ngunan ekonomi sektoral dengan ketimpangan antar wilayah menunjukkan bahwa pembangunaninvestasi di sektor pertanian tidak selalu menurunkan disparitas
ekonomi antar wilayah atau mendorong konvergensi ekonomi antar wilayah Liu et al.
, 2008. Sementara studi Dermorejo 2001, JASID 2001, Al-Hasan dan Diao 2007 serta Lipton dan Zhang 2007 menunjukkan bahwa pembangunan di
sektor pertanian dapat mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah. Berdasarkan fenomena permasalahan tersebut maka pertanyaan besar yang
ingin dijawab dalam studi ini adalah secara sektoral, harus diarahkan ke sektor apakah alokasi investasi agar mampu memperkecil disparitas ekonomi antar
wilayah dan sekaligus meningkatkan kinerja perekonomian makro maupun sektoral? Pertanyaan tersebut menjadi penting pada kondisi anggaran
pembangunan dan sumberdaya saat ini yang semakin terbatas.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis dampak investasi sektoral terhadap kondisi mikroekonomi yang mencakup output dan harga sektoral, tingkat upah dan kesempatan kerja
sektoral, serta ekspor dan impor. 2. Menganalisis dampak investasi sektoral terhadap kondisi makroekonomi dan
kesejahteraan rumahtangga. 3. Menganalisis dampak investasi sektoral terhadap kondisi makroekonomi
wilayah dan disparitas ekonomi antar wilayah. 4. Merumuskan alokasi investasi sektoral yang mampu memberikan dampak
yang terbaik terhadap kondisi perekonomian mikro, makro dan wilayah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi para kademisi dan pengambil kebijakan. Secara akademis, hasil penelitian ini
dapat berguna bagi pengembangan ilmu maupun peneliti berikutnya khususnya untuk studi mengenai peran investasi sektoral dalam pembangunan ekonomi
sektoral, wilayah maupun nasional dengan menggunakan model Computable General Equilibrium
CGE. Sementara bagi para pengambil kebijakan, baik pemerintah pusat maupun daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan dalam penyusunan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya dalam alokasi investasi sektoral maupun wilayah dalam rangka menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perekonomian secara nasional yang kemudian didisagregasi secara sektoral dan regional. Secara nasional, analisis
ditujukan untuk mengetahui dampak alokasi investasi sektoral terhadap fenomena perekonomian makro melalui keterkaitan antar sektor, seperti pertumbuhan
ekonomi, inflasi, ekspor dan impor, neraca perdagangan, dan distribusi pendapatan. Perkembangan perekonomian mikro atau sektoral sebagai dampak
dari alokasi investasi sektoral juga dikaji secara nasional. Disagregasi wilayah dilakukan untuk mengetahui fenomena perekonomian
wilayah khususnya pertumbuhan PDRB, kesempatan kerja dan tingkat upah. Dalam hal ini, wilayah nasional didisagregasi menurut wilayah administrasi
provinsi sehingga menjadi 30 wilayah provinsi sebagaimana disagregasi wilayah nasional dalam Inter Regional Input Output IRIO tahun 2005. Adapun tujuan
utama disagregasi wilayah adalah untuk dapat mengidentifikasi tingkat disparitas
ekonomi antar wilayah sebagai dampak dari adanya perubahan produktivitas sektoral yang dsimulir investasi. Disparitas ekonomi antar wilayah ini diukur
dengan indikator CVw dan hanya mencakup kesenjangan ekonomi antar wilayah provinsi.
Dari sisi sektoral, ruang lingkup analisis mencakup seluruh sektor perekonomian yang didisagregasi menjadi 30 sektor yakni: tanaman pangan;
perkebunan; peternakan; kehutanan; dan perikanan; pertambangan minyak, gas dan panas bumi; pertambangan batu bara, biji logam dan penggalian lainnya;
pengilangan minyak bumi; industri makanan dan minuman; industri tekstil, barang kulit dan alas kaki; industri Barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri pulp dan
kertas; industri pupuk dan pestisida; industri kimia, karet dan barang dari karet; industri semen; industri logam dasar besi dan baja; industri barang dari logam;
industri alat angkutan, mesin dan peralatannya; industri iainnya; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan; hotel dan restoran; angkutan darat; angkutan air;
angkutan udara; komunikasi; lembaga keuangan; jasa pemerintah; dan jasa lainnya. Penentuan jumlah sektor yang dianalisis didasarkan pada pertimbangan
ketersediaan data investasi secara sektoral dan mencakup sektor-sektor prioritas dalam rencana pembangunan.
Dengan ruang lingkup tersebut, maka penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pembangunan termasuk pembangunan wilayah seperti yang
diungkapkan oleh Todaro 2000 merupakan multidimensional dan menurut Murty 2000 terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya disparitas antar
wilayah, namun dalam studi hanya menekankan pada variabel investasi sebagai penentu kesenjangan wilayah. Disamping itu efektifitas dan efisiensi dari
investasi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tinggi rendahnya
transaction cost, sistem birokrasi dan adanya eksternalitas negatif dari adanya suatu investasi, namun dalam studi ini faktor-faktor tersebut tidak diakomodasi
dalam model. Penggunaan model multiregonal CGE top-down, menyebabkan shock tidak dapat dilakukan dari sisi suplai spesifik wilayah. Pemetaan dimensi
wilayah muncul tanpa adanya feedback dari wilayah yang didisagregasi; dalam hal ini efek dari kebijakan yang berasal dari dalam wilayah tidak dapat terlihat.
Keterbatasan lain dari studi ini adalah bahwa disagregasi wilayah hanya mencakup 30 wilayah provinsi, padahal saat ini jumlah wilayah provinsi di
Indonesia sudah mencapai 33 proinsi sehingga sedikitnya akan mempengaruhi kerelevanan penelitian ini. Dalam studi ini investasi sektoral yang dimaksud
belum dibedakan menurut bentuk atau jenis investasinya sehingga rekomendasi kebijakan dari studi ini belum sampai pada tahap tersebut. Sementara investasi
infrastruktur hanya mencakup infrastruktur jalan dan irigasi infratruktur pedesaan. Nilai investasi sektoral hanya tersedia menurut sembilan sektor
perekonomian, sementara disagregasi sektoral dibedakan kedalam 30 sektor. Dengan demikian, untuk masing-masing subsektor yang termasuk dalam
kelompok sektor yang sama diasumsikan mempunyai nilai produktivitas yang sama. Nilai produktivitas diduga berdasarkan model ekonometrik dan kemudian
nilai produktivitas tersebut dijadikan shock dalam proses simulasi dengan menggunakan model CGE.
II. TINJAUAN PUSTAKA