Perumusan Masalah Coastal Vulnerability Assessment Using Integrated Method of CVI MCA and GIS. Case Study at Northern Coastline of Indramayu

3 Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menggunakan pendekatan metode CVI dalam penilaian kerentanan status pantai. Terkait dengan pengembangan pendekatan dan keterbatasan data tersedia yang dapat digunakan, penelitian ini mencoba mengetahui pendekatan integrasi antara metode CVI dengan metode Multi Criteria Analysys MCA, disingkat CVI-MCA dan Sistim Informasi Geografis SIG. Upaya ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu alternatif pendekatan yang sederhana namun representatif terhadap penilaian dampak kenaikan muka laut dalam hal ini kerentanan garis pantai, terutama menyangkut hal-hal seperti; ketersediaan data, jenjang luaran penilaian parsial hingga simultan, serta luas cakupan lokal hingga global berdasarkan suatu penilaian pada suatu kawasan saja.

1.2 Perumusan Masalah

Laju perubahan garis pantai laju erosi dan akresi merupakan salah satu input penting penilaian kerentanan pantai dalam Metode CVI. Dalam banyak literatur mengenai CVI, penggunaan serta pengembangan metode ini digunakan dalam penilaian kerentanan pantai sebagai dampak kenaikan muka laut secara umum berjalan seiring dengan berkembangnya pendekatan analisis laju perubahan garis pantai Vafeidis et al. 2008 ; Gutierrez et al. 2009; Ruggiero and List, 2009 ; Pendletton et al. 2010. Di sisi lain, manfaat dan kegunaan data penginderaan jauh dari citra satelit Landsat seperti TM dan ETM+ dalam pemantauan kawasan pesisir, khususnya memetakan perubahan garis pantai, telah banyak dilaporkan Ambarwulan et al. 2003 ; Pranzini Wetzel, 2007; Ruiz et al. 2007 ; Harintaka Kartini, 2009. Perkembangan dewasa ini di bidang sistim informasi geografis SIG tentunya membawa dampak bagi perkembangan dan penyempurnaan tools yang diperlukan dalam analisis laju perubahan garis pantai. Hal ini memberi kemudahan dan manfaat sinergis dalam pengintegrasian SIG dan teknik penginderaan jauh inderaja dalam kegiatan monitoring dan evaluasi serta pemetaan perubahan garis pantai. Terkait dengan kondisi tersebut maka pertanyaan menarik adalah: bagaimanakah integrasi pendekatan metode SIG 4 dengan data penginderaan jauh Landsat digunakan untuk mengekstrak laju perubahan garis pantai?. Pendekatan metode CVI muncul dari upaya mengatasi banyak segi permasalahan kebutuhan metode penilaian prediksi sebuah ukuran sistim alami pantai terhadap potensi kerentanannya terkait dampak perubahan muka laut. Penilaian ini sering menjadi pertentangan di antara para ahli terutama menyangkut pendekatan metode yang diterapkan Gornitz et al. 1997; Thieler and Hammer- Klose, 2000; Pendletton et al. 2004A; 2004B; 2005. Pendekatan CVI memiliki metodologi sederhana. Di samping itu penerapan jumlah parameter variabel relatif sedikit dalam menyoroti suatu daerah yang memiliki kerentanan tertinggi. Hal ini menjadikan metode CVI popular digunakan di banyak negara dalam penilaian kerentanan pantai terhadap dampak kenaikan muka laut. Selain dua daftar keunggulan tersebut, metode CVI memiliki sejumlah daftar kekurangan. Salah satunya adalah bahwa luaran data numeriknya ranking dan skor indeks tidak dapat disetarakan dengan dengan dampak fisik tertentu Thieler and Hammer-Klose, 2000 ; Özyurt and Ergin, 2010, Kekurangan lain yaitu terbatasnya jumlah input parameter fisik yang digunakan dalam penilaian kerentanan dampak kenaikan muka laut Abuodha and Woodroffe, 2006. Serta. pendekatan ini semata hanya mendasari penilaian pada parameter fisik, tidak mempertimbangkan dampak peran manusia terhadap perubahan lingkungan pantai dalam proses-prses fisik yang dinilai Özyurt and Ergin, 2010 Berbeda dari beberapa pandangan mengenai kelemahan pendekatan metode CVI di atas, penelitian ini memfokuskan perhatian terhadap sifat dan bentuk luaran pendekatan metode CVI. Sebagaimana umum diketahui bahwa bentuk penilaian CVI adalah didasarkan pada sistim ranking tiap variabelnya. Sistim ranking berbeda diterapkan