Analisis Perbandingan Pendapatan Tambak Silvofishery dan Tambak
Aspek Lingkungan
Usaha tambak silvofishery memberikan dampak positif terhadap lingkungan, hal ini disebabkan limbah dari penggunaan bahan kimia anorganik
pada kolam tambak seperti obat-obatan dimanfaatkan menjadi pakan bagi ikan. Keberadaan mangrove juga dapat menyerap limbah dan sebagai biofilter untuk
memperbaiki kualitas air, selain itu mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai tempat penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan
bagi berbagai biota, pencegah erosi yang mengurangi potensi terjadinya pecah kolam.
Aspek Pasar
Aspek pasar menganalisis permintaan, penawaran, harga, pemasaran, dan perkiraan penjualan ikan yang dibudidayakan, struktur pasar, dan persaingan
kegiatan usaha tambak silvofishery. 1.
Permintaan Permintaan hasil perikanan di Medan tergolong cukup besar, hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah konsumsi ikan oleh masyarakat Sumatera Utara yang mencapai 38,95 persen dari konsumsi pangan secara keseluruhan. Jumlah itu lebih
tinggi dari rata-rata nasional yang tercatat pada angka 35,14 persen BPS Provinsi Sumatera Utara 2013. Udang, ikan, dan kepiting merupakan jenis yang banyak
digemari oleh masyarakat sehingga permintaan tergolong cukup tinggi, namun seiring dengan tingginya permintaan akan ikan masih belum diimbangi dengan
produksi ikan budidaya yang sering mengalami gagal panen. 2.
Penawaran Jumlah penawaran ikan hasil produksi usaha tambak silvofishery diperoleh
berdasarkan jumlah produksi rata-rata dalam kuesioner responden. Hasil produksi rata-rata ikan nila mencapai 407,14 kghatahun, hasil produksi rata-rata udang
mencapai 184,29 kghatahun, dan hasil produksi rata-rata kepiting mencapai 30 kghatahun.
3. Harga
Harga ikan untuk masing-masing jenis dan ukuran di tingkat petani berbeda- beda. Berdasarkan hasil kuesioner responden, harga rata-rata yang diterima petani
tambak silvofishery untuk produksi ikan nila sebesar Rp 8.075,00 per kg, harga yang diterima petani untuk produksi kepiting sebesar Rp 38.400,00 dan udang
sebesar Rp 67.550,00 per kg. Harga pasar umumnya untuk produksi ikan nila sebesar Rp 15.000,00 per kg, kepiting sebesar Rp 50.000,00 per kg, dan udang
sebesar Rp 60.000,00 per kg, tetapi hal ini juga dipengaruhi ukuran dan bobot komoditas perikanan tersebut.
4. Pemasaran
Analisis pemasaran dalam usaha ini adalah menganalisis produk ikan yang dijual petani tambak dan bagaimana cara petani mendistribusikan hasil
produksinya. Untuk setiap jenis hasil perikanan budidaya, ukuran ikan yang diproduksi beragam disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Permintaan konsumen
terhadap hasil perikanan budidaya berasal dari berbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara. Petani tambak mendistribusikan ikan hasil produksinya ke
pedagang pengumpul. Ikan yang dipanen oleh petani biasanya dibeli oleh pedagang pengumpul untuk dipasarkan ke daerah.
5. Persaingan Usaha
Pesaing usaha tambak silvofishery yang perlu diperhatikan yaitu usaha tambak non-silvofishery. Kolam tambak dengan sistem silvofishery memiliki
keunggulan dari segi hasil panen yang lebih tinggi dan dapat dikategorikan sebagai produk organik, penggunaan input lebih rendah sehingga biaya per musim
tanam lebih rendah, serta adanya manfaat ekologis tambahan dari keberadaan mangrove seperti resiko gagal panen akibat kolam pecah semakin berkurang.