Model Regresi Logistik Analisis Ekonomi Tambak Silvofishery Sebagai Upaya Pemafaatan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan (Studi Kasus: Desa Canang Kering, Medan)

III KERANGKA PEMIKIRAN Desa Canang Kering merupakan wilayah pesisir dimana mayoritas utama mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petambak atau nelayan. Untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan secara intensif, petani tambak memilih untuk melakukan penebangan liar ekosistem mangrove yang kemudian dijadikan tambak. Alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak berdampak pada menurunnya kualitas ekosistem mangrove dan area mangrove yang semakin mengecil. Ekosistem mangrove memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Salah satu fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai pemecah gelombang dan penjaga garis pantai Kusmana et al. 2005. Kerusakan hutan mangrove menyebabkan Desa Canang Kering menjadi rawan bencana banjir rob yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi setempat. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat, pemerintah, dan semua pihak untuk menjaga kelestarian mangrove di wilayah pesisir. Tambak merupakan salah satu bentuk manfaat langsung dari ekosistem mangrove bagi kehidupan manusia yang memiliki nilai ekonomi. Terdapat dua model tambak yang diterapkan, yaitu pengelolaan tambak silvofishery dan pengelolaan tambak non-silvofishery. Pengelolaan tambak silvofishery diduga lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem tambak non-silvofishery. Hutan mangrove bernilai tinggi karena memiliki manfaat ekologis, contohnya dengan keberadaan mangrove biaya pemeliharaan tambak menjadi murah karena petani tambak tidak perlu memberikan pakan ikan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha budidaya tambak sehingga terwujud efesiensi. Petani tambak di Desa Canang Kering masih banyak yang belum menerapkan sistem tambak silvofishery. Analisis perbandingan pendapatan dilakukan untuk melihat sistem tambak mana yang lebih menguntungkan antara sistem tambak silvofishery dan non-silvofishery. Setelah kedua sistem tambak dibandingkan, perlu dibuktikan bagaimana pengaruh keberadaan mangrove terhadap produktivitas tambak, yakni dengan menganalisis kelayakan tambak silvofishery secara finansial dan ekonomi. Partisipasi masyarakat untuk menerapkan sistem tambak silvofishery dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan jenis tambak. Faktor-faktor ini akan diidentifikasi melalui pendekatan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penerapan pola sistem tambak silvofishery yang dapat menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat. Berikut adalah kerangka pemikiran operasional yang dibentuk dalam diagram alir Gambar 3: Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Kerusakan Mangrove di Canang Kering Upaya Peningkatan Produktivitas Konversi Hutan Mangrove untuk Pembukaan Tambak Fungsi Ekologis Fungsi Ekonomi Ekosistem Mangrove Peningkatan Partisipasi Masyarakat untuk Menerapkan Sistem Tambak Silvofishery yang dapat Menjaga Kelestarian Mangrove Analisis Deskriptif Identifikasi Pola Sistem Tambak Perbandingan Pendapatan Tambak Non- Silvofishery Tambak Silvofishery Sistem Tambak yang Berkelanjutan Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Analisis Pendapatan RC Ratio Analisis Biaya Manfaat Identifikasi Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Tambak Analisis Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Tambak IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Canang Kering, Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan data dilakukan selama satu bulan yaitu bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut ekosistem mangrove mengalami kerusakan dan telah ada penerapan pola tambak silvofishery sebagai upaya rehabilitasi.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner responden yang menjadi objek penelitian dan para tokoh atau instansi terkait. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh melalui studi literatur dari penelitian-penelitian dahulu yang terkait, jurnal nasional maupun internasional, data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perikanan dan Peternakan, Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup, dan literatur lain yang dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai.

4.3 Metode Pengambilan Responden

Penelitian ini tidak menggunakan metode pengambilan sampel untuk responden karena dilakukan dengan sensus. Ruslan 2008 mengatakan bahwa peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk meneliti seluruh elemen-elemen dari populasi, jika elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap elemennya tinggi heterogen. Sensus lebih layak dilakukan jika penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh petani tambak di Desa Canang Kering, yaitu petani tambak silvofishery berjumlah 14 orang dan petani tambak non-silvofishery berjumlah 26 orang.