228
5.8.2. Membuat File Tablo
Setelah selesai tahap I, maka kemudian masuk ke tahap II. Pada tahap II ini, kegiatan yang dilakukan adalah membuat file tablo agar data-data yang telah
dihasilkan pada tahap awal di atas dapat digunakan dalam model. File tablo tersebut diberi nama convindo.tab. Dengan menggunakan file batch: doconv.bat,
file tablo tersebut dikonversi ke dalam file .axs dan .axt. Tahap II ini akan menghasilkan file way03.har, supp03.har dan sum03.har. Adapun diagram alur
untuk membangun data dasar pada tahap II ini disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Tahap II dalam Membangun Data Dasar Model
Keseimbangan Umum Indonesia
CONVINDO.TAB CONVINDO.STI
USE03S.HAR
TABLO. EXE
TABCONV.LOG
CONVINDO.FOR CONVINDO.AXS
CONVINDO.AXT
CONVINDO. EXE
\GP51\LTG.BAT
WAY03.HAR SUPP03.HAR
CONVINDO.I NP
CONVINDO. DIS
Keterangan: Header Array
File Program
Text File SUM03.HAR
229
5.8.3. Agregasi Data Dasar
Tahap berikutnya tahap III adalah tahap mengagregasi data dasar sesuai dengan keperluan penelitian pada penelitian terdapat 30 sektor. Agregasi dimulai
dari file way08.har dan supp08.har, yang selanjutnya bersama-sama dengan file dagmap.txt dan modsup.inp diolah dengan menggunakan program MODHAR.
Langkah ini akan menghasilkan file daggsupp.har. Selanjutnya dibuat file dgcom30.inp, dgind30.inp dan dgmar30.inp, kemudian semua file tersebut
termasuk file daggsupp.har di-run dengan menggunakan program DAGG. Pada Tahap III ini dihasilkan file way30.har yang merupakan file yang digunakan pada
analisis selanjutnya. Diagram alur tahap III ini disajikan pada Gambar 16. dari data subdirectory
Gambar 16. Tahap III dalam Membangun Data Dasar Model Keseimbangan Umum Indonesia
DAGMAP.TXT MODSUPP. INP
Keterangan:
Header Array File
Program
Text File WAY03.HAR
SUPP03.HAR
MODHAR. EXE
DAGG. EXE
DGCOM30.INP
TEM1.HAR
DAGG. EXE
DGIND30.INP
TEM2.HAR DAGG.
EXE DGMAR30.INP
WAY30.HAR DAGSUPP.HAR
230
5.8.4. Pengujian Keseimbangan Data Dasar
Pada tahap dua telah dihasilkan tiga file har yaitu way30.har, supp30.har dan sum30.har. Pengujian keseimbangan pada tingkat sektor ditunjukkan oleh
kesamaan total nilai input dan total penjualan pada masing-masing industri Dixon et.al., 1991, sementara pada tingkat agregat keseimbangan ditunjukkan oleh
kesamaan nilai PDB dari sisi pengeluaran dan sisi pendapatan. Data dasar harus memenuhi prinsip keseimbangan. Mengacu pada konsep
keseimbangan, suatu database disebut seimbang jika, pertama PDB agregat sisi pengeluaran sama dengan PDB sisi pendapatan, dan kedua total biaya sama
dengan total nilai penjualan sehingga keuntungan setiap sektor atau industri menjadi nol Warr, 1998.
Tabel 20. Nilai Produk Domestik Bruto Indonesia dari Sisi Pengeluaran dan Sisi Pendapatan, Tahun 2008
Milyar Rupiah
No Pengeluaran
Nilai No
Pendapatan Nilai
1 Konsumsi 3 195 804.3
1 Lahan 315 079.4
2 Investasi 1 405 455.3
2 Tenaga Kerja 1 606 249.5
3 Pengeluaran
Pemerintah 416 866.7
3 Modal 3 272 994.0
4 Perubahan Stok 103 375.1
4 Subsidi -199 636.0
5 Ekspor 1 487 237.9
5 Pajak Tidak Langsung 307 486.0
6 Impor -1 306 566.4
Total 5 302 172.8
Total 5 302 172.8
Sumber: Tabel I-O tahun 2008, BPS, 2009c diolah. Nilai PDB sisi pengeluaran dan sisi pendapatan serta nilai total penjualan
dan biaya pada setiap industri yang dihasilkan dari proses pengolahan pada tahap kedua dapat dilihat pada file supp03.har. Pada file tersebut nilai PDB sisi
pengeluaran yang merupakan penjumlahan dari komponen pengeluaran setiap pelaku ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor bersih adalah sebesar Rp. 5 302 172.8 milyar seperti yang
231 terlihat pada Tabel 20. Nilai tersebut sama besarnya dengan nilai PDB dari sisi
pendapatan yang merupakan penjumlahan dari pendapatan yang diperoleh pemilik faktor produksi dalam hal ini adalah tanah, tenaga kerja, kapital, subsidi dan
pembayaran pajak tidak langsung. Dengan demikian database 66 sektor telah memenuhi persyaratan keseimbangan pada tingkat agregat.
