tambak non-silvofishery. Hal ini juga terjadi pada kasus kegiatan usaha pertanian organik yang juga merupakan upaya pemanfaatan secara berkelanjutan di bidang
pertanian. Pada awal penerapan pertanian produksi pertanian akan mengalami penurunan dikarenakan perlu masa konversi untuk mendegradasi bahan kimia
yang tersisa dalam tanah saat digunakan untuk pertanian konvensional Mayrowani 2012. Permasalahan dalam pengembangan pemanfaatan ini adalah
pada awal penerapan pertanian organik dinilai belum efektif, namun ketika fungsi ekosistem telah kembali beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa pertanian
organik jika dilakukan dengan tepat akan memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan pertanian konvensional, hal ini disebabkan harga produk
organik lebih tinggi dibandingkan harga produk konvensional, biaya bahan produksi yang lebih rendah dibandingkan biaya produksi konvensional, dan
kualitas produk yang lebih baik dan sehat Sugino 2010. Dengan demikian,
silvofishery dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam upaya pemanfaatan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Pada Desa Canang Kering terdapat dua sistem tambak, yaitu tambak
silvofishery dan tambak non-silvofishery. Keunggulan tambak silvofishery
adalah memiliki tiga kali musim panen dalam setahun, sedangkan tambak non- silvofishery
hanya memiliki dua kali musim panen dalam setahun. Penggunaan input per musim tanam pada sistem tambak silvofishery lebih rendah
dibandingkan pada tambak non-silvofishery. 2.
Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan petani tambak silvofishery
lebih besar dibandingkan petani tambak non-silvofishery. Berdasarkan nilai RC ratio yang diperoleh, kedua sistem tambak memiliki
nilai lebih dari satu, sehingga kedua sistem tambak tersebut menguntungkan. Berdasarkan perbandingan pendapatan, petani tambak yang menerapkan sistem
silvofishery memiliki tingkat pendapatan dan RC ratio yang lebih tinggi
karena menghasilkan output yang lebih tinggi meskipun dengan input lebih rendah.
3. Hasil analisis kelayakan finansial dan ekonomi dengan indikator NPV, BCR,
IRR, dan PP menunjukkan bahwa usaha tambak silvofishery ini layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis kriteria kelayakan secara finansial
dan ekonomi yang memenuhi syarat. 4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani tambak untuk menerapkan tambak silvofishery adalah pendidikan formal, luas lahan tambak, dan
keikutsertaan dalam pelatihan.
7.2 Saran
1. Adanya pembinaan dari pihak pemerintah agar penerapan sistem tambak
silvofishery dapat dilaksanakan dengan benar secara teknis, yaitu petani tambak
diharapkan dapat meningkatkan jumlah mangrove mendekati kondisi ideal yang telah ditetapkan oleh Perhutani. Hal ini dapat direalisasikan dengan
adanya pendampingan dan pengawasan dari dinas terkait kepada petani tambak silvofishery
hingga program selesai dan pelatihan pembuatan tambak
silvofishery kepada petani tambak yang belum menerapkan sistem tambak
silvofishery .
2. Perlu adanya insentif ataupun inovasi dalam rehabilitasi ekosistem mangrove
secara bertahap sehingga tetap ada penerimaan perikanan budidaya pada tiga tahun awal program. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi petani
tambak non-silvofishery dalam menerapkan sistem tambak silvofishery. Hasil perbandingan analisis pendapatan dan analisis kelayakan secara finansial-
ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memulai usaha tambak silvofishery. 3.
Pemerintah perlu melakukan penelitian untuk membangun data time series secara nyata untuk membuktikan adanya penambahan manfaat ekonomi dan
ekologi dari ekosistem mangrove sehingga dapat menentukan komposisi mangrove dan tambak secara ideal untuk penerapan sistem tambak silvofishery.
DAFTAR PUSTAKA
Arief A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta ID: Kanisius.
[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2003. Spesifikasi Teknis Penyusunan Neraca dan Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut. Cibinong ID: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2013. Kecamatan Medan Belawan dalam Angka. Medan ID: Badan Pusat Statistik.
[Balitbang Kehutanan] Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Banjarbaru. 2013. Silvofishery Sebagai Pilihan Strategi Rehabilitasi
Mangrove. Banjarbaru ID: Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Bann C. 1998. The Economic Valuation of Mangrove: A Mannual for Researchers
. Copenhagen DK: Economic and Environment Program for Southeast Asia, IDRC.
