Pengujian Parameter Regresi Metode Pengolahan dan Analisis Data
agalocha, Avicennia officinalis, Avicennia alba, Rizhophora stylosa, Rizhophora apiculata, Lumnitetzera littorea, Bruguiera gymnorhiza,
dan Xylocarpus granatum.
Hampir semua jenis mangrove sejati terdapat di lokasi ini, mulai dari jenis api-api Avicennia spp. yang umumnya merupakan jenis pada zonasi
terdepan dalam hutan mangrove, bakau Rhizophora spp., dan teruntum Lumnitzera sp. yang sering ditemukan pada zonasi belakang.
Nilai keanekaragaman spesies diwujudkan melalui indeks keanekaragaman Shannon-Wienner yang merupakan suatu gambaran mengenai struktur vegetasi
berupa persekutuan
assemblages spesies
dalam komunitas.
Nilai keanekaragaman diperoleh berdasarkan data jumlah total individu seluruh spesies
yang ada pada suatu lokasi. Menurut Barbour et al. 1987, nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner H berkisar antara 0-7 dengan kriteria a
nilai 0-2 tergolong rendah b nilai 2-3 tergolong sedang dan c nilai 3 atau lebih tergolong tinggi. Data nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner untuk masing-masing fase perkembangan vegetasi mangrove
No Fase Perkembangan
Nilai Indeks Keanekaragaman 1
Semai 1,56
2 Pancang
1,73 3
Pohon 1,70
Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2013
Data indeks keanekaragaman yang diperoleh baik pada fase semai, pancang, dan pohon tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan atau variasinya kecil.
Jika dikaitkan dengan kriteria yang disusun oleh Barbour et al. 1987 bahwa keanekaragaman vegetasi mangrove yang ada masuk kelompok rendah. Semakin
kecil nilai indeks keanekaragaman maka semakin sedikit jumlah individu setiap jenis yang ditemukan.
Di Medan Belawan untuk fase pohon jumlah spesies tertinggi ada pada jenis kayu buta-buta Excoeceria agalocha sebanyak 89 individu dan terendah pada
jenis bakau Rhizophora apiculata dan teruntum Lumnitzera littorea 1 individu. Variasi yang sangat besar ini diduga menyebabkan rendahnya indeks
keanekaragaman yang diperoleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2013.
Dari data nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner juga dapat menggambarkan kondisi aktual ekosistem hutan mangrove dan kebutuhannya
akan program rehabilitasi. Magurran 1983 dalam Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2013 memberikan kriteria dari nilai indeks keanekaragaman
Shannon Wienner sebagai berikut: 1.
Nilai indeks keanekaragaman 1,50; kondisi ekosistem mangrove rusak berat dan mutlak harus segera dilakukan kegiatan rehabilitasi.
2. Nilai indeks keanekaragaman 1,50 IK 3,00; kondisi ekosistem
mangrove rusak ringan dan kegiatan rehabilitasi sebaiknya dilakukan. 3.
Nilai indeks keanekaragaman 3,00; kondisi ekosistem hutan mangrove baik, kekayaan flora mangrove terjaga, keanekaragaman jenis mangrove
cukup tinggi dan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove tidak diperlukan. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat diuraikan bahwa di Medan
Belawan memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,70 yang menunjukkan bahwa ekosistem hutan mangrove di lokasi ini dalam kondisi rusak ringan dan
sebaiknya dilakukan kegiatan rehabilitasi Tabel 15. Kondisi fisik hutan mangrove juga dapat dinilai dari aspek kerapatan vegetasi. Semakin besar nilai
kerapatan jenis maka semakin baik kondisi suatu hutan, dan sebaliknya semakin rendah nilai kerapatan jenis berarti semakin mendesak kebutuhan rehabilitasi
ekosistem mangrove tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup KLH Republik Indonesia melalui
Keputusan Menteri No. 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan mangrove dan pedoman pemantauan kerusakan mangrove, telah mengeluarkan
suatu kriteria tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan nilai kerapatan pohon perhektar, kriteria baku tersebut dibagi menjadi:
1. Sangat Baik Sangat Padat apabila terdapat 1500 pohon per hektar.
2. Baik Sedang apabila terdapat 1000-1500 pohon per hektar.
3. Rusak Jarang apabila terdapat 1000 pohon per hektar.
Hasil pengukuran nilai kerapatan pohon, pancang, dan semai pada Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.