Tabel 21. Nilai Penjualan Setiap Sektor Dirinci Menurut Jenisnya di Indonesia, Tahun 2008
Milyar Rupiah
No Sektor
Produk Antara
Domestik Investasi
Konsumsi RT
Ekspor Pengelu-
aran Peme-
rintah Perubahan
stok Total
1 TanBMak 275 574.2
5.1 200 215.4 657.9
-9 479.8 466 972.8
2 TanPerkebun 170 786.3
1 442.7 12 541.1
18 348.9 -892.4
202 226.5 3 Peternakan
138 038.1 734.7 133 554.6
425.6 -8 138.9
264 614.0 4 Kehutanan
44 037.7 5 138.4
400.3 2 705.6
52 282.0 5 Perikanan
72 227.5 0 111 657.3
2 829.3 -4 587.9
182 126.1 6 MnkGasPnsBm 193 574.2
959.0 0 128 371.0
32 988.9 355 893.2
7 BatubaraLgm 195 896.0
1 041.9 106 905.8 34 032.0
337 875.7 8 KilangMyk
242 165.9 28 631.1 172 772.4
-37 644.3 405 925.1
9 MakOlah 287 534.3
0 523 357.8 163 641.2 -26 237.9
948 295.4 10 TexPakKlt
92 728.0 163.8
86 532.2 101 748.2 11 805.7
292 977.9 11 BmbKaRtn
97 821.4 137.4
33 058.0 37 445.2
4 143.8 172 605.8
12 KertasCetak 89 917.2
15 121.9 40 187.3
140.3 145 366.7
13 FertiPest 43 187.9
767.2 2 907.9
2 119.0 48 982.0
14 KimKaret 282 343.9
0 121 062.3 129 429.1 -26 451.0
506 384.3 15 Semen
34 082.8 699.3
568.4 35 350.5
16 BesiBaja 46 129.9
67 254.3 4 925.1
118 309.2 17 IndBLogam
162 191.4 6 784.1
17 990.6 20 985.4
20 041.4 227 992.9
18 AltAngkMsn 257 170.8
75 923.3 219 743.9 130 871.1 39 763.2
723 472.3 19 IndLain
44 449.9 1 574.1
15 420.1 18 618.9
-41.9 80 021.2
20 Lisgair 81 692.2
37 336.6 119 028.8
21 Bangunan 98 557.7 1 129 076.9
0 1 227 634.6 22 Perdagangan
416 581.6 37 695.2 373 736.0 147 750.8
3 638.2 979 401.8
23 RestHotel 61 755.1
0 229 981.7 38 535.2
330 272.0 24 AngkDrt
138 228.0 6 824.1 105 524.8
20 110.1 528.8
271 215.8 25 AngkAir
24 131.8 1 654.8
13 820.1 34 080.0
268.0 73 954.7
26 AngkUdara 25 368.7
207.1 36 014.2
7 996.8 36.08
69 622.9 27 Komunikasi
82 676.8 87 583.9
19 081.3 189 341.9
28 LembKeu 211 570.5
53 737.7 3 754.2
269 062.3 29 JsPemerintah
11 723.5 13 466.7
4 148.4 245
948.3 275 287.0
30 JsLain 384 061.3
18 982.4 348 246.3 40 650.9
165 875.1
85.0 957 901.0
Total 4 306
204.5 1 282 164.6 2 825
281.7 1 460 606.8 411
823.5 44 315.4 10 330 397.0
Sumber: SNSE Tahun 2005, BPS, 2007b; Tabel I-O Tahun 2008, BPS 2009c diolah.