secara berbeda menurut skala cakupan penilaian lokal, regional, dan nasional. Pendekatan seperti ini menyebabkan input data tiap variabel dikumpulkan menurut cakupan wilayah penilain Dengan kata lain, dibutuhkan sumberdaya waktu, tenaga, biaya, dan perangkat yang makin besar untuk penyediaan data tiap variabel seiring bertambahnya luas kawasan yang dinilai Pendletton et al. 2004A; 2004B; 2005. Dengan bentuk 5 bentuk seperti itu luaran penilaian metode CVI bersifat spesifik bagi tiap kawasan pantai yang dinilai. Sehingga untuk melihat permasalahan tersebut pertanyaan menarik yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah status hasil penilaian kerentanan suatu kawasan pantai berbasis pendekatan metode CVI jika dianalisis menggunakan sistim ranking berbeda? Terkait dengan metode pengambilan keputusan terhadap analisis dampak perubahan iklim, The United Nations Framework Convention on Climate Change UNFCCC memasukkan MCA sebagai salah metode yang disarankan dalam mengevaluasi dampak, kerentanan, serta adaptasi terhadap perubahan iklim UNFCCC Secretariat, 2005. Jika diperhatikan, jenis data yang menjadi input dalam penilaian kerentanan CVI terdiri atas variabel-variabel yang berbeda satuan. Dalam analisis, jenis variabel tersebut memiliki bentuk penilaian kerentanan terstruktur, yaitu: bentuk penilaian parsial berupa ranking kerentanan variabel, semi parsial berupa kerentanan kelompok variabel, serta indeks kerentanan bentuk penilaian simultan yang dihasilkan dari perhitungan tiap ranking variabelnya Thieler and Hammer-Klose, 2000; Pendletton et al. 2010 ; Özyurt and Ergin, 2010. Menurut Susilo 2006 bahwa metode MCA atau metode sidik kriteria ganda SKG memiliki kemudahan dalam menganalisis indeks berstandarisasi di mana MCA dapat diterapkan terhadap berbagai komponen indeks yang berbeda jenis, satuan, maupun bobot weighting dari tiap atribut indeks yang dianalisis. Jika diperhatikan maka bentuk pendekatan penilaian terstruktur dalam metode CVI memiliki kesesuaian dianalisis dengan pendekatan standarisasi indeks. Berkenan dengan hal tersebut penelitian ini bertujuan mengetahui pengintegrasian kedua pendekatan dalam penilaian kerentanan pantai. Dengan demikian pertanyaan selanjutnya yang ingin dijawab adalah: bagaimanakah metode pendekatan integrasi metode CVI dengan metode MCA disingkat metode CVI-MCA menghasilkan jenis-jenis ranking kerentanan kerentanan variabel dan kerentanan kelompok variabel serta kategori indeks kerentanan yang dapat digunakan untuk perbandingan status kerentanan antar kawasan pantai?. Untuk menjawab serangkaian pertanyaan tersebut maka kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian adalah seperti disajikan pada Gambar 1. Sebagai 6 kasus studi, penelitian ini mengambil fokus pada wilayah garis pantai sepanjang 101,04 km yang membentang dari wilayah Legon Wetan Pantai Timur Kabupaten Subang hingga Pasekan Pantai Utara Kabupaten Indramayu. Diasumsikan ukuran spasial daerah kajian ini mewakili cakupan penilaian skala lokal hingga regional untuk penilaian kerentanan garis pantai terhadap dampak kenaikan muka laut. Gambar 1 Diagram ringkasan kerangka alir berpikir penelitian untuk pemecahan masalah. 7 Beberapa alasan mendasari pemilihan daerah kajian untuk penilaian ini diataranya, adalah: jenis profil kemiringan pantainya yang terkenal landai Bapeda-Jabar, 2007 ; Directorate General of Marine, Coast Small Islands Affairs, 2009, laju erosi dan akresi sepanjang garis pantai ini cukup signifikan Ongkosongo, 1980; Yuanita and Tingsanchali, 2008, ancaman bahaya dampak primer kenaikan muka laut banjir rob yang telah berlangsung Menteri Kimpraswil, 2003, serta merupakan suatu kawasan strategis dari aspek pembangunan daerah karena terletak di salah satu posisi pertumbuhan di bagian Utara Pulau Jawa hal mana ancaman terhadap daerah ini telah berlangsung di beberapa lokasi pemukiman masyarakat serta infrasutruktur yang ada UNDP Indonesia, 2007 ; Rubiman dan Rahayunongsih, 2008 ; Yusuf and Francisco, 2009.

1.3 Tujuan Penelitian