dihasilkan adalah sebanyak 29.27 kg untuk skala I, 43.16 kg untuk skala II, dan 59.36 kg untuk skala III, sementara penerimaan per hari yang minimal harus
didapat adalah sebesar Rp 257 203 untuk skala I, Rp 377 933 untuk skala II, dan Rp 517 888 untuk skala III.
Tabel 6.10 Nilai titik impas rata-rata usaha tempe berdasarkan keanggotaan Primkopti dan skala usaha di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
No. Uraian
Anggota Non Anggota
Skala I Skala II
Skala III Skala I
Skala II Skala III
1. Total Biaya Tetap
65 085 82 084
67 670 63 844
86 346 74 730
2. Biaya Variabel
Rata-Rata RpKg TempeHari
6 396 6 652
7 209 6 581
6 775 7 452
3. Harga Jual Tempe
Rata-Rata RpKg TempeHari
8 673 8 783
8 712 8 800
8 750 8 721
4. BEP Unit Kg
TempeHari 28.88
38.44 45.16
29.27 43.16
59.36 5.
BEP Rupiah RpHari
249 832 337 174
393 263 257 203
377 933 517 888
6. Volume Produksi
Aktual Kg TempeHari
65.87 114.45
151.52 63.30
132.67 230.37
7. Penerimaan
Aktual Rp Hari 575 744 1 012 531 1 328 974
561 179 1 167 943 2 018 248
Sumber: Data Primer, 2015 Diolah
Tabel 6.10 menunjukkan bahwa BEP unit dan BEP rupiah pada skala I lebih rendah pada pengrajin non anggota dibanding pengrajin anggota. Pada skala
II dan skala III BEP unit dan BEP rupiah lebih rendah pada pengrajin anggota dibanding pengrajin non anggota. Perbedaan anggota dan non anggota tersebut
perlu diuji secara statistik apakah terdapat perbedaan BEP yang signifikan antar keanggotaan dan antar skala usaha dengan melakukan uji beda dua sampel bebas
dan uji beberapa sampel bebas dengan taraf nyata α 5 persen.
6.3.2. Uji Beda Terhadap Titik Impas BEP Usaha Tempe Berdasarkan
Keanggotaan Primkopti dan Skala Usaha
Analisis titik impas BEP usaha tempe juga dilakukan uji beda terhadap titik impas BEP antara pengrajin anggota dan non anggota yang terdiri dari BEP
unit dan BEP rupiah menurut keanggotaan pengrajin dan skala usaha. Hasil uji beda total biaya usaha tempe menurut keanggotaan pengrajin dapat dilihat pada
Tabel 6.11.
Tabel 6.11 Hasil uji beda titik impas BEP usaha tempe menurut keanggotaan pengrajin di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
No. Keanggotaan
Mean Std. Deviation
Sig. 2- tailed
Sig. 1- tailed
Mean Difference
1. BEP Unit Anggota
33.958 9.382
0.040 0.020
-6.659 2.
BEP Unit Non Anggota 40.617
14.707 3.
BEP Rupiah Anggota 295 865.17
81 720.16 0.035
0.018 -59 767.76
4. BEP Rupiah Non Anggota
355 632.94 127 967.98
Keterangan: signifikan pada taraf nyata
α 5 persen Sumber: Data Primer, 2015 Diolah
Data pada Tabel 6.11 secara rinci terdapat pada Lampiran 19 dan Lampiran 20. Berdasarkan Tabel 6.11, BEP unit pengrajin anggota lebih rendah
dibanding pengrajin non anggota dapat dilihat dari nilai sig. 1-tailed sebesar 0.020 yang lebih kecil dari nilai alfa
α 0.05 sehingga menunjukkan tolak H . Hal
ini berarti secara statistik BEP unit pengrajin anggota signifikan lebih rendah dibanding pengrajin non anggota pada tar
af nyata α 5 persen. Perbedaan rata- rata mean difference antara pengrajin anggota dan non anggota tersebut sebesar
6.659 kilogram tempe. Dengan kata lain, rata-rata BEP unit pengrajin anggota lebih rendah 6.659 kilogram tempe dibanding pengrajin non anggota.
