Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi

permintaan di sektor lainnya yang ditunjukkan dengan persentase perubahan harga yang relatif kecil dibandingkan dengan persentase perubahan output.

7.1.2. Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi

Terhadap Kesempatan Kerja dan Upah Perkembangan kesempatan kerja terkait erat dengan perkembangan ekonomi khususnya output yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Peningkatan output suatu perekonomian diharapkan meningkatkan permintaan tanaga kerja dan sebaliknya dimana pada gilirannya akan berdampak pada perubahan tingkat upah. Namun demikian, tergantung pada struktur produksi dimana tenaga kerja bersama lahan dan kapital merupakan input primer dari suatu kegiatan produksi. Peningkatan investasi dapat mempengaruhi akumulasi kapital, lahan dan tenaga kerja yang pada gilirannya dapat mendorong perubahan output. Dampak peningkatan investasi terhadap kesempatan kerja dan tingkat upah sektoral di tingkat nasional dapat dilihat pada Tabel 34 dan 35. Peningkatan investasi memberikan dampak yang bervariasi terhadap kesempatan kerja sektoral di seluruh simulasi, penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor mengalami peningkatan, sementara di beberapa sektor lainnya penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan sebagaimana yang diperlihatkan di Tabel 34. Namun demikian, secara umum di seluruh simulasi, sebagian besar sektor mengalami penurunan kesempatan kerja. Padahal di seluruh simulasi, sebagian besar sektor mengalami peningkatan output, bahkan untuk simulasi 2 hingga simulasi 5 hampir semua sektor mengalami peningkatan output. Dalam hal ini, di sebagian sektor, peningkatan output tidak disertai dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan output di sebagian besar sektor diikuti dengan penghematan penggunaan tenaga kerja. Efisiensi produksi melalui Tabel 34. Hasil Simulasi II Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi Terhadap Tenaga Kerja di Masing-Masing Sektor di Indonesia, Tahun 2008-2013 Employ Sim 1 Sim2 Sim 3 Sim4 Sim 5 Pertanian: TanBMak -0.6225 -1.2250 -1.1340 -0.1068 -0.3605 TanPerkebun -4.7238 -8.0506 -8.1806 -3.3589 -3.3308 Peternakan -2.5658 -2.2871 -2.0929 0.9021 0.6143 Kehutanan -9.0607 -11.1634 -11.1744 -2.2416 -2.2185 Perikanan -3.6950 -2.3984 -2.2633 1.8702 1.6676 Pertambangan: MnkGasPnsBm -0.5889 -4.5163 -4.5434 -4.1107 -4.1004 BatubaraLgm -0.6808 -3.2226 -3.2377 -2.9194 -2.7873 Industri berbasis pertanian: MakOlah 3.9452 5.8013 5.5385 1.4413 1.7044 TexPakKlt 1.0321 1.2243 1.0274 -0.0739 0.0799 BmbKaRtn 1.6492 1.8239 1.6768 -0.1599 -0.0559 KertasCetak 0.1268 -2.0615 -2.8408 -3.5821 -2.8570 FertiPest -3.5910 -5.2203 -5.5038 -2.1097 -1.8438 KimKaret 0.6651 -0.6211 -1.0448 -2.1722 -1.6951 Industri non pertanian: KilangMyk -0.0604 -3.4654 -3.4144 -3.4061 -3.4328 Semen -1.3518 -5.6240 -5.6528 -5.5870 -4.7402 BesiBaja -0.2073 -2.5592 -2.4875 -2.5781 -2.4209 IndBLogam -0.5401 -2.0655 -2.0338 -2.2895 -1.7436 AltAngkMsn 0.7111 0.0385 0.1484 -0.8451 -0.5704 IndLain 0.1036 -1.0059 -0.9321 -1.4805 -1.1685 Sektor lain: Lisgair 0.5556 -3.4677 -3.4575 -4.1026 -3.9882 Bangunan -2.2348 2.0234 1.9773 3.3360 3.6247 Perdagangan -1.2800 -1.0727 -1.0719 -0.2837 0.0820 RestHotel 2.3993 4.4891 4.6531 2.1184 2.1250 AngkDrt 0.9014 0.8421 0.9412 0.2382 0.2017 AngkAir -1.0228 2.9884 3.0666 4.0702 4.0095 AngkUdara 0.2725 2.9147 2.9940 2.8613 2.8668 Komunikasi -0.2544 -1.3381 -1.2908 -1.1410 -1.1025 Jasa: LembKeu -0.6993 -3.9680 -3.9950 -3.6755 -4.4588 JsPemerintah 3.6378 5.1111 5.2576 3.6456 3.0041 JsLain 0.3884 0.0563 0.1229 -0.0561 -0.3445 penghematan tenaga kerja tersebut dimungkinkan sebagai dampak dari adanya peningkatan produktivitas yang distimulir oleh peningkatan investasi. Penghematan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor-sektor yang mengalami penurunan harga yang relatif besar, jauh lebih besar daripada peningkatan outputnya. Sementara sektor-sektor yang mengalami peningkatan kesempatan kerja seiring dengan peningkatan outputnya, mengindikasikan bahwa outputnya mengalami peningkatan lebih besar daripada peningkatan produktivitas. Artinya peningkatan output tidak hanya didorong oleh peningkatan produktivitas akan tetapi juga didorong oleh adanya peningkatan permintaan sehingga penurunan harganya tidak terlalu jauh dengan peningkatan outputnya. Peningkatan investasi sektoral baik dengan ataupun tanpa didukung pembangunan