75 Sebagai Tambahan, perbedaan ini bahkan terlihat pada laporan dari
institusi yang sama, misalnya Disaptono 2010 yang melaporkan laju kenaikan muka laut daerah Jakarta sebesar 8.5 mmtahun, sebaliknya nilai yang dilaporkan
oleh Directorate General of Marine, Coast Small Islands Affairs 2009 sebesar 8 mthn. Di lain pihak, Directorate General of Marine, Coast Small Islands
Affairs 2009 juga mempublikasikan nilai laju kenaikan muka laut yang berbeda dari data yang telah disebutkan sebelumnya untuk Kota Semarang dan Kota
Jepara masing-masing sebesar 7,8 mmtahun dan 8,9 mmtahun. Terkait dengan ketidakseragaman data laju kenaikan muka laut seperti
diuraikan di atas, hal tersebut bisa dipahami mengingat banyaknya aspek yang menjadi faktor penghitungan sebuah nilai laju keniakan muka laut Sutisna dan
Manurung, 2002 ; Diposaptono 2009. Data pengamatan kenaikan muka laut yang digunakan dalam penelitian ini
sengaja menggunakan jenis pengamatan global dan tidak memasukan aspek faktor lokal misalnya pengaruh land subsidence dan up lift, tingkat konsumsi air tanah,
kepadatan bangunan dan pemukiman serta aspek faktor regional seperti zona patahan akibat lempeng tektonik serta kompaksi sedimen yang berpengaruh pada
pengompresian massa daratan. Hal ini selain disebabkan oleh ketiadaan jenis data yang disebutkan menurut sebarannya secara spasial untuk daerah kajian, juga
disebabkan oleh tujuan khusus penelitian ini yang mengamati gradasi sebaran spasial faktor kenaikan muka laut dalam penentuan kerentanan garis pantai hal
mana didalamnya menghendaki keseragaman metode penentuan nilai laju kenaikan muka laut.
Hasil analisis menggunakan spasial statistic nilai rerata trend laju kenaikan muka laut mmtahun dalam tiap shoreline grid disajikan pada
Lampiran 12. Pada Lampiran 12 diketahui bahwa rerata laju kenaikan muka laut dalam tiap seluruh shoreline grid adalah berkisar antara 3,54 – 3,99 mmtahun.
4.2.2.2 Rerata Tinggi Gelombang
Sebaran spasial rerata tinggi gelombang musim mean seasonal significant wave height dan tahunan mean annual significant wave height wilayah Laut
Jawa Tahun 2002-2003 disajikan pada Lampiran 13.
76 Hasil analisis rerata tinggi gelombang musiman pada wilayah perairan
sekitar Laut Jawa menunjukkan bahwa secara umum puncak rerata tinggi gelombang Tahun 2003 terjadi pada pada Musim Peralihan 1 Musim Barat ke
Timur hingga Musim Timur dengan rerata ketinggian mencapai lebih dari 1,3 meter berlangsung di sekitar Cirebon. Pada Musim Peralihan 2 Musim Timur ke
Barat hingga Musim Barat rerata ketinggian gelombang musiman mencapai puncak kurang dari 1,3 meter.
Secara siklus tahunan, rerata tinggi gelombang signifikan terbesar terdapat di sebelah Timur pesisir Jawa Barat, tepatnya di perairan Cirebon. Sebaliknya,
secara umum rerata tinggi gelombang ke arah Timur pesisir Jawa Barat menunjukkan rerata tinggi gelombang yang kecil daripada sebelah Timur. Rerata
tinggi gelombang tahunan untuk daerah pesisir sebelah utara Jawa Barat berkisar antara 0,5 hingga 0,8 meter.
Secara umum data ECMWF yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kisaran nilai rerata tinggi gelombang yang sesuai dengan data dari
laporan lainnya. Pemerintah Kabupaten Indramayu tahun 1996 dalam Bappeda Jabar 2007 melaporkan bahwa berdasarkan kajian yang dilakukan mereka
menggunakan metode SMB Sverdrup Munk Bretch Neider menunjukkan bahwa umumnya gelombang di wilayah Indramayu sesuai dengan arah angin yaitu dari
arah Barat Laut, Utara dan Timur Laut di mana masing-masing adalah sebanyak 22,25, 10,88 dan 20,10 . Secara keseluruhan yakni sebanyak 28,40 tinggi
gelombang mencapai antara 0,5 – 0,8 meter, sedangkan gelombang teduh dengan ketinggian 0,3 m adalah sebanyak 28,40 .
