9.14 9.27 STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL DAN SEKTORAL

248 dipengaruhi oleh krisis global yang menyebabkan turunnya permintaan produk- produk domestik, terutama industri makanan, minuman dan tembakau, kertas dan barang cetakan, semen dan barang galian bukan logam, serta logam dasar besi dan baja. Sektor industri pengolahan memberikan peranan tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto, yakni rata-rata sebesar 27.69 persen, yang berasal dari peranan subsektor industri bukan migas sebesar 24.50 persen dan selebihnya dari subsektor industri migas. Sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam periode 2002-2008, yaitu 3.45 persen, seperti tampak pada Tabel 29. Peningkatan ini terjadi hampir pada semua subsektor kecuali subsektor kehutanan yang mengalami penurunan rata-rata 1.46 persen. Makin besarnya tekanan dari dalam dan luar negeri terhadap lingkungan serta makin terbatasnya lahan hutan menjadi faktor penghambat pertumbuhan subsektor ini. Secara keseluruhan sektor pertanian memberikan peranan terbesar ketiga dalam PDB, yaitu sebesar 13.66 persen. Sektor industri pengolahan yang merupakan sektor penyumbang PDB terbesar tersebut pada umumnya terkonsentrasi di Kawasan Indonesia Barat, khususnya di provinsi-provinsi yang terletak di Pulau Jawa, seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian yang ternyata juga berpusat di provinsi-provinsi yang terletak di Pulau Jawa. Sementara itu provinsi- provinsi yang terletak di Kawasan Indonesa Timur PDRB-nya masih sangat didominasi oleh sektor pertanian. Realisasi investasi baik PMDN maupun PMA yang terus meningkat secara nasional kenyataannya kebanyakan masih tertuju ke Pulau Jawa dan Sumatera. 249 Tabel 29. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Secara Sektoral, Tahun 2002-2008 Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- rata 1. Pertanian 3.23 3.79 2.82 2.72 3.36 3.43 4.77 3.45 2. Pertambangan 1.00 -1.37 -4.48 3.20 1.70 2.02 0.51 0.37 3. Industri pengolahan 5.29 5.33 6.38 4.60 4.59 4.67 3.66 4.93 4. Listrik, Gas, Air Bersih 8.94 4.87 5.30 6.30 5.76 10.33 10.92 7.49 5. Bangunan 5.48 6.10 7.49 7.54 8.34 8.61 7.31 7.27 6. Perdagangan, Hotel dan Restauran 3.90 5.45 5.70 8.30 6.42 8.41 7.23 6.49 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.39 12.19 13.38 12.76 14.23 14.04 16.69 13.10 8. Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan 6.37 6.73 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 7.02 9. Jasa-jasa 3.75 4.41 5.38 5.16 6.16 6.60 6.45 5.42 Indonesia 4.38 4.78

5.03 5.69

6.11 6.87 6.52 5.63 Sumber: BPS, 2006b dan 2009b. Selanjutnya apabila diperinci per sektor, tampak bahwa kucuran investasi tersebut sangat minim kepada sektor pertanian, sementara sektor tersebut merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian di sebagian besar provinsi wilayah kurang berkembang. Sektor tersebut selain masih merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja lebih dari 40, juga menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat pedesaan yang pada umumnya tergolong miskin. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang mengarah ke pertumbuhan produktivitas pertanian secara keseluruhan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah pedesaan dan wilayah kurang berkembang. 250 Tabel 30. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia dalam Jumlah 30 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2008 NO PROVINSI Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 NA Darussalam 2.75 3.32 0.83 0.41 1.90 1.47 1.58 0.32 3.10 2 Sumatera Utara 8.45 0.82 4.88 3.46 6.32 4.85 7.20 4.31 5.87 3 Sumatera Barat 2.82 0.68 0.90 1.75 1.55 1.61 3.60 1.04 3.18 4 Riau 5.75 30.67 5.82 1.76 3.98 3.92 3.05 1.66 2.91 5 Jambi 1.56 1.16 0.42 0.53 0.64 0.64 0.89 0.43 0.75 6 Sematera Selatan 3.86 8.53 2.04 1.26 3.93 2.01 2.10 1.38 2.62 7 Bengkulu 0.97 0.15 0.06 0.15 0.19 0.37 0.44 0.19 0.69 8 Lampung 4.78 0.51 0.92 0.54 1.50 1.35 1.59 1.55 1.45 9 Kep. Ba Blitung 0.76 0.91 0.45 0.22 0.55 0.47 0.25 0.19 0.38 Sumatera

