Uji Beda Terhadap Struktur Biaya Usaha Tempe Berdasarkan

dari simpanan dan SHU yang diterima dari Primkopti. Oleh karena itu, pada skala II dan III total penerimaan pengrajin anggota lebih besar dari pada pengrajin non anggota. Tabel 6.6 juga menyajikan besaran pendapatan dan nilai rasio RC untuk pengrajin anggota dan non anggota di setiap skala usaha. Terlihat bahwa pendapatan dan rasio RC atas biaya tunai lebih besar dibanding pendapatan dan rasio RC atas biaya total. Pada umumnya pengrajin hanya menghitung pendapatan dari usaha tempe yang dijalankan atas biaya tunai. Pendapatan atas biaya tunai tersebut terlihat lebih besar, namun pada kenyataannya terdapat biaya- biaya yang tidak secara langsung dikeluarkan tetapi sebaiknya dihitung ke dalam total biaya. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total per kilogram tempe pada skala I, II, dan III lebih besar pada pengrajin anggota dibandingkan dengan pengrajin non anggota. Hal tersebut disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan pengrajin anggota pada tiap skala lebih kecil dibandingkan pengrajin non anggota. Selain itu, penerimaan yang diperoleh juga cenderung lebih besar pengrajin anggota dibandingkan pengrajin non anggota. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengrajin anggota mengeluarkan total biaya yang lebih rendah untuk setiap kilogram tempe yang dihasilkan karena kedelai dan ragi yang dibeli di Primkopti lebih murah dan mudah mendapatkannya serta terdapat tambahan penerimaan dari keanggotaan terhadap Primkopti sehingga total pendapatan pengrajin anggota jika dibandingkan antar skala usaha lebih besar jika dibandingkan dengan pengrajin non anggota. Pendapatan atas biaya tunai paling besar secara keseluruhan terdapat pada usaha tempe anggota skala I, karena pada skala I biaya tunai yang dikeluarkan cenderung lebih kecil karena masih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan atas biaya total secara keseluruhan terbesar terdapat pada usaha tempe anggota skala II. Hal tersebut dikarenakan total biaya paling kecil juga terdapat pada pengrajin anggota skala II. Oleh karena itu, usaha tempe di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015 ini menunjukkan bahwa dengan meningkatkan skala usaha dari skala I ke skala II dapat menurunkan total biaya dan meningkatkan pendapatan atas biaya total per kilogram tempe, namun jika meningkatkan hingga skala III dapat meningkatkan total biaya dan menurunkan pendapatan atas biaya total per kilogram tempe. Usaha tempe dari skala I hingga III baik anggota maupun non anggota memiliki nilai rasio RC lebih dari satu jika dilihat dari nilai rasio RC atas biaya tunai dan biaya total secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tempe di Kelurahan Kedung Badak menguntungkan, yang artinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih dari satu rupiah. Nilai rasio RC atas biaya tunai jika dilihat dari masing-masing skala, skala I, skala II, dan skala III pada usaha tempe pengrajin anggota secara berurutan memiliki nilai rasio RC atas biaya tunai yang lebih besar, yaitu 1.33, 1.31, dan 1.2 dibandingkan dengan pengrajin non anggota, yaitu sebesar 1.32, 1.27, 1.16. Berbeda halnya dengan rasio RC atas biaya tunai, nilai rasio RC atas biaya total terbesar secara berurutan terdapat pada usaha tempe anggota dengan skala II, I, dan III, yaitu sebesar 1.2, 1.18, dan 1.15. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap tambahan satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha tempe pengrajin anggota akan menghasilkan tambahan penerimaan 1.2 rupiah untuk skala II, 1.18 rupiah untuk skala I, dan 1.15 rupiah untuk skala III. Dengan kata lain, usaha tempe anggota tersebut lebih efisien karena memiliki nilai rasio RC atas biaya total yang lebih besar dibandingkan dengan pengrajin non anggota. Perbedaan besaran pendapatan dan rasio RC saja tidak cukup dalam analisis pendapatan ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji statistik yaitu uji beda dua sampel bebas dan uji beda beberapa sampel bebas agar terlihat apakah perbedaan pendapatan dan rasio RC antar keanggotaan dan antar skala usaha berbeda secara signifikan dengan menggunakan taraf nyata α 5 persen.

6.2.2. Uji Beda Terhadap Pendapatan dan Rasio RC Usaha Tempe

Berdasarkan Keanggotaan Primkopti dan Skala Usaha Analisis pendapatan usaha tempe juga dilakukan uji beda terhadap pendapatan dan rasio RC antara pengrajin anggota dan non anggota yang terdiri dari pendapatan atas biaya total dan rasio RC atas biaya total menurut keanggotaan pengrajin dan skala usaha. Hasil uji beda total biaya usaha tempe menurut keanggotaan pengrajin dapat dilihat pada Tabel 6.7. Tabel 6.7 Hasil uji beda pendapatan dan rasio RC usaha tempe per kg output menurut keanggotaan pengrajin di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015 No. Keanggotaan Mean Std. Deviation Sig. 2- tailed Sig. 1- tailed Mean Difference 1. Pendapatan Atas Biaya Total Anggota 1 390.93 185.988 0.001 0.0005 177.737 2. Pendapatan Atas Biaya Total Non Anggota 1 213.19 207.863 3. Rasio RC Atas Biaya Total Anggota 1.1879 0.02586 0.000 0.000 0.02773 4. Rasio RC Atas Biaya Total Non Anggota 1.1601 0.03086 Keterangan: signifikan pada taraf nyata α 1 persen Sumber: Data Primer, 2015 Diolah Data pada Tabel 6.7 secara rinci terdapat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Berdasarkan Tabel 6.7, pendapatan atas biaya total per kilogram tempe pengrajin anggota lebih besar dibanding pengrajin non anggota dapat dilihat dari nilai sig. 1-tailed sebesar 0.0005 yang lebih kecil dari nilai alfa α 0.01 sehingga menunjukkan tolak H . Hal ini berarti secara statistik pendapatan atas biaya total per kilogram tempe pengrajin anggota signifikan lebih besar dibanding pengrajin non anggota pada taraf nyata α 1 persen. Perbedaan rata-rata mean difference antara pengrajin anggota dan non anggota tersebut sebesar Rp 177.737 per kilogram tempe. Dengan kata lain, rata-rata pendapatan atas biaya total pengrajin anggota lebih besar Rp 177.737 per kilogram tempe dibanding pengrajin non anggota. Berdasarkan Tabel 6.7, rasio RC pengrajin anggota dan non anggota menghasilkan nilai sig. 1-tailed sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa α 0.01 sehingga menunjukkan tolak H . Hal ini berarti secara statistik rasio RC atas biaya total pengrajin anggota signifikan lebih besar dibanding pengrajin non anggota pada taraf nyata α 1 persen. Perbedaan rata-rata mean difference antara pengrajin anggota dan non anggota tersebut sebesar 0.02773. Dengan kata lain, rata-rata rasio RC atas biaya total pengrajin anggota lebih besar 0.02773 dibanding pengrajin non anggota. Uji beda pendapatan atas biaya total usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha menggunakan metode One-Way ANOVA karena memiliki lebih dari