232
Disamping itu, di dalam database supp03.har juga dapat diperoleh nilai penjualan untuk masing-masing sektor seperti yg terlihat di Tabel 21. Nilai
penjualan tersebut merupakan penjumlahan dari komponen penjualan masing- masing sektor sebagai barang antara dan investasi, penjualan ke rumah tangga,
luar negeri ekspor, dan pemerintah, dan penjualan sebagai margin perdagangan dan transportasi.
Nilai total penjualan setiap sektor yang disajikan pada tabel di atas sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan setiap sektor.
Total biaya pada setiap sektor merupakan penjumlahan dari komponen-komponennya yang meliputi
pembelian barang antara domestik, barang antara impor, pengeluaran untuk marjin, pembayaran pajak tidak langsung, biaya tenaga kerja upah, biaya kapital
bunga, sewa tanah, dan pembayaran pajak kegiatan produksi pajak pertambahan nilai. Jumlah biaya pada masing-masing sektor disajikan pada Tabel 22.
Kesamaan nilai penjualan dan biaya produksi pada setiap sektor berimplikasi pada tingkat keuntungan nol seperti yang merupakan properties pada
pasar persaingan sempurna dan merupakan asumsi dasar dari model CGE yang akan digunakan dalam penelitian ini. Setelah database 66 sektor diyakini
seimbang baik pada tingkat agregat maupun sektoral, maka proses pengolahan data dapat dilanjutkan pada tahap ke tiga yaitu proses pemetaan database 66 sektor
menjadi 30 sektor. Jika diperhatikan prosedur pemetaan database seperti yang ditunjukkan Gambar 5.6, pada bagian terakhir dari prosedur tersebut akan
menghasilkan file way30.har. File ini memuat 58 komponen database, masing- masing terdiri dari 30 sektor seperti disajikan pada Tabel 23.
233
Tabel 22. Biaya Produksi Setiap Sektor Dirinci Menurut Jenisnya, Tahun 2008 Milyar Rupiah
No Sektor
Input Antara Domestik Input Antara Impor Pajak Tak Lsg Upah Gaji
Kapital Lahan
Pajak Produksi Total
1 TanBMak 75 849.7
13 422.3 1 469.1
64 550.6 166 637.0 145 931.8
-887.5 466 972.8
2 TanPerkebun 63 306.6
9 079.9 1 057.5
41 463.5 40 280.3
47 038.6 202 226.5
3 Peternakan 127 581.6
5 614.5 2 149.4
43 401.5 60 405.6
25 461.4 264 614.1
4 Kehutanan 11 033.4
924.2 190.6
8 856.3 15 800.6
15 477.0 52 282.0
5 Perikanan 44 747.0
3 104.7 568.1
26 451.3 26 182.3
81 170.6 -97.7
182 126.2 6 MnkGasPnsBm
35 713.9 19 684.3
1 378.4 27 333.3
271 783.0 355 893.2
7 BatubaraLgm 79 507.2
4 908.3 1 836.8
56 165.8 195 458.0
337 875.7 8 KilangMyk
85 085.9 82 155.4
3 176.0 61 257.6
272 168.0 -97 917.2
405 925.1 9 MakOlah
612 863.9 40 026.3
12 915.9 83 942.0
198 547.0 948 295.4
10 TexPakKlt 149 338.8
27 262.6 7 057.4
35 930.8 73 388.3
292 977.9 11 BmbKaRtn
90 097.8 8 679.9
2 262.5 20 355.4
51 210.2 172 605.8
12 KertasCetak 73 563.8
17 121.5 2 607.1
15 752.3 36 322.0
145 366.7 13 FertiPest
26 757.4 4 633.3
1 489.1 11 994.2
19 271.9 -15 163.9
48 982.0 14 KimKaret
252 271.9 103 299.5
14 353.5 47 881.9
88 577.4 506 384.3
15 Semen 19 421.2
1 354.8 727.6
4 127.2 9 719.8
35 350.5 16 BesiBaja
69 162.2 16 923.0
3 661.6 7 315.1
21 247.4 118 309.2
17 IndBLogam 77 654.0
38 014.3 4 632.2
39 618.4 68 074.0
227 992.9 18 AltAngkMsn
297 308.7 173 294.8
21 607.6 72 495.1
158 766.0 723 472.3