31.69 46.74

16.31 10.09

20.58 16.69

20.71 11.08

20.95 10 DKI Jakarta 0.10 0.59 11.72 10.39 32.25 19.07 25.73 59.25 22.65 11 Jawa Barat 12.19 4.29 26.86 26.96 8.67 14.15 8.92 5.23 10.65 12 Jawa Tengah 11.18 1.16 10.68 6.28 8.60 8.85 6.31 3.58 9.91 13 DI Yogyakarta 1.18 0.09 0.52 0.78 1.64 0.99 1.46 1.03 1.79 14 Jawa Timur 16.51 4.12 15.97 23.78 8.37 23.82 13.06 9.19 13.85 15 Banten 1.81 0.05 6.47 12.68 1.79 3.53 4.52 1.43 1.89 Jawa

42.96 10.30

72.22 80.87

61.33 70.41

59.99 79.72

60.74 16 Bali 1.65 0.09 0.50 1.74 0.87 1.98 2.04 1.04 1.90 Jawa Bali

44.61 10.39

72.72 82.60

62.19 72.38

62.04 80.76

62.63 17 Kalimantan Barat 2.36 0.24 0.99 0.53 1.96 1.62 1.52 0.77 1.72 18 Kal Tengah 1.89 0.90 0.27 0.34 0.79 0.73 1.03 0.49 1.20 19 Kal Selatan 2.22 3.82 0.62 0.61 1.35 1.04 1.73 0.63 1.36 20 Kalimantan Timur 2.36 25.38 6.56 1.43 3.20 2.13 3.96 1.73 1.14 Kalimantan

8.82 30.34

8.42 2.90

7.30 5.52

8.25 3.62

5.40 21 Sulawesi Utara 1.05 0.52 0.24 0.52 2.25 0.59 1.35 0.59 1.32 22 Sulawesi Tengah 2.04 0.34 0.20 0.46 0.87 0.47 0.80 0.40 1.33 23 Sulawesi Selatan 4.95 2.55 1.31 2.09 2.24 1.87 2.75 1.79 3.12 24 Sulawesi Tenggara 1.16 0.33 0.18 0.31 0.73 0.39 0.58 0.33 0.73 25 Gorontalo 0.26 0.02 0.04 0.06 0.18 0.09 0.19 0.12 0.27 Sulawesi

9.47 3.74

1.97 4.45

6.27 3.41

5.66 3.24

6.77 26 N Tenggara Barat 1.45 2.39 0.17 0.27 1.11 0.62 0.96 0.51 0.99 27 N Tengara Timur 1.51 0.09 0.03 2.20 0.65 0.47 0.61 0.23 1.50 28 Maluku 0.40 0.02 0.04 0.09 0.04 0.24 0.30 0.12 0.39 29 Maluku Utara 0.32 0.08 0.07 0.06 0.04 0.17 0.15 0.05 0.11 30 Papua 1.73 6.21 0.28 0.34 1.81 0.51 1.33 0.38 1.24 Lainnya

5.41 8.79

0.58 0.96

3.66 2.00

3.35 1.30

4.24 Kawasan Barat

76.30 57.13

89.03 92.69

82.77 89.07

82.75 91.84

83.58 Kawasan Timur

23.70 42.87

10.97 8.31

17.23 10.93

17.26 8.16

16.41 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: BPS, 2005 dan 2009a. 251

6.2.2. Struktur Perekonomian Wilayah

Kondisi alokasi investasi yang bias ke sektor industri juga menyebabkan alokasi investasi yang bias ke wilayah Jawa atau KBI yang pada akhirnya memperparah ketimpangan ekonomi antar wilayah. Dalam periode yang sama, dari total investasi PMDN, rata-rata alokasi investasi tersebut per tahun ke wilayah Jawa adalah sekitar 64.3 persen; sementara untuk investasi PMA sekitar 78.8 persen. Tidak dapat dipungkiri, bahwa wilayah investasi yang masih didominasi oleh Pulau Jawa selain merupakan wilayah industri juga adanya dukungan fasilitas infrastruktur yang jauh lebih memadai. Apabila dibandingkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi di masing-masing provinsi, maka seperti uraian sebelumnya akan tampak bahwa di Kawasan Barat Indonesia, khususnya di Jawa, akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, sementara di Kawasan Timur Indonesia didominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Apabila dirinci per pulau, maka sektor industri pengolahan dominan di Jawa, sedangkan di Sumatera sektor yang dominan adalah pertanian dan di Pulau Bali didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Bali sejalan dengan potensi daerah tersebut sebagai daerah tujuan wisata internasional. Dari sembilan provinsi di Sumatera basis perekonomiannya adalah pertanian, kecuali Provinsi Riau yang telah lama didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian. Adapun gambaran perekonomian di Kawasan Timur Indonesia, khusus untuk Provinsi Kalimantan Timur dan Papua didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan provinsi lainnya sektor pertanian menjadi andalan dan basis ekonomi.