infrastruktur belum dapat memperluas kesempatan kerja di sebagian besar sektor. Walaupun sebetulnya, dukungan infrastruktur ke dalam peningkatan investasi sektoral tidak selalu memperluas penurunan kesempatan kerja seperti yang ditunjukkan di Tabel 34 dan Lampiran 6. Memang dukungan infrastruktur terhadap simulasi 1 simulasi 3 dan terhadap simulasi 1.1 di kelompok simulasi pertama simulasi 2 semakin memperbanyak jumlah sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja. Sementara dukungan infrastruktur terhadap peningkatan investasi di sektor industri simulasi 4 dan di sektor jasa simulasi 5 justru menurunkan jumlah sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja. Dengan membandingkan semua simulasi yang didukung dengan infrastruktur simulasi 2 hingga simulasi 5, simulasi 2 dan 3 menghasilkan sedikit lebih banyak sektor yang mengalami penurunan kesempatanan kerja. Penurunan tenaga kerja terbesar terjadi pada kelompok sektor pertanian yang memang mengalami peningkatan output relatif besar. Namun demikian beberapa sektor lain yang mengalami peningkatan output yang juga besar tidak mengalami penurunan kesempatan kerja seperti sebagian kelompok sektor lain hotel dan restauran, angkutan air dan udara, sebagain sektor jasa khussusnya jasa pemerintah dan jasa lain, serta sektor industri makanan olahan. Hal ini karena sektor-sektor tersebut tidak mengalami penurunan harga yang terlalu besar dibandingkan dengan peningkatan outputnya. Sementara kelompok sektor pertanian, juga beberapa sektor lain yang mengalami penurunan kesempatan kerja, tingkat harga mengalami penurunan yang jauh lebih besar daripada peningkatan outputnya sehingga untuk mengatasi resiko penurunan pendapatan adalah dengan melakukan penghematan penggunaan tenaga kerja. Sektor perkebunan, sektor kehutanan, industri semen dan industri pupuk merupakan sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja yang sangat besar karena permintaannya sangat inelastis. Pada simulasi 2 dan 3, penurunan kesempatan kerja yang cukup besar di kelompok sektor pertanian juga terkait erat dengan kurang berkembangnya kelompok sektor industri. Kurang berkembangnya sektor tersebut di satu pihak menyebabkan permintaan terhadap kelompok sektor pertanian tidak tumbuh besar yang pada gilirannya menghasilkan penurunan harga output yang begitu besar dan jauh lebih besar daripada peningkatan outputnya sehingga permintaan terhadap kelompok sektor pertanian tetap inelastis. Penurunan harga yang cukup tajam diantisipasi dengan penghematan tenaga kerja agar pendapatan tidak mengalami penurunan. Namun demikian, dukungan infratruktur terhadap peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian simulasi 2 dan terhadap peningkatan investasi di kelompok sektor pertanian dan industri berbasis pertanian simulasi 3 menghasilkan pertumbuhan kesempatan kerja yang paling efektif terhadap kelompok industri berbasis pertanian khususnya industri makanan olahan, industri teksil dan pakaian, industri bambu dan kayu; sebagian kelompok sektor lain khususnya sektor hotel dan restauran, sektor angkutan darat; sebagian kelompok sektor jasa khususnya jasa pemerintah dan jasa lain; serta industri alat nagkutan mesin dimana sektor–sektor tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja terbesar adalah sektor angkutan air dan udara, hotel dan restauran, industri makanan olahan, dan jasa pemerintah dimana sektor-sektor tersebut selain mengalami peningkatan output tanpa penurunan harga yang tajam, juga memiliki tingkat substitusi faktor primer dan atau substitusi tenaga kerja yang relatif besar. Sedikit berbeda dengan simulasi 2 dan 3, dukungan infrastruktur terhadap peningkatan investasi di sektor industri simulasi 4 dan terhadap peningkatan investasi di sektor jasa Simulasi 5 menyebabkan beberapa sektor yang kesempatan kerjanya tumbuh negatif di simulasi 2 dan 3 mengalami pertumbuhan positif yakni sektor perdagangan, sektor komunikasi, sebagian sektor pertanian khususnya sektor peternakan dan perikanan, namun ada satu sektor yang justru menjadi tumbuh negatif kesempatan kerjanya yakni sektor industri alat angkutan mesin di simulasi 4 dan sektor jasa lain di simulasi 5. Oleh karena itu pada simulasi 4 dan 5 jumlah sektor yang mengalami penurunan kesempatan kerja sedikit megalami penurunan. Simulasi 4 dan 5 memberikan pertumbuhan kesempatan kerja yang efektif bagi sebagian kelompok sektor pertanian khususnya sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan; sektor perdagangan, angkutan air dan angutan udara, serta sektor komunikasi. Penurunan kesempatan kerja terbesar terjadi pada sektor industri semen, industri barang logam; listrik, gas dan air bersih, serta sektor lembaga keuangan. Hal yang menarik dari simulasi 4 dan 5 adalah bahwa, kelompok sektor pertanian mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih baik. Seketo tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang positif, sedangkan sektor perkebunan dan kehutanan mengalami penurunan kesempatan kerja yang relatif kecil. Tidak lain karena pada simulasi 4 dan 5 ini. Kelompok sektor industri berbasis pertanian pertumbuhan output lebih baik bahkan sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan output kelompok sektor pertanian dimana kedua kelompok sektor tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Pertumbuhan output kelompok industri berbasis pertanian yang lebih baik mendorong peningkatan permintaan uyang lebih besar terhadap kelompok sektor pertanian sehingga peningkatan output kelompok sektor pertanian tidak diikuti dengan penurunan harga yang terlalu jauh atau permintaannya mejadi lebih elastis. Dalam pasar tenaga kerja, tingkat upah merupakan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian adanya perubahan penyerapan tenaga kerja sektoral sebagai respon terhadap peningkatan investasi, juga akan berdampak pada perubahan tingkat upah. Perubahan tingkat upah sektoral dapat dilihat pada Tabel 35. Secara umum dalam hal dampaknya terhadap tingkat upah sektoral, dengan membandingkan kelompok simulasi 1 dengan kelompok simulasi 2 di Lampiran 7 dan di Tabel 38 menunjukkan bahwa dukungan infrastruktur terhadap masing-masing peningkatan investasi sektoral memberikan dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan tingkat upah sektoral. Tanpa dukungan pembangunan infrastruktur, di masing-masing simulasi peningkatan investasi sektoral sektor pertanian, industri berbasis pertanian, industri non pertanian, dan sektor jasa Tabel 35. Hasil Simulasi II Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi Terhadap Upah di Masing-Masing Sektor di Indonesia, Tahun 2008-2013 p1lab_o Sim 1 Sim2 Sim 3 Sim4 Sim 5 Pertanian: TanBMak -2.0276 3.6440 3.4157 4.7287 5.3998 TanPerkebun -1.8989 3.7615 3.5419 4.7691 5.4133 Peternakan -1.7496 3.8977 3.6883 4.8160 5.4290 Kehutanan -1.4311 4.1883 4.0005 4.9160 5.4625 Perikanan -1.8713 3.7866 3.5690 4.7778 5.4162 Pertambangan: MnkGasPnsBm 0.6520 6.0892 6.0428 5.5700 5.6812 BatubaraLgm 0.6520 6.0892 6.0428 5.5700 5.6812 Industri berbasis pertanian: MakOlah -0.8651 4.7048 4.5554 5.0937 5.5219 TexPakKlt -1.1904 4.4080 4.2365 4.9915 5.4877 BmbKaRtn -1.6342 4.0030 3.8015 4.8522 5.4411 KertasCetak -0.6029 4.9441 4.8125 5.1760 5.5494 FertiPest -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 KimKaret -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 Industri non pertanian: KilangMyk -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 Semen -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 BesiBaja -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 IndBLogam -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 AltAngkMsn -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 IndLain -0.5022 5.0359 4.9112 5.2076 5.5600 Sektor lain: Lisgair 0.6456 6.0834 6.0365 5.5680 5.6806 Bangunan -1.0208 4.5627 4.4028 5.0448 5.5056 Perdagangan 3.3470 8.5484 8.6849 6.4161 5.9643 RestHotel 3.5455 8.7295 8.8795 6.4784 5.9851 AngkDrt -1.4400 4.1802 3.9918 4.9132 5.4615 AngkAir 1.0826 6.4821 6.4650 5.7052 5.7265 AngkUdara 1.0826 6.4821 6.4650 5.7052 5.7265 Komunikasi 1.0826 6.4821 6.4650 5.7052 5.7265 Jasa: LembKeu 3.5694 8.7513 8.9029 6.4859 5.9876 JsPemerintah 3.3769 8.5757 8.7142 6.4255 5.9674 JsLain 3.2071 8.4207 8.5477 6.3722 5.9496 menghasilkan dampak yang negatif terhadap sebagian pertumbuhan output sektoral, sebagian besar sektor mengalami peningkatan upah. Sementara dengan dukungan infrastruktur, di masing-masing peningkatan investasi sektoral simulasi 2 hingga simulasi 5, di masing-masing simulasi semua sektor yang mengalami peningkatan tingkat upah; sedangkan pada simulasi 1 sebagian besar sektor mengalami penurunan tingkat upah. Pada simulasi 2 dan 3, karena peningkatan produktivitas di kelompok sektor industri pertanian relatif kecil menyebabkan pola pertumbuhan upah maupun besarnya perubahan upah relatif sama hanya untuk sebagian besar