19 IndLain 35 909.8
9 487.2 1 656.4
12 439.2 20 528.7
80 021.2 20 Lisgair
69 625.8 7 020.8
1 809.2 31 570.7
92 908.8 -83 906.5
119 028.8 21 Bangunan
643 203.4 128 166.4
20 963.9 167 855.9
267 445.0 1 227 634.7
22 Perdagangan 417 205.9
41 424.9 6 945.8
151 338.6 362 487.0
979 401.8 23 RestHotel
179 465.1 1 588.9
3 982.7 53 632.1
91 603.0 330 272.0
24 AngkDrt 138 730.0
19 605.8 2 114.2
47 054.3 64 399.8
-688.4 271 215.8
25 AngkAir 35 984.8
14 218.1 892.9
8 620.5 15 088.5
-850.0 73 954.7
26 AngkUdara 30 874.1
17 129.7 900.3
10 036.1 10 682.7
69 622.9 27 Komunikasi
37 059.3 4 250.3
491.6 29 923.9
117 767.0 -150.0
189 341.9 28 LembKeu
85 323.5 7 060.6
847.5 51 739.7
124 091.0 269 062.3
29 Js Pemerintah 100 306.5
15 327.1 1 926.6
138 982.3 18 744.5
275 287.0 30 Js Lain
341 251.3 59 723.3
9 327.0 234 164.7
313 475.0 -40.7
957 900.9
Total 4 306 204.5
894 506.8 134 998.3 1 606 250.0 3 273 059.0 315 079.4
-199 702.0 10 330 397.0 Sumber: SNSE Tahun 2005, BPS, 2007b; Tabel I-O Tahun 2008, BPS 2009c diolah.
234 Database way30.har tersebut merupakan database terakhir yang akan
digunakan dalam analisis dampak perubahan investasi pemerintah pusat terhadap kinerja perekonomian wilayah yang dtunjukkan dari besaran perubahan GDP,
penyerapan tenaga kerja dan kinerja sektoral wilayah. Sejalan dengan proses mapping sektor tersebut, di sisi lain harus dilakukan penyesuaian pernyataan Tablo
dari 66 sektor menjadi 30 sektor. Jika Tablo yang telah disesuaikan, sesuai
Tabel 23. Komponen Data Dasar 30 Sektor Indonesia, Tahun 2008
Header Type
Dimension Coeff
Total Name
1 0TAR RE
30 22766.1 V0TARCom
2 1ARM RE
30 40.40 SIGMA1Com
3 1BAS RE
30230 5200711 Intermediate Basic
4 1CAG RE
5 309305.6 Capital rentals
5 1CAP RE
225 2963754 V1CAPNRNANL:NAI
6 1LAB RE
302 1606250 Labour
7 1LND RE
30 315079.4 Land rentals
8 1-Mar RE
302304 0 Intermediate Margins
9 1-Oct RE
30 -199702 Other cost tickets
10 1REG RE
INDREG REGSHARE1
29.99 Region Output Share 11 1TAX
RE 30230
134998.3 Intermediate Tax 12 2ARM
RE 30
60
SIGMA2COM
13 2BAS RE
30230 1378153 Investment Basic
14 2BS_ RE
302 1378153 Investment Basic
15 2-Mar RE
302304 0 Investment Margins
16 2REG RE
INDREG REGSHARE2
20.99
Region Investment Share
17 2TAX RE
30230 27302.61 Investment Tax
18 2TOT RE
30 1405455 Investment by Ind
19 2TX_ RE
302 27302.62 Investment Tax
20 3ARM RE
30 60 SIGMA3COM
21 3BAS RE
30210 3100906 Households Basic
22 3-Mar RE
302410 0 Households Margins
23 3TAX RE
30210 94898.86 Households Tax
24 4BAS RE
30 1460607 Exports Basic
25 4-Mar RE
304 0 Exports Margins
26 4REG RE
COMREG REGSHARE4
28 Region Export Share 27 4TAX
RE 30
26631.02 Exports Tax 28 5BAS
RE 302
415977.6 Government Basic 29
5-Mar RE 3024
0 Government Margins 30 5REG
RE COMREG
REGSHARE5 20 Region Other Share
31 5TAX RE
302 889.1 Government Tax
32 CAPA RE
10 309305.6 MMANHH
33 CAPN RE
10 856197.2
mobile cap owned by hh non agr
34 CAPS RE
1025 2107557
Fixed cap owned by hh non agr
235
Tabel 23. Lanjutan
Header Type
Dimension Coeff
Total Name
35 ETOT RE
1 0.96 initial average Engel
36 GOHH RE
102 207590.5 Gov Trans household
37 HINC RE
102 8015169 HINCHH:OCC
38 LAND RE
510 315079.5
household land rental by ind
