49 di mana: n = Nomor shoreline grid, LP = Luas poligon landform diperoleh dari
hasil kali luas tiap layer landuselandcover terhadap kelas ranking bobot masing-masing ke-k pada shoreline grid ke-n, LKg = Jumlah luas seluruh poligon
landform berdasarkan jumlah faktor pengali ranking ke-k pada shoreline grid ke-
n, diformulasikan sebagai;
∑ ............................................................... 3
NK = Nilai ranking variabel morfologi pada shoreline grid ke-n, diformulasikan
sebagai; ∑
. ...................................................... 4 k =
Ranking bobot variabel geomorfologi 1 – 5
3.5.3 Variabel Kemiringan Pantai Slope
Sumber data yang digunakan mengekstrak kemiringan pantai slope adalah keragaan raster terrain bati-topografi yang sebelumnya digunakan dalam
pengoreksian garis pantai terhadap pasang surut. Pada Gambar 18 ditunjukkan metode pengumpulan data kemiringan pantai.
Gambar 18 Metode pengumpulan nilai rerata variabel kerentanan kemiringan pantai slope dalam tiap shoreline grid.
Nilai kemiringan diekstrak menggunakan surface analysis tools dengan konfigurasi luaran adalah slope dengan satuan persen . Sedangkan ekstraksi
nilai variabel slope pada tiap grid garis pantai dilakukan menggunakan statistic tool.
Pengekstraksian nilai slope ini dilakukan pada daerah pantai berjarak 1 km
Peta RBI Poin Elevasi
1 : 24.000 Interpolasi
Spasial Statistik
Raster Terain Bati- Topografi
Resolusi 30 m Nilai Slope
Tiap Grid
Grid Garis Pantai
Peta LPI Garis Kontur
1 : 50.000 Surface
Analysis Kemiringan
Slope Pantai
50 ke arah laut maupun darat seawardlandward dari garis pantai yang ada pada
tiap grid.
3.5.4 Variabel Laju Perubahan Muka Laut
Sumber data yang digunakan untuk tinggi rerata perubahan muka laut mmtahun adalah data pengamatan satelit altimeter TopexPoseidon selama
kurun waktu 17 tahun Oktober 1992 hingga Juli 2009, diperoleh dari alamat http:.aviso.oceanobs.com. Jenis data berformat NetCDF .nc dan memiliki
resolusi grid berukuran 0.25
o
± 27.8 km dengan jenis koreksi mencakup inverted barometer
serta radiometer wet troposphere. Pengaruh faktor lokal seperti sebaran land subsidence, up-lift, dan tingkat penggunan air tanah tidak
diperhitungkan dalam menilai rerata laju kenaikan muka laut karena ketiadaan data yang dibutuhkan secara spasial, sehingga nilai laju perubahan muka laut yang
digunakan untuk wilayah AOI adalah murni merupakan faktor perubahan muka laut global atau mutlak Soemarwoto, 1992.
Pengolahan data mencakup tahapan cropping wilayah Laut Jawa dan sekitarnya, sorting, serta filtering. Keseluruhan tahapan tersebut dilakukan
menggunakan perangkat lunak Ocean Data View ODV, MS Excel dan Surfer. Dari tahapan ini diperoleh luaran berupa data XYZ yang merupakan poin grid
rerata tinggi perubahan muka laut Gambar 19.
Gambar 19 Tahapan konversi dalam metode ekstraksi data Network Common Data Format
.nc
Data Model Trend Perubahan Muka Laut +-
Data TOPEXPSOIDON selama 17 Tahun
1992-2009 .nc
Grid Garis Pantai
Ola h Croping
di ODV Arra nge
Menja di XYZ Rera ta
Ta hun di MS Excel
Interpola si Krigging
di Surfer
File TXT File XYZ
Cropping Konversi
di Globa l Ma pper
File Grid
File Grid XYZ .txt
Olah di AcGIS
Data Rerata Laju Kenaikan Muka
Laut Tiap Grid mmtahun
51 Untuk menghasilkan peta raster beresolusi 30 meter yang dijadikan
sumber untuk mengekstrak nilai variabel rerata perubahan muka laut dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi krigging dan resample menggunakan
teknik raster to feature point. Pengekstrasian nilai rerata laju perubahan muka laut dalam tiap shoreline grid dilakukan menggunakan zonal statistic tool.
3.5.5 Variabel Rerata Tinggi Gelombang