16.98 16.63 16.45 16.44 16.82 Total STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL DAN SEKTORAL

240 Daerah-daerah yang memiliki kontribusi perekonomian relatif kecil akan menjadi rendah daya saingnya dan iklim investasi menjadi tidak kondusif. Padahal kegiatan investasi di suatu daerah akan meningkatkan nilai tambah di daerah tersebut. Hal ini karena balas jasa terhadap faktor-faktor produksi, misalnya dalam bentuk sewa tanah, upah, bunga dan keuntungan akan meningkat karena adanya aktivitas penanaman modal. Selain itu, investasi akan membuka peluang kerja bagi penduduk di daerah sekitar penanaman modal. Secara langsung dan tidak langsung juga akan memberikan dampak multiplier terhadap pendapatan penduduk sekitar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Investasi juga akan membangun potensi-potensi baru di sektor industri. Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB, seperti yang ditampilkan pada Tabel 26, selama tahun 2002 hingga 2008, terdapat perbedaan yang cukup jauh antara provinsi-provinsi di KBI dengan provinsi- provinsi di KTI. Selama 2002 hingga 2008, rata-rata PDRB provinsi-provinsi di KBI adalah sebesar 5.22 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB provinsi- provinsi di KTI hanya sebesar 4.16 persen. Pertumbuhan PDRB tertinggi periode 2002-2008 terjadi pada salah satu provinsi di KBI yaitu Provinsi Kep. Bangka Belitung, dimana rata-rata pertumbuhan yang terjadi sebesar 7.41 persen. Sedangkan yang terendah terjadi di salah satu provinsi di KTI, yaitu Provinsi Papua, sebesar 1.68 persen. Rendahnya pertumbuhan PRDB Provinsi Papua dipengaruhi oleh penurunan yang terjadi di tahun 2004 dan tahun 2006. Disamping itu, khusus untuk Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, akibat bencana gempa bumi yang menimbulkan tsunami telah menyebabkan penurunan PDRB yang sangat tajam pada tahun 2004 dan 2005 serta 2007 dan 2008. 241 Tabel 26. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia, Tahun 2002-2008 No Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rataan 1 N A Darussalam 22.71 11.8 -9.63 -10.12 1.56 -2.36 -5.27 1.24 2 Sumatera Utara 4.49 4.88 5.74 5.48 6.2 6.90 6.39 5.73 3 Sumatera Barat 4.69 5.26 5.47 5.73 6.14 6.34 6.36 5.71 4 Riau 3.37 1.21 3.88 5.73 5.6 4.42 5.94 4.31 5 Jambi 4.93 5.93 5.38 5.57 5.89 6.82 7.16 5.95 6 Sumsel 3.67 3.8 4.63 4.84 5.20 5.84 5.10 4.73 7 Kep. Babel 5.01 27.12 3.28 3.47 3.98 4.54 4.44 7.41 8 Bengkulu 4.73 5.37 5.38 5.82 5.95 6.03 4.93 5.46 9 Lampung 5.49 5.68 5.07 4.02 4.98 5.94 5.26 5.21 Sumatera 6.06

5.04 2.93

3.57 5.26

4.95 4.92 4.68

10 DKI Jakarta 4.89 5.3 5.65 6.01 5.95 6.44 6.18 5.77 11 Jawa Barat 3.94 3.85 4.77 5.60 6.02 6.48 5.83 5.21 12 Banten 4.87 5.51 5.63 5.88 5.57 6.04 5.82 5.62 13 Jawa Tengah 3.55 4.98 5.13 5.35 5.33 5.59 5.46 5.06 14 DI Yogyakarta 4.50 4.57 5.12 4.73 3.70 4.31 5.02 4.56 15 Jawa Timur 3.80 4.78 5.83 5.84 5.80 6.11 5.90 5.44 Jawa 4.19

