Metode Pengambilan Sampel Struktur Biaya Dan Pendapatan Usaha Tempe Anggota Dan Non Anggota Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Kota Bogor (Studi Kasus Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

komponen total penerimaan dan total biaya secara keseluruhan pada usaha tempe anggota dan non anggota Primkopti Kota Bogor yang dijabarkan sebagai berikut:

4.4.3. Analisis Rasio RC

Analisis rasio RC dilakukan pada usaha tempe anggota dan non anggota Primkopti Kota Bogor di Kelurahan Kedung Badak pada masing-masing skala usaha untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan menguntungkan, merugikan, atau impas. Semakin besar nilai rasio RC, maka keuntungan yang diperoleh pengrajin tempe akan semakin besar. Sama halnya dengan analisis pendapatan, analisis rasio RC ini dibedakan menjadi dua, yaitu rasio RC atas biaya tunai dan rasio RC atas biaya total. Secara matematis rasio RC dirumuskan sebagai berikut: Dengan kriteria: 1. Rasio RC  1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha tempe tersebut akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu. Dengan kata lain, usaha tersebut menguntungkan atau lebih efisien. 2. Rasio RC = 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha tempe tersebut akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, usaha tersebut dalam kondisi break even point BEP, yaitu tidak untung dan tidak rugi. 3. Rasio RC  1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha tempe tersebut akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan atau tidak efisien. Metode perhitungan pendapatan dan rasio RC yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Metode perhitungan pendapatan dan rasio RC harian usaha tempe Penerimaan 1. Produksi tempe kg 1 2. Harga satuan tempe Rpkg 2 Total penerimaan dari penjualan tempe 3 = 12 3. Sisa Hasil Usaha SHU Rphari 4 4. Jasa simpanan Rphari 5 Total penerimaan dari keanggotaan Primkopti 6 = 4+5 5. Ampas kulit kedelai Rphari 7 Total penerimaan lain 7 Total Penerimaan 8 = 3+6+7 Biaya Tunai 1. Biaya tetap Rphari 9 2. Biaya variabel Rphari 10 Total biaya tunai 11 = 9+10 Biaya Tidak Tunai 1. Biaya tetap Rphari 12 2. Biaya variabel Rphari 13 Total biaya tidak tunai 14 = 12+13 Total Biaya 15 = 11+14 Pendapatan Atas Biaya Tunai 16 = 8 11 Pendapatan Atas Biaya Total 17 = 8 15 Rasio RC Atas Biaya Tunai 18 = 811 Rasio RC Atas Biaya Total 19 = 815 Keterangan: khusus anggota Primkopti Sumber: Data Primer, 2015

4.4.4. Analisis Titik Impas Break Even Point

Analisis titik impas break even point dilakukan untuk melihat produksi tempe anggota dan non anggota pada masing-masing skala usaha agar tidak mengalami kerugian. Dengan analisis BEP dapat diketahui pada tingkat produksi berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya dan pada tingkat penerimaan berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh laba atau rugi. Perlu dilakukan pemisahan biaya tetap dengan biaya variabel secara jelas dan benar. Pendekatan untuk perhitungan BEP dalam penelitian ini adalah BEP dalam jumlah unit produksi kg dan BEP dalam hasil penjualan dalam nilai rupiah. Untuk menentukan titik impas BEP dapat dilakukan dengan dua rumus sebagai berikut: 1. BEP dalam satuan unit produksi kg