63 sebesar 2.985.412,41 m
2
2.985 km
2
untuk fiturset Tahun 1991 dan 233.501,86 m
2
234 km
2
untuk fiturset Tahun 2003. Walaupun perlakuan koreksi pasng surut mempengaruhi panjang dan luas masing-masing fiturset sehingga mempengaruhi
pula besar nilai entitas akresi dan erosi pada kedua perlakuan, namun secara umum diketahui bahwa akresi lebih dominan dibandingkan erosi dalam proses
evolusi sepanjang wilayah AOI pada kedua perlakuan baik dengan maupun tanpa koreksi pasang surut.
Analisis terhadap jenis fiturset polyline panjang garis pantai dan fiturset polygon luas daratan berdasarkan entitas akresi dan erosi yang dihasilkan kedua
fiturset selanjutnya diketahui bahwa pertambahan luas polygon daratan masing- masing adalah sebesar 4.737.248,93 m
2
± 4.737 km
2
berdasarkan perlakuan tanpa koreksi pasang surut dan sebesar 1.985.338,38 m
2
±1.985 km
2
berdasarkan perlakuan koreksi pasang surut. Adapun pertambahan panjang polyline garis
pantai masing-masing adalah sebesar 5.298,47 meter 5,3 km pada fiturset berdasarkan perlakuan koreksi pasang surut dan sebesar 26.929,37 meter 26,9
km berdasarkan perlakuan tanpa koreksi pasang surut.
4.1.3 Zona Perubahan Pantai AkresiErosi
Peta sebaran kawasan akresi dan erosi sepanjang wilayah AOI berdasarkan overlay fiturset TM 1991 dan fiturset ETM+ 2003 yang dibedakan atas
perlakuan koreksi pasang surut dan tanpa koreksi pasang surut ditampilkan pada Gambar 25.
Memperhatikan zona akresi dan erosi seperti pada Gambar 25 diketahui bahwa hasil pengekstrasian dinamika pantai yang berlangsung dalam wilayah AOI
selama kurun waktu dari tahun 1991 hingga 2003 secara umum mendukung beberapa hasil penelitian lain mengenai dinamika pantai sebelah Utara Pulau
Jawa. Misalnya proyeksi yang dibuat oleh Ongkosongo 1980 untuk pertumbuhan garis pantai Utara Jawa dari Teluk Banten hingga Cirebon seperti
disajikan pada Lampiran 3. Serta hasil pengamatan DPLH Indramayu 2005 dalam Rekamudra 2007 terhadap zona akresierosi wilayah pesisir Utara Jawa
Barat seperti terdapat pada Lampiran 4.
64
Gambar 25 Peta zona akresierosi sepanjang pantai dalam wilayah AOI dengan perlakuan dan tanpa perlakuan koreksi pasang surut. Sumber: hasil
analisis overlay fiturset garis pantai dari dataset Landsat TM Tahun 1991 dan ETM+ Tahun 2003.
108°90E 108°90E
108°030E 108°030E
107°520E 107°520E
6 °8
S
6° 1
6 3
S 108°90E
108°90E
108°030E 108°030E
107°520E 107°520E
6 °8
0S
6° 1
6 3
S
Zona AkresiErosi tanpa Koreksi Pasut Akresi
Erosi Tetap Darat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
FAIZAL KASIM C551060031
114°00E 111°00E
108°00E 6°
S 8°
S
INSET
Tanpa Koreksi Pasang Surut
Dengan Koreksi Pasang Surut
Sumber :
- Citra Landsat TM 1991 dan Ladsat ETM+ 2003 - Data Tinggi Pasut menurut Akuisisi kedua Citra
- Titik Elevasi Topografi Peta RBI 1:25.000 Bakosurtanal - Kontur Batimetri Peta LPI 1:50.000 Bakosurtanal
- Survey Lapangan Tahun 2008
Ü
4 8
12 2
Km
Tinggi Batimetri meter High : 12,6371
Low : -35,4615
65 Jika diperbandingkan peta peta proyeksi oleh Ongkosongo 1980 pada
Lampiran 3 serta peta hasil pengamatan DPLH Indramayu 2005 dalam Rekamudra 2007 pada Lampiran 4 dengan peta zona akresierosi hasil
pengolahan dataset Landsat TM dan ETM pada Gambar 25 maka terdapat kesesuaian pada seluruh hasil pengamatan terhadap pertumbuhan Delta
Cipunagara pantai sebalah Timur Laut Subang dan Tanjung Waledan sebelah Timur Laut Indramayu. Ketidaksesuaian dengan proyeksi Ongkosongo 1980
terdapat pertumbuhan garis pantai yang berada di antara Delta Cipunagara dan Tanjung Waledan. Di lain pihak, kesesuaian sebaran zona-zona akresi dan erosi di
sepanjang garis pantai antara Delta Cipunagara dan Tanjung Waledan terdapat pada hasil pengamatan DPLH Indramayu 2005 dalam Rekamudra 2007.
Terkait dengan erosi yang berlangsung di kawasan pesisir pantai bagian Utara Indramayu ini bagian tengah AOI, Bappeda Jabar 2007 menerangkan
bahwa proses tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh gerakan perputaran arus dari sebelah Barat wilayah AOI disebabkan oleh adanya
pertumbuhan Delta Cipunegara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Arus Barat yang bergerak relatif kuat menyusuri pantai Utara Jawa dari arah Jakarta, sesampainya
di Delta Cipunegara terputar membalik ke arah Barat lagi dengan cara masuk ke arah kawasan sepanjang pantai pesisir sebelah Utara Indramayu dan mengikis
pantai di daerah ini, tepatnya di sekitar pantai Eretan. Erosi di kawasan pantai pesisir sebelah Utara Indramayu banyak menarik
perhatian dan mendorong berbagai penelitian dilakukan terhadap kawasan ini disebabkan oleh kawasan ini yang strategis dan berkembang dalam aktivitasnya
sebagai daerah penyangga kawasan industri yang banyak terdapat di sebelah Utara Pulau Jawa. Selain juga karena keberadaan sumberdaya alam serta infrastruktur
dan jalur transportasi utama antara Cirebon - Jakarta Hanafi, 2005 ; UNDP Indonesia, 2007.
4.1.4 Ketidakpastian Uncertainty Fiturset Perubahan Garis Pantai