Analisis Pendapatan Analisis Ekonomi Tambak Silvofishery Sebagai Upaya Pemafaatan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan (Studi Kasus: Desa Canang Kering, Medan)
Penelitian mengenai analisis kelayakan secara finansial dan ekonomi telah dilakukan oleh Margaretta 2013 mengenai analisis ekonomi usahatani jamur
tiram putih dan oleh Renita 2013 menganalisis secara finansial dan ekonomi pengembangan taman wisata alam sesuai daya dukung kawasan. Mantau 2008
melakukan penelitian terhadap kelayakan investasi usaha budidaya ikan mas dan nila dalam keramba jaring apung ganda. Hasil dari penelitian terdahulu mengenai
ekosistem mangrove dan tambak silvofishery dan analisis kelayakan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6 Penelitian mengenai ekosistem mangrove dan tambak silvofishery
Penulis Judul
Hasil Penelitian Gunawan
dan Noorhidayah
2007 Peranan
dan manfaat
sumberdaya hayati
ekosistem mangrove
Perubahan luas hutan mangrove sebesar 50 dapat mengakibatkan
pengurangan nilai
ekonomi ekosistem mangrove sebesar Rp 23.820.915.689,79
hingga Rp 39.701.526.149,65. Gunawan et
al. 2007
Peranan Silvofishery
dalam Peningkatan
Pendapatan Masyarakat dan
Konservasi Mangrove
di Bagian
Pemangkuan Hutan
Ciasem-Pamanukan, Kesatuan
Pemangkuan
Hutan Purwakarta
Kegiatan silvofishery empang parit mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani rata-
rata 72,16 tetapi belum cukup tepat sasaran. Persepsi petambak terhadap fungsi mangrove
umumnya masih kurang, hanya 15 responden yang menyatakan mangrove penting bagi produksi
perikanan. Hasil Wawancara dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan komposisi yang
disajikan dalam bentuk grafik.
Halidah et al.
2007 Produktivitas
Tambak Pada Berbagai Penutupan
Mangrove
Produktivitas tambak yang optimal pada plot dengan
penutupan mangrove
60 dimana
parameter yang dilihat adalah produksi serasah, pertumbuhan berat ikan, kesuburan fitoplankton,
dan kesuburan zooplankton yang tinggi. Wisyanda
2013 Analisis
Perbandingan Hasil Tambak Perikanan
di Dalam dan di Luar Kawasan
Mangrove Kabupaten Probolinggo,
Provinsi Jawa Timur Surplus produsen petani tambak dalam kawasan
mangrove adalah sebesar Rp 7.351.792,00 per hektar per tahun, sedangkan surplus produsen
petani tambak petani di luar kawasan mangrove adalah sebesar Rp 2.407.010,00 per hektar per
tahun. Metode yang digunakan adalah analisis biaya dan manfaat dan Surplus Produsen.
Tabel 7 Penelitian menggunakan analisis kelayakan finansial dan ekonomi
Penulis Judul
Hasil Penelitian Margaretta
2013 Analisis
Ekonomi Usahatani Jamur Tiram
Putih di
Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor
Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha tani non
plasma A memiliki pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar, sedangkan usahatani plasma
tidak
layak untuk
dijalankan karenapetani
mengalami kerugian.
Berdasarkan kriteria
kelayakan ekonomi ketiga jenis usahatani jamur tiram putih layak untuk dijalankan.