26 Contoh integrasi MCA dan SIG dalam penilaian bahaya dilakukan oleh
Mansor et al. 2004 yang melakukan analisis berbasis grid telah untuk mengkaji pengelolaan bahaya kebakaran hutan di District Pekan, bagian Selatan Pahang,
Peninsular Malaysia. Mereka menerapkan SIG untuk membangun keragaan penentuan beberapa tingkat zona kerentanan kebakaran wildfire, sedangkan
MCA digunakan untuk penentuan rangking daerah bahaya kebakaran. Contoh kajian lain yang melibatkan integrasi MCA-SIG dalam analisis
bahaya yang telah banyak dilaporkan adalah mencakup bidang-bidang, misalnya: analisis dampak elemen kontributor kerentanan total terhadap tsunami Cavalletti
et al. 2003, pengelolaan banjir dan penilaian ketahanan pantai Risk and Policy
Analysts Ltd, 2004, serta penentuan rangking tingkat prioritas adaptasi terhadap beberapa sektor sensitif terhadap perubahan iklim Füssel, 2009.
2.5 Penelitian Terdahulu
tentang Dampak Kenaikan Muka Laut
Kenaikan muka laut sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim telah menjadi perhatian global. Fenomena ini telah mendorong sejumlah studi terkait di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tabel 3 memberikan ringkasan karakteristik sejumlah studi berkenaan dengan perubahan muka laut yang telah
dikerjakan di beberapa negara juga Indonesia. Table 3
Karakteristik dari beberapa penilaian perubahan muka laut yang telah dilakukan pada berbagai negara dan daerah di Indonesia.
Kajian Daerah kajian
Data elevasi Skenario kenaikan
muka laut Akurasi Elevasi
yg dilaporkan Peta-
peta yang
dipublik asi
Schneider Chen 1980
Amerika Serikat
Kontor berjarak 15 25 kaki dari peta USGS
skala 1:24,000 4.6 7.6 m
Ada Tidak
ada
U.S. EPA 1989
Amerika Serikat
Kontur dari peta USGS
0.5, 1, 2 m Tidak ada
Tidak ada
Titus et al.. 1991
Amerika Serikat
Kontur dari peta USGS, deliniasi daerah wetland
data pasang surut 0.5, 1, 2 m
Tidak ada Tidak
ada FEMA 1991
Amerika Serikat
Peta Coastal floodplain 1 ft 3 ft
Tidak ada Tidak
ada
27
Tang 2001 Delta Yellow
River, Bagian Utara Propinsi
Shangdong, China
Peta kontur skala 1:600,000 berasal dari
The Atlas of the Yellow River Delta
3.04 m, 3.54 m, 3.75 m storm surge
untuk 2050 2100 Tidak ada
Ada
Small Nicholls
2003 Global GTOPO30
Pertambahan elevasi daratan 5
meter Ketidakpastian
berjarak 5 m untuk data elevasi tidak
ditetapkan besaran error metric
Tidak ada
Ericson et al.. 2006
Distribusi 40 daearh delta
40 di seluruh dunia
GTOPO30 0.5-12.5 mm
per tahun untuk tahun 2000-
2050 Tidak ada
Tidak ada
Rowley et al.. 2007
Global GLOBE
GTOPO30 1, 2, 3, 4, 5,
6 m Tidak ada
Ada
McGranahan et al.
2007 Global SRTM
Elevasi daratan 0 hingga 10 meter untuk
menentukan “low elevation
coastal zone” Tidak ada, namun
pertambahan elevasi 10 m
digunakan dalam pencatatan
keterbatasan data Ada
Demirkesen et al.
2007 Izmir, Turkey
SRTM 2 5 m
Ada, tapi tdk ada error metric
yg ditentukan Ada
Demirkesen et al.
2008 Turkey
SRTM 1, 2, 3 m
Ada, tapi tdk ada error metric
yg ditentukan Ada
Marfai et al. 2008
Semarang, Indonesia
Data survey lokal 1.2 1.8 m
Tidak ada Ada
Kafalenos et al
., 2008 U.S. Gulf
Coast NED
2 4 ft Tidak ada
Ada
Khrisnasari A, 2009
Jakarta Utara,
Indonesia Peta skala 1:1000 dari
Dinas Pemetaan Propinsi DKI Jakarta
5.7 mmtahun untuk tahun
2010-2050 Tidak ada, untuk
gabungan data PSMSL
Bakosurtanal serta landsub-
sidence Ada
Keterangan: GTOPO30 adalah sebuah Raster DEM global dengan grid horizontal berjarak 30
arc detik kurang lebih sebanding dengan ukuran 1 kilometer. SRTM adalah data Shuttle Radar Topography Mission
data. NED adalah data National Elevation Dataset
. Sumber: Tang, 2001; Marfai et al. 2008; CCSP, 2009; Khrisnasari, 2009
28
2.6 Kondisi Umum Lokasi Penelitian