Barbour MG, Burk JH, Pitts WD. 1987. Terrestrial Plant Ecology. 2
nd
edition. Maine US: The BenjaminCummings Publishing Company, Inc.,
Reading. Bengen DG. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Boer D, Bush SR, Van Zwieten DAM, Visser I, Van Dijk H, Bosma R, Verdegem M. 2010. Scenarios for Resilient Shrimp Aquaculture in Tropical
Coastal Areas. Ecology and Society. 152:15 [internet] Tersedia pada: http:www.ecologyandsociety.orgiss2art15
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta ID: Pradnya Paramita. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2012. Data dan Informasi Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara. Medan ID: Departemen Kehutanan. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2008. Laporan Akhir Strategi
Adaptasi dan Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
. Jakarta ID: Dinas Kelautan dan Perikanan.
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan. 2013. Dokumentasi Kondisi Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2013. Medan ID: Dinas Pertanian dan
Kelautan. Ditya YC. 2007. Analisis Ekologi-Ekonomi untuk Perencanaan Pembangunan
Perikanan Budidaya Berkelanjutan di Wilayah Pesisir Provinsi Banten [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Fadhlan M. 2011. Aktivitas Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Medan Belawan [skripsi]. Medan ID:
Universitas Negeri Medan. Firdaus M, Afendi F. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor ID: IPB Press.
Fitzgerald WJ Jr, Sutika N. 1997. Mangrove Rehabilitation and Management Project in Sulawesi: Artisanal Fisheries. Jakarta ID: Ministry of
Forestry, Government of The Republic of Indonesia. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. ‘Mangrove di Dunia: 1980-
2005’ dalam Bahasa Inggris. The World’s Mangrove: 1980-2005. Food and Agriculture Organization of The United Nations Forestry
Paper. Roma IT: Food and Agriculture Organization.
Gittinger JP. 2008. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta ID: Universitas Indonesia Press.
Gunawan H, Anwar C, Sawitri R, Karlina E. 2007. Peranan Silvofishery dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Konservasi Mangrove di
Bagian Pemangkuan
Hutan Ciasem-Pamanukan,
Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwakarta. Info Hutan. 42:153-163.
Gunawan W, Noorhidayah. 2007. Fungsi dan Manfaat Sumberdaya Ekosistem Hayati Ekosistem Mangrove dalam Perspektif Ekologis dan
Ekonomis. Info Hutan. 42:595-604. Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 2007.
Pengantar Evaluasi Proyek . Jakarta ID: PT Gramedia Pustaka
Utama. Halidah, Qiptiyah M, Anwar C. 2007. Produktivitas Tambak pada Berbagai
Penutupan Mangrove. Info Hutan. 44: 409-417. Hosmer DW, Lemeshow S. 1989. Applied Logistic Regression. New York US:
John Wiley and Sons. Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta ID: UPP
AMP YKPN.
Indrajaya DD. 1992. Suatu Kajian Awal Penerapan Model Biaya Pengganti Dalam Analisis Kebijakan Konversi Hutan Mangrove. Jurnal
Ekonomi Lingkungan . 3:6-10.
Irwan ZD. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan
. Cetakan pertama. Jakarta ID: Bumi Aksara. Juanda B. 2007. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor ID: IPB
Press. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta ID: UI Press. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013. Statistik Kehutanan Indonesia 2012.
Jakarta ID: Kementerian Kehutanan. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. 2013. Silvofishery, Budidaya Berdasarkan Prinsip Keseimbangan. Jakarta ID: Kementerian Kelautan dan Perikanan.
[KemenLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove Nomor 201 tahun 2004. Jakarta ID:
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kusmana C, Sri W, Iwan H, Prijanto P, Cahyo W, Tatang T, Adi T, Yunasfi,
Hamzah. 2005. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Kusumastanto T, dan Meilani MM. 1998. Economic Valuation of Resources in Subang, West Java, Indonesia. Thailand TH: The Regional
Workshop on Partnership in Application of Integrated Coastal Management Chonburn.
Mantau Z. 2008. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila dalam Keramba Jaring Apung Ganda di Pesisir Danau Tondano
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 51: 7-19.
Mayrowani H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi
. 302: 91-108. Margaretta S. 2013. Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di
Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Medan Bisnis. 2013. Banjir Rob Ancam Perekonomian Belawan [internet]. [2014 Maret 10]. Tersedia pada: http:mdn.biz.idn33568.