44
3.5.1.2 Penghitungan Laju AkresiErosi
Penentuan laju perubahan garis pantai dalam penelitian ini menggunakan kombinasi antara modifikasi metode single transect untuk ekstraksi informasi
jarak perpindahan tiap lokasi garis pantai, serta metode end point rate untuk pengitungan statistik nilai laju perubahan tiap titik lokasi tersebut Thieler et
al. 2001 ; Hapke et al. 2010.
Modifikasi metode single transect dilakukan karena daerah kajian menghasilkan kondisi fiturset garis pantai yang kompleks, terutama di sebelah
Barat dan Timur wilayah AOI. Sehingga penentuan transek sangat menguras waktu dan tenaga serta menghasilkan banyak menghasilkan error. Di lain pihak,
end point rate dipilih sebagai metode pendekatan penghitungan statistik laju
perubahan mengingat penggunaan deret waktu rekaman citra Landsat dalam penelitan ini yang hanya terdiri atas 2 dataset 1991 dan 2003 sangat sesuai
dihitung menggunakan metode tersebut. Modifikasi metode single transect dilakukan terhadap baseline yang
menjadi dasar untuk pembuatan transek. Pada metode single transect yang sebenarnya, baseline dibuat menggunakan buffer-tool. Pada baseline ini dibuat
garis-garis transek tegak lurus berjarak spasi tetap sebagai titik pengukuran. Besar perubahanperpindahan posisi garis pantai meter selanjutnya ditentukan pada
panjang tiap transek yang menjadi titik perpotongan antara garis pantai-1 dengan garis pantai-2. Panjang jarak titik perpotongan panjang transek yang mewakili
perpindahan garis pantai pada pantai maju akresi ditandai sebagai nilai positif +, sebaliknya ditandai negatif - jika jarak titik perpotongan tersebut merupakan
garis pantai mundur erosi. Modifikasi dimaksud pada metode single transect adalah dengan tidak
membuat baseline tersebut menggunakan buffer tool. Melainkan transek langsung dibuat pada masing-masing fitur polyline yang menjadi entitas akresi dan erosi
dari hasil overlay fiturset garis pantai 1991 dengan 2003. Pada fiturset polyline ini garis-garis transek tegak lurus dibuat dan dengan jarak spasi tiap titik pengukuran
sebesar 100 meter. Perbedaan komponen antara metode single transect asli dan modifikasi
bisa dilihat pada Gambar 15. Sedangkan contoh penentun garis transek menurut
45 masing-masing entitas akresierosi dalam tiap shoreline grid disajikan pada
Gambar 16.
Gambar 15 Perbedaan komponen pada metode single transect asli dan
modifikasi untuk penentuan jarak perubahanperpindahan antar posisi garis pantai.
Berdasarkan penentuan perpindahan posisi garis pantai dari pendekatan single transect
maka diperoleh beberapa parameter perhitungan, sebagai berikut: 1 jumlah garis transek dalam tiap shoreline grid menurut entitasnya masing-
masing, 2 panjang keseluruhan garis transek berdasarkan penjumlahannya menurut masing-masing tanda entitas yaitu negatif untuk erosi dan positif untuk
akresi, serta 3 rentang waktu kedua dataset Landsat TM dan ETM. Berdasarkan ketiga parameter di atas maka penghitungan statistik dengan
pendekatan metode end point rate untuk laju perubahan garis pantai pada tiap shoreline grid
secara matematis diformulasikan sebagai berikut:
∑
. .................................................................... 2
46 di mana ; Vc = Rerata kecepatan perubahan majumundur garis pantai tiap
shoreline grid metertahun, L
ae
= Panjang keseluruhan single transect pada tiap shoreline grid
meter menurut entity Akresi + dan Erosi -, ΣN
ae
= Jumlah transek pada tiap shoreline grid, Y = Rentang waktu hasil ekstraksi fiturset garis
pantai 1991 dan 2003 12 tahun
Gambar 16 Contoh pembuatan garis transek dalam tiap shoreline grid
berdasarkan masing-masing entitas akresierosi yang dibentuk oleh hasil overlay polyline antara fiturset garis pantai 1991 dan 2003.
3.5.2 Variabel Geomorfologi