4.77 5.4

5.75 5.78

6.19 5.88

5.42 16 Bali 3.04 3.57 4.62 5.56 5.28 5.92 5.97 4.85 Jawa Bali 4.16

4.74 5.38

5.74 5.77

6.18 5.89

5.41 17 Kalbar 4.55 3.44 4.79 4.69 5.23 6.02 5.42 4.88 18 Kalteng 5.30 5.47 5.56 5.90 5.84 6.06 6.16 5.76 19 Kalsel 3.48 14.21 5.03 5.06 4.98 6.01 6.23 6.43 20 Kaltim 1.74 1.86 1.75 3.17 2.85 1.23 5.49 2.58 Kalimantan 2.68

4.05 3.01

3.92 3.8

3.14 5.66

3.75 21 Sulawesi Utara 2.96 2.92 4.26 4.90 6.18 6.47 7.56 5.04 22 Gorontalo 6.42 6.97 6.93 7.19 7.30 7.51 7.76 7.15 23 Sulteng 5.62 6.21 7.15 7.57 7.82 7.99 7.94 7.19 24 Sulsel 4.10 5.13 5.32 6.07 6.73 6.43 7.85 5.95 25 Sultra 6.66 7.57 7.51 7.31 7.68 7.96 7.27 7.42 Sulawesi 4.44

5.19 5.69

6.26 6.93

6.88 7.75

6.16 26 N T Barat 3.34 4.16 6.07 1.71 2.76 4.91 2.63 3.65 27 N T Timur 4.88 5.00 5.34 3.46 5.08 5.15 4.81 4.82 28 Maluku 2.87 4.31 4.43 5.07 5.55 5.62 4.23 4.58 29 Maluku Utara 2.44 3.82 4.71 5.10 5.48 6.01 5.98 4.79 30 Papua 5.22 1.61 -17.14 29.48 -13.01 4.90 0.69 1.68 Lainnya 4.43

3.06 -5.26

13.97 -4.06

5.06 2.4

2.80 KBI

4.68 4.82

4.72 5.16

5.64 5.85

5.64 5.22

KTI 3.47

4.13 2.00

6.43 3.02

4.50 5.60

4.16 INDONESIA

4.38 4.72

5.03 5.69

5.51 6.32

6.06 5.39

Sumber: BPS, 2009a. 242 Apabila dibandingkan pertumbuhan PDRB antar pulau, maka tampak bahwa provinsi-provinsi yang terdapat di Pulau Sulawesi memiliki pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi, yaitu 6.16 persen. Sementara Jawa secara keseluruhan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 5.42 persen dan pertumbuhan PDRB Jawa+Bali rata- rata 5.41 persen. Pemaparan pada Tabel 26 tersebut sekali lagi membuktikan terdapat ketimpangan atau kesenjangan pendapatan antata provinsi-provinsi yang terletak di KBI dan provinsi-provinsi yang terletak di KTI. Kontribusi PDRB provinsi-provinsi di KTI terhadap PDB nasional yang relatif konstan selama tahun 2002-2008 menunjukkan percepatan pembangunan di provinsi yang tertinggal belum memberikan hasil yang nyata. Masih diperlukan upaya yang serius dari pemerintah dan dunia usaha untuk melakukan percepatan pembangunan di provinsi-provinsi luar Pulau Jawa tersebut.

6.1.2. Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah di Indonesia

Kondisi perekonomian penduduk Indonesia di masing-masing provinsi dapat juga dilihat dari pendapatan perkapita tingkat provinsi di Indonesia yang ditunjukkan pada Tabel 27. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa terdapat enam provinsi yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita tinggi di atas rata-rata pendapatan per kapita Indonesia, sedangkan beberapa provinsi lainya 24 provinsi memiliki rata-rata pendapatan per kapita yang rendah dibawah rata-rata pendapatan per kapita Indonesia. Jadi berdasarkan data pada Tabel 27, dalam delapan tahun terakhir 2000-2007 pendapatan perkapita yang tertinggi adalah di Provinsi Kalimantan Timur Rp.33 195 000, kemudian di Provinsi DKI Jakarta Rp.33 041 000 dan yang terendah di Provinsi Gorontalo Rp.2 176 000. Tingkat pendapatn perkapita terendah ini lebih dari 13 kali pendapatan yang tertinggi,