membuka kios sendiri. Pengrajin juga dapat menjalin kerja sama dengan warung yang ada di sekitar tempat produksi.
2.3. Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Pembuatan Tempe
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe umumnya meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya bangunan, drum besi,
drum plastik, ember, alat pengupas kulit kedelai, bak air, tampah, pompa air listrik, sumur pantek atau sumur bor, dan kompor gas, serta biaya penyusutan
peralatan yang termasuk dalam biaya tetap. Sementara biaya variabel terdiri dari kedelai sebagai bahan baku utama, ragi tempe, plastik, daun pisang, tabung gas,
tenaga kerja, dan listrik. Penerimaan dari produksi tempe per bulan didapatkan dari hasil penjualan
tempe dalam satuan bungkus atau kilogram dikali dengan harga per satuannya. Keuntungan dari usaha pembuatan tempe ini didapatkan setelah total penerimaan
dikurang total biaya. Setelah itu dapat ditentukan rasio RC, BEP harga produksi, dan BEP volume produksi Warisno dan Dahana, 2010.
Menurut Anggraeny, Husinsyah, dan Maryam 2011, permasalahan yang terjadi pasa usaha tempe adalah kurangnya pengetahuan pengrajin mengenai
pengelolaan dan penggunaan modalnya, sehingga pengrajin kurang mengetahui apakah mendapatkan keuntungan atau kerugian. Oleh karena itu, perlu diketahui
usaha tempe yang dijalankan mendapat keuntungan, kerugian, atau tidak mengalami kerugian impas dengan analisis titik impas break even point.
2.4. Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Primkopti
Koperasi didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan utama untuk menunjang kepentingan ekonomi para anggotanya melalui suatu
perusahaan bersama. Sejarah berdirinya koperasi di Indonesia dimulai pada masa penjajahan saat diberlakukan culture stelsel yang mengakibatkan penderitaan bagi
rakyat, terutama para petani dan golongan bawah, menimbulkan gagasan dari seorang Patih Purwokerto, yaitu Raden Ario Wiraatmadja untuk menolong
pegawai dan orang kecil dengan mendirikan Hulpen Spaaren Landbouwcrediet serta rumah-rumah gadai, lumbung desa, dan bank-bank desa. Pada tahun 1908
lahir perkumpulan Budi Utomo yang dalam programnya memanfaatkan sektor perkoperasian untuk mensejahterakan rakyat miskin dimulai dengan koperasi
industri kecil dan kerajinan. Kemudian berdiri Toko Adil sebagai langkah pertama pembentukan koperasi konsumsi Partomo dan Soejoedono, 2002.
Partomo dan Soejoedono 2002 juga menjelaskan mengenai tugas, fungsi, tujuan, dan jenis koperasi. Tugas koperasi adalah menunjang kegiatan usaha para
anggotanya melalui pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan dengan harga, mutu, dan syarat-syarat yang lebih menguntungkan. Fungsi koperasi adalah
sebagai alat perjuangan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan alat pembina masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi Indonesia.
Tujuan koperasi adalah keuntungan dan manfaat dirasakan oleh para anggotanya yang bekerja secara bersama-sama memperbaiki keadaan ekonomi.
Jenis koperasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis koperasi berdasarkan tipe kehidupan ekonomi para anggotanya dan jenis koperasi
berdasarkan keanggotaannya. Jenis koperasi berdasarkan tipe kehidupan ekonomi para anggotanya dibedakan menjadi koperasi konsumen, yaitu koperasi yang
bertugas meningkatkan kepentingan ekonomi dari rumah tangga anggotanya, dan koperasi produsen, yaitu koperasi yang bertugas meningkatkan kemampuan
ekonomi dari usaha para anggotanya. Jenis koperasi berdasarkan keanggotaannya terbagi menjadi koperasi
primer, koperasi sekunder, dan koperasi tersier. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang perorangan paling sedikit 20 orang. Koperasi sekunder
adalah koperasi yang beranggotakan badan hukum koperasi atau koperasi primer paling sedikit beranggotakan tiga koperasi primer. Koperasi terserier adalah
koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi sekunder. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki koperasi dalam
jumlah yang cukup banyak. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor mencacat pada tahun 2014 terdapat 750 koperasi di Kota Bogor dan telah menentukan
beberapa koperasi berprestasi, yaitu salah satunya adalah Primer Koperasi Produsen Tempe Tahun Indonesia Primkopti Kota Bogor. Aspek penilaian
tersebut adalah aspek organisasi, aspek manajemen dan tatalaksana, aspek produktivitas, serta aspek dampak dan manfaat. Salah satu staff Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Bogor bagian Koperasi juga menuturkan bahwa penilaian koperasi tersebut salah satunya dilihat berdasarkan Rapat Akhir Tahun RAT
yang dilaksanakan rutin setiap tahun dan tepat waktu pada bulan januari hingga maret.
Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Primkopti Kota Bogor adalah salah satu koperasi berprestasi tingkat Kota Bogor tahun 2014. Primkopti
adalah koperasi produsen dan koperasi primer yang bergerak pada bidang produksi tempe tahu dengan kedelai sebagai bahan baku utamanya. Menurut
Danoe
2
1995, Primkopti didirikan pada tanggal 1979. Latar belakang berdirinya Primkopti adalah karena tingginya konsumsi tempe sehingga menjadi menu
makanan sehari-hari dalam masyarakat tetapi kurang memberikan dampak positif untuk kemajuan usaha dan kesejahteraan pengrajin beserta anggota keluarganya.
Mereka harus membeli bakan baku utamanya yaitu kedelai dari toko di pasar bebas dengan harga yang tidak terkendali.
Terdapat tokoh masyarakat yang menaruh kepedulian kepada para pengrajin tersebut karena melihat usaha dan kehidupan sehari-hari para pengrajin
tempe tahu yang jumlahnya cukup banyak dan tersebar di pelosok perkotaan dan pedesaan. Tokoh masyarakat tersebut yaitu Abdul Hanan, Djajang Murdjana,
Suryana Hanafie, Ezrim Jamil, BA., dan Agung Soetrisno. Kelima orang tersebut mencetuskan gagasan membentuk suatu wadah untuk menghimpun dan membina
para pengrajin tempe dan tahu yang kemudian diberi nama KOPTI singkatan dari Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia. Primkopti tersebar pada tingkat
provinsi serta kota dan kabupaten. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki Primkopti untuk mewadahi para pengrajin tempe tahu yang terdapat di
Kota Bogor.
2.5. Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis struktur biaya dan pendapatan, komoditas tempe, serta yang berkaitan dengan
membedakan berdasarkan status keanggotaan pelaku usaha terhadap suatu
2
Ketua Dewan Pengurus Primkopti Kota Bogor Periode 1987 1995