HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha Tempe Berdasarkan Keanggotaan Pengrajin
kacang kedelai, dan pompa air. Semakin besar skala usaha juga tidak menambah biaya-biaya lain seperti biaya PBB atau sewa bangunan dan biaya pajak kendaraan
atau sewa kendaraan. Berbeda halnya dengan biaya tetap, semakin besar skala usaha, maka
biaya variabel yang harus dikeluarkan cenderung semakin besar untuk per kilogram tempe yang dihasilkan. Hal tersebut jelas terlihat bahwa semakin banyak
kedelai yang digunakan maka semakin banyak pula ragi, plastik, daun pisang, listrik, dan tenaga yang digunakan untuk menghasilkan tempe. Biaya tetap
memiliki proporsi yang kecil terhadap total biaya. Hal tersebut dikarenakan komponen penyusun biaya tetap dikeluarkan per tahun. Selain itu sebagian
peralatan yang digunakan untuk memproduksi tempe memiliki umur ekonomi yang panjang, seperti alat pemecah kacang, rak, keranjang, dan motor, sehingga
jika dihitung biaya per hari akan menghasilkan biaya yang relatif kecil. Biaya tidak tunai memiliki proporsi antara 2.9 persen hingga 11.2 persen
terhadap total biaya, sementara biaya tunai memiliki proporsi antara 88.8 persen hingga 97.1 persen. Baik pengrajin anggota maupun non anggota, proporsi biaya
tidak tunai terbesar terdapat pada skala I. Hal tersebut dikarenakan pada skala I tenaga kerja yang digunakan masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
agar tetap memperoleh pendapatan dari usaha tempe yang dijalankan, sementara proporsi biaya tunai terkecil dimiliki oleh pengrajin skala III. Hal tersebut
dikarenakan pengrajin skala III menggunakan kedelai dalam jumlah banyak, sehingga perlu menggunakan tenaga kerja tambahan dan memiliki pendapatan
yang cukup untuk membayar tenaga kerja dari luar keluarga. Struktur biaya pada usaha tempe di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
baik berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel maupun berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai menghasilkan total biaya yang sama. Secara keseluruhan,
pengrajin anggota memiliki total biaya yang lebih kecil untuk setiap skala usaha baik skala I, II, dan III dibandingkan dengan pengrajin non anggota. Hal tersebut
dikarenakan pengrajin anggota mendapatkan bahan baku kedelai dan ragi yang lebih murah dan mudah dibandingkan pengrajin non anggota.
Perbedaan besaran biaya saja tidak cukup dalam analisis struktur biaya ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji statistik yaitu uji beda dua sampel bebas dan