Untuk BEP rupiah, berdasarkan Tabel 6.11, BEP rupiah pengrajin anggota lebih rendah dibanding pengrajin non anggota dapat dilihat dari nilai sig. 1-
tailed sebesar 0.018 yang lebih kecil dari nilai alfa α 0.05 sehingga
menunjukkan tolak H . Hal ini berarti secara statistik BEP rupiah pengrajin
anggota signifikan lebih rendah dibanding pengrajin non anggota pada taraf nyata α 5 persen. Perbedaan rata-rata mean difference antara pengrajin anggota dan
non anggota tersebut sebesar Rp 59 767.76. Dengan kata lain, rata-rata BEP rupiah pengrajin anggota lebih rendah Rp 59 767.76 dibanding pengrajin non
anggota. Uji beda BEP unit usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha
menggunakan metode One-Way ANOVA karena memiliki lebih dari dua sampel bebas. Pada Lampiran 23, tabel anova menunjukkan bahwa secara rata-rata BEP
unit menurut skala usaha berbeda signifikan secara statistik karena nilai sig. sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa
α 0.01 sehingga menunjukkan tolak H
. Hasil uji beda BEP unit usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha dapat dilihat pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12 Hasil uji beda BEP unit usaha tempe menurut skala usaha di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
Perbandingan Skala Usaha Mean Difference
Std. Error Sig.
BEP Unit Anggota Skala I
Skala II -9.552
3.301 0.029
Skala III -16.278
2.820 0.079
Skala II Skala III
-6.726 3.941
0.289 BEP Unit Non Anggota
Skala I Skala II
-13.894 3.405
0.001 Skala III
-30.100 3.405
0.000 Skala II
Skala III -16.202
3.888 0.001
BEP Unit Anggota Secara Keseluruhan Skala I
Skala II -11.250
2.547 0.000
Skala III -27.447
2.989 0.000
Skala II Skala III
-16.196 3.634
0.001 Keterangan:
s ignifikan pada taraf nyata α 10 persen
s ignifikan pada taraf nyata α 5 persen
s ignifikan pada taraf nyata α 1 persen
Sumber: Data Primer, 2015 Diolah
Berdasarkan Tabel 6.12, BEP unit pada usaha tempe anggota skala I dengan skala II berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sig.
0.05, skala I dengan III berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 10
persen sig. 0.1, sementara skala II dengan skala III tidak berbeda signifikan
secara statistik. Perbandingan BEP unit antar skala usaha pada usaha tempe non anggota masing-masing berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 1
persen sig. 0.01.
Perbandingan BEP unit pada usaha tempe secara keseluruhan berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 1 persen sig.
0.01. Nilai perbedaan rata-rata mean difference menunjukkan bahwa usaha tempe skala I memiliki
rata-rata BEP unit terkecil dibandingkan skala II dan III karena memiliki nilai mean difference terkecil. Semakin kecil skala usaha, maka semakin rendah
produksi dan rupiah yang harus didapatkan agar terhindar dari kerugian. Uji beda BEP rupiah usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha,
pada Lampiran 26, tabel anova menunjukkan bahwa secara rata-rata BEP rupiah menurut skala usaha berbeda signifikan secara statistik karena nilai sig. sebesar
0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa α 0.01 sehingga menunjukkan tolak H
. Hasil uji beda BEP rupiah usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.13.
Tabel 6.13 Hasil uji beda BEP rupiah usaha tempe menurut skala usaha di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
Perbandingan Skala Usaha Mean Difference
Std. Error Sig.
