adanya tutupan mangrove sehingga cenderung untuk lebih memilih tambak non-
silvofishery .
3 Status Kepemilikan SK
Status kepemilikan diharapkan bernilai positif. Status lahan tambak milik pribadi akan lebih meningkatkan peluang untuk menerapkan sistem tambak
silvofishery dibanding status lahan tambak sewa.
4 Lama Bertambak LMB
Lama usaha tambak diharapkan bernilai positif. Semakin lama pengalaman dalam usaha tambak, maka akan mendorong petani untuk menerapkan
sistem tambak silvofishery. 5
Keikutsertaan dalam Pelatihan PLTH Keikutsertaan dalam pelatihan diharapkan bernilai positif. Semakin sering
petani tambak mengikuti pelatihan maka petani tambak dapat memperoleh keterampilan atau keahlian dalam melaksanakan aspek teknis sistem tambak
silvofishery .
4.4.5 Pengujian Parameter Regresi
1 Uji G
Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum likelihood
ratio test yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara
bersamaan Hosmer dan Lemeshow 1998. Rumus umum untuk uji G adalah:
........................................................................................... 17 Dimana:
L = Likelihood tanpa variabel bebas
L
1
= Likelihood dengan variabel bebas Statistik uji G mengikuti sebaran chi-square x2 dengan derajat bebas p. Kaidah
keputusan yang diambil yaitu menolak H0 jika G X
2 pα
Hosmer dan Lomeshow 1989.
2 Uji Wald
Menurut Rosadi 2011, untuk menguji kecocokan koefisien, kita bisa menggunakan uji Wald. Uji Wald merupakan uji univariat terhadap masing-
masing koefisien regresi logistik sering disebut partially test. 1.
H : prediktor secara univariat tidak berpengaruh signifikan terhadap respons
β1 = 0; = 0,1,2,...,p. H
1
: prediktor secara univariat berpengaruh signifikan terhadap respons β1 ≠
0; = 0,1,2,...,p. 2.
Tingkat signifikansi α 3.
Statistik uji: ......................................................................................... 18
Dimana: bi
= penduga bi SE bi
= penduga galat baku dari bi 4.
Daerah kritik: H ditolak apabila |Wi| |Z
α2
V GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Belawan
Secara astronomis Kecamatan Medan Belawan terletak pada posisi koordinat 03°.44’24”-03°.48’00” Lintang Utara dan 98°.37’48”-98°43’12” Bujur Timur
dengan ketinggian 2,5-37,3 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah berkisar antara 0-4 persen. Kecamatan Medan Belawan mempunyai iklim
tropis dengan suhu minimum berkisar antara 30,6ºC-33,1°C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6°C-33,1°C. Kelembapan udara di Kecamatan Medan Belawan
rata-rata 78-82 persen. Kondisi topografi di wilayah Kecamatan Medan Belawan mempunyai kemiringan antara 2,5-5,0 persen Monografi Kecamatan Medan
Belawan 2013. Wilayah Medan Belawan terbagi menjadi 6 kelurahan, 161 RW dan 432 RT
dengan luas wilayah sebesar 21,82 km
2
atau 4,99 persen dari total luas Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang. Wilayah
pemerintahan Medan Belawan memiliki daerah yang cukup luas yang terdiri dari kelurahan Belawan I hingga Bagan Deli. Luas wilayah terbesar yaitu Kelurahan
Belawan Sicanang dengan luas areal 15,10 km
2
. Tabel 11 menunjukkan perincian luas daerah masing-masing kelurahan di Kecamatan Medan Belawan Monografi
Kecamatan Medan Belawan 2013. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 11 Luas wilayah di Kecamatan Medan Belawan tahun 2013
No Kelurahan
Luas Wilayah Km
2
Persentase 1
Belawan I 1,10
5,04 2
Belawan II 1,75
8,02 3
Belawan Bahari 1,03
4,72 4
Belawan Bahagia 0,54
2,47 5
Belawan Sicanang 15,10
69,20 6
Bagan Deli 2,30
10,54 Jumlah
21,82 100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Medan Belawan 2013
Batas wilayah Medan Belawan adalah sebagai berikut: 1.
Sebelah Utara : Selat Malaka
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Medan Labuhan 3.
Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak
4. Sebelah Timur
: Kecamatan Percut Sei Tuan
5.1.1 Kependudukan
Berdasarkan data yang didapatkan dari Kecamatan Medan Belawan pada tahun 2012 jumlah penduduk Medan Belawan mencapai 94.196 jiwa, jumlah
penduduk tersebut terbagi ke dalam 6 Kelurahan. Penelitian dilakukan pada Kelurahan Belawan Sicanang, berikut Tabel 12 menunjukkan jumlah penduduk
berdasarkan kelurahan, wilayah dan kepadatan di Kecamatan Medan Belawan. Tabel 12 Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk berdasarkan
kelurahan di Kecamatan Medan Belawan tahun 2012
No Kelurahan
Luas Wilayah Km
2
Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan JiwaKm
2
1 Belawan I
1,10 14.058
12.780 2
Belawan II 1,75
12.328 7.044
3 Belawan Bahari
1,03 10.893
10.575 4
Belawan Bahagia 0,54
20.728 38.385
5 Belawan Sicanang
15,10 15.876
1.051 6
Bagan Deli 2,30
20.314 8.832
Jumlah 21,82
94.196 4.316
Sumber: Monografi Kecamatan Medan Belawan 2013
Berdasarkan data-data yang diperoleh jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada wilayah Kelurahan Belawan Bahagia dengan jumlah penduduk
20.728 jiwa. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil pada penelitian ini adalah Kelurahan Belawan Bahari dengan jumlah penduduk sebesar 10.893 jiwa.
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kepadatan penduduk di wilayah Medan Belawan tidak merata. Daerah wilayah Medan Belawan yang paling padat
terdapat di Kelurahan Belawan Bahagia dengan kepadatan 38.385 jiwa per km
2
. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil terdapat di Kelurahan
Belawan Sicanang dengan kepadatan 1.051 jiwa per km
2
.
Jumlah penduduk Kelurahan Belawan Sicanang adalah 16.808 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 8.599 orang dan perempuan sebanyak 8.209
orang. Jumlah rumah tangga sebanyak 3.951 kepala keluarga.
5.1.2 Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk di Kelurahan Belawan Sicanang yang bekerja sebagai petani tambak sebanyak 70 jiwa termasuk dalam kategori pengusaha kecil, menengah,
dan besar. Petani tambak memiliki proporsi sebesar 50 dari total pengusaha yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang. Meskipun petani tambak bukan
mayoritas mata pencaharian di Belawan Sicanang namun daya rusak terhadap ekosistem mangrove besar. Lokasi tempat penelitian dilakukan adalah
Lingkungan 20 yang memiliki jumlah petani tambak sebanyak 40 jiwa, yaitu 57,14 dari jumlah total petani tambak di Kelurahan Belawan Sicanang.
Tabel 13 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Belawan Sicanang tahun 2014
No Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk Jiwa 1
Pegawai Negeri Sipil 96
2 TNIPolri
13 3
Pegawai Swasta 139
4 Karyawan Perusahaan Pemerintah
42 5
Karyawan Perusahaan Swasta 385
6 Buruh
2.179 7
Nelayan 638
8 DokterBidan
12 9
Pengusaha Kecil, Menengah, Besar 140
10 JasaLain-lain
443 Sumber: Monografi Kelurahan Belawan Sicanang 2013
5.2 Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 atau lebih sering disebut sebagai Desa Canang Kering. Responden dalam penelitian ini adalah petani tambak yang
menerapkan sistem silvofishery dan tidak menerapkan sistem silvofishery. Beberapa karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, dan luas lahan. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Karakteristik responden
Karakteristik Responden Jumlah
Total Persentase
Silvofishery Non-
Silvofishery 1.
Jenis Kelamin a.
Laki-laki 14
25 39
97,50 b.
Perempuan 1
1 2,50
2. Struktur Usia
a. 20-35
3 8
11 27,50
b. 36-50
7 13
20 50,00
c. 51-65
4 5
9 22,50
3. Tingkat Pendidikan
a. Tidak Sekolah
3 3
7,50 b.
SD 12
12 30,00
c. SMP
7 7
14 35,00
d. SMA
6 4
10 25,00
e. Perguruan
Tinggi 1
1 2,50
4. Status
Kepemilikan Tambak
a. Milik Sendiri
9 21
30 75,00
b. Sewa
5 5
10 25,00
5. Pengalaman
Bertambak a.
5-15 6
13 19
47,50 b.
16-25 6
9 15
37,50 c.
26-35 2
4 6
15,00 6.
Luas Areal Tambak a.
1000 0,00
b. 1000-5000
8 31
39 97,50
c. 5000
1 1
2,50
Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 responden 97,50 dan perempuan 1 responden 2,50. Perbedaan
jumlah responden laki-laki dan perempuan yang cukup besar ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan petani tambak lebih banyak dilakukan oleh laki-laki di
Kelurahan Belawan Sicanang dan cukup berat untuk dijalankan oleh perempuan. Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari usia 20 hingga
60 tahun. Mayoritas responden yang paling banyak dengan kisaran usia 36-50 tahun sebanyak 20 responden 50,00, sedangkan usia terendah kisaran 51-65
tahun sebanyak 9 responden 22,50. Responen dengan kisaran usia 20-35 sebanyak 11 responden 27,50. Data tersebut menjelaskan pada Kelurahan
Belawan Sicanang usaha tambak dijalankan oleh usia produktif. Tingkat pendidikan responden akan memengaruhi pengetahuan petani
tentang pemilihan jenis sistem tambak. Sebagian besar responden yaitu sebanyak