Demikian pula hasil pengamatan gelombang di sekitar pantai Mayangan dan Ciasem Kabupaten Subang dalam musim Peralihan Mei menunjukkan
bahwa tinggi gelombang di daerah ini berkisar antara 4 cm sampai 42 cm 0,04 – 0,42 meter dengan periode gelombang antara 2.0 sampai 6.5 detik. Arah
rambatan gelombang yang dominan adalah berasal dari arah Utara dan Timur Laut.
Sebagai tambahan Kalay 2008 juga melaporkan bahwa dengan melakukan perhitungan karakteristik gelombang menggunakan data angin selama
15 tahun 1993-2007, tinggi gelombang di sebelah Utara Kabupaten Indramayu
77 tepatnya di daerah Eretan adalah berkisar antara 0,1 – 0,64 meter. Kondisi
maksimum terjadi saat angin bergerak dari arah Utara di mana tinggi gelombang berkisar antara 0,42 – 1,18 meter. Sedangkan kondisi minimum terjadi pada saat
angin bergerak dari arah Barat yakni karakteristik gelombang yang terbentuk memiliki ketinggian berkisar antara 0.284-0.432 meter.
Untuk wilayah Kabupaten Cirebon, prosentase seluruh angin kuat selama 6 tahun maka arah angin dari selatan yaitu 81,25, kemudian angin barat laut dan
utara sebesar 6.25, selanjutnya angin timur 4,17. Frekwensi terbesar kecepatan angin berada pada interval 11 – 16 Knot Bappeda Kabupaten Cirebon,
2004 dan PPGL, 2004 dalam PKSPL-IPB, 2011. Peta sebaran rerata tinggi gelombang tahunan annual mean significant
wave height perairan dalam wilayah kajian disajikan pada Gambar 30.
Gambar 30 Peta sebaran rerata tinggi gelombang signifikan tahuanan mean annual wave height pada wilayah AOI dan tiap shoreline grid
Sumber data: ECMWF.
0,6 0,55
0,65 0,5
0,7
Cemara Ilir
P a
n g
a re
n g
a n
La m
ata ru
ng C
a n
g kr
in g
S u
k a
h a
ji Patimban
Bulak SumurAdem
Tegaltaman
Parean Girang Ujung Gebang
Kertawinangun Mekarsari
Patrol Lor Bugel
Eretan Kulon PatrolBaru
108°100E 108°100E
108°330E 108°330E
107°570E 107°570E
107°5030E 107°5030E
6° 9
S 6°
9 S
6 °13
30 S
6 °13
30 S
6° 1
8 S
6° 1
8 S
Ü
Keterangan Kontur rerata tinggi gelombang m
Rerata Tinggi Gelombang Tahunan High : 0,70 meter
Low : 0,48 meter Shoreline Grid
Desa Pesisir
2 4
6 8
1 Km
FAIZAL KASIM C551060031
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
Sumber: - Data ECMWF interval pengamatan 6 jam selama 1 tahun
- Hasil analisis
78 Pada Gambar 30 diketahui bahwa sebaran tinggi gelombang signifikan
tahunan perairan dalam wilayah AOI berkisar antara 0,48 – 0,70. Rerata tinggi gelombang tahunan yang besar umumnya terdapat di Utara hingga Timur Laut
Indramayu dan tingginya menurun ke arah Barat AOI Subang. Hasil analisis statistik nilai rerata tinggi gelombang tahunan pada tiap
shoreline grid selanjutnya ditampilkan pada Lampiran 14. Pada Lampiran 14 diketahui bahwa rerata tinggi gelombang tahunan pada tiap shoreline grid berkisar
antara 0,52 – 0,70 meter.
4.2.2.3 Rerata Kisaran Pasang Surut