BEP Rupiah Anggota Skala I
Skala II -87 342.727
28 442.490 0.021
Skala III -143 431.467
20 999.833 0.052
Skala II Skala III
-56 088.750 32 205.229
0.258 BEP Rupiah Non Anggota
Skala I Skala II
-120 729.283 29 986.028
0.001 Skala III
-260 684.908 29 986.028
0.000 Skala II
Skala III -139 955.625
34 246.457 0.001
BEP Rupiah Secara Keseluruhan Skala I
Skala II -99 960.150
22 144.737 0.000
Skala III -239 445.800
26 497.321 0.000
Skala II Skala III
-139 485.650 32 2225.500
0.001 Keterangan:
s ignifikan pada taraf nyata α 10 persen
s ignifikan pada taraf nyata α 5 persen
s ignifikan pada taraf nyata α 1 persen
Sumber: Data Primer, 2015 Diolah
Berdasarkan Tabel 6.13, BEP rupiah pada usaha tempe anggota skala I dengan skala II berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen sig.
0.05, skala I dengan III berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 10
persen sig. 0.1, sementara skala II dengan skala III tidak berbeda signifikan
secara statistik. Perbandingan BEP rupiah antar skala usaha pada usaha tempe non anggota masing-masing berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 1
persen sig. 0.01. Perbandingan BEP rupiah pada usaha tempe secara
keseluruhan berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata 1 persen sig.
0.01. Nilai perbedaan rata-rata mean difference menunjukkan bahwa usaha tempe skala I memiliki rata-rata BEP rupiah terkecil dibandingkan skala II dan III
karena memiliki nilai mean difference terkecil. Semakin kecil skala usaha, maka semakin rendah produksi dan rupiah yang harus didapatkan agar terhindar dari
kerugian. Secara keseluruhan nilai titik impas BEP yang dihasilkan tersebut dapat
terlihat dari volume produksi aktual dan penerimaan aktual per hari yang semakin jauh dari nilai BEP unit dan BEP rupiah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
setiap pengrajin baik anggota maupun non anggota pada setiap skala usaha dapat terhindar dari kerugian dalam menjalankan usaha rumah tangganya.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, simpulan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Komponen biaya terbesar dalam struktur biaya usaha tempe baik anggota
maupun non anggota pada tiap skala usaha adalah biaya bahan baku utama, yaitu kedelai. Proporsi biaya kedelai pada usaha tempe anggota
lebih rendah dibanding non anggota karena anggota memperoleh harga kedelai yang lebih rendah. Pada pengrajin anggota maupun pengrajin non
anggota, semakin besar skala usaha maka biaya tetap dan biaya tidak tunai per kilogram tempe semakin kecil sementara biaya variabel dan biaya
tunai per kilogram tempe semakin besar. Pengrajin anggota memiliki total biaya per kilogram tempe yang lebih kecil dibandingkan dengan pengrajin
non anggota pada setiap skala usaha. Skala II memiliki total biaya per kilogram tempe yang paling kecil baik pada usaha tempe anggota, non
anggota, maupun secara keseluruhan. 2.
Pendapatan dan rasio RC atas biaya tunai dan atas biaya total per kilogram tempe yang dihasilkan lebih besar pada pengrajin anggota
dibandingkan dengan pengrajin non anggota pada setiap skala usaha serta lebih besar pada skala II pada usaha tempe anggota maupun non anggota.
Secara keseluruhan, pendapatan dan rasio RC atas biaya total per kilogram tempe terbesar terdapat pada usaha tempe pengrajin anggota
skala II. Oleh karena itu, usaha tempe pengrajin anggota dengan skala II yang paling efisien dari segi biaya dan pendapatan.
3. Nilai titik impas BEP yang dihasilkan dapat terlihat bahwa volume
produksi aktual per hari dan penerimaan aktual per hari jauh dari nilai BEP unit dan BEP rupiah yang didapatkan. Dapat dikatakan bahwa setiap
pengrajin baik anggota maupun non anggota pada setiap skala usaha dapat terhindar dari kerugian dalam menjalankan usaha rumah tangganya.
4. Terdapat perbedaan signifikan secara statistik terhadap total biaya,
pendapatan atas biaya total, rasio RC atas biaya total, BEP unit, dan BEP