39 MAKE RE
3030 10330396 Multiproduct Matrix
40 P018 RE
30 -58.02 Export demand elas
41 P021 RE
10 -28.75 Frisch LES parameter
42 P028 RE
30 30.01 SIGMA1PRIM IND
43 SCET RE
30 0 SIGMA1OUT
44 SLAB RE
30 11.9 SIGMA1LAB IND
45 TRAN RE
2 27445.87 Gov Trans foreign
46 XPEL RE
3010 268.64 Expenditure Elasticities
47 6BAS RE
302 V6BAS
103375.1 Inventory changes 48 ALPH
RE 445
BETA_A 0 BETA_A
49 ALP2 RE
3325 BETA_N
0 BETA_N 50 TRNL
RE 30 TRNL
0 TRNL 51 EXNT
RE 1 EXP_ELAST_NT
-4 Non-traditional export
demand elasticity 52 P027
RE 30 QCOEF
60.0 GrossNet Rate of
Return 53 BETR
RE 30 BETA_R
150 Investment parameter 54 PINC
RE 10 V0HHTAX
11362.51 Personal income tax 55 YBYK
RE 30 R_W
3.0 Investment Capital
Ratio 56 DPRC
RE 30 DEP
27 Depreciation Factor 57 EMPR
RE 1 EMPRAT
1 ActualTrend
Employment 58 ELWG
RE 1 ELASTWAGE
0.5 Elasticity Wage
Sumber:
SNSE Tahun 2005, BPS, 2007b; Tabel I-O Tahun 2008, BPS 2009c diolah.
dengan database way30.har, maka proses pengolahan data dapat dilanjutkan ke
tahap terakhir dari keseluruhan proses dan prosedur yang telah dilalui sejak tahap pertama. Tahap terakhir dimaksud adalah simulasi dampak kebijakan peningkatan
investasi pemerintah pusat. Simulasi yang dilakukan akan menghasilkan dampak ekonomi yang meliputi dampak makro, sektoral dan rumah tangga. Ketiga
komponen ini merupakan fokus perhatian dalam mendeskripsikan dan menganalisis setiap hasil simulasi dari seluruh skenario yang telah disusun.
236
VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL DAN SEKTORAL
6.1. Distribusi Spasial Produk Domestik Bruto dan Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah
6.1.1. Distribusi Spasial Produk Domestik Bruto Kesenjangan ekonomi adalah salah satu ciri yang juga merupakan
permasalahan klasik bagi bangsa Indonesia. Indikator kesenjangan tersebut dapat dilihat mulai dari ketimpangan kontribusi output sektor ekonomi dan output total
yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB provinsi-provinsi di Indonesia. Beberapa provinsi memiliki kontribusi output total yang relatif besar
terhadap perekonomian nasional, sementara provinsi lainnya memiliki kontribusi yang relatif kecil. Demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi, provinsi tertentu
memiliki pertumbuhan output total dan sektoral yang relatif cepat sementara provinsi lainnya memiliki laju pertumbuhan yang relatif lambat. Fenomena
ketimpangan tersebut sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama di Indonesia.
Ketimpangan yang terjadi tentu saja membawa implikasi terhadap keragaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ketimpangan tersebut juga akan
mempengaruhi daya tarik investasi dan penyerapan tenaga kerja. Percepatan pembangunan di provinsi yang mempunyai pertumbuhan relatif lebih lambat sangat
diperlukan sehingga tidak terjadi perbedaan keragaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang semakin mendalam antar provinsi di Indonesia. Data pada Tabel
24 menggambarkan kondisi di atas. Kawasan Barat Indonesia KBI yang didominasi oleh sebagian besar provinsi di pulau Jawa sangat dominan dalam
menyumbang PDB nasional. Sedangkan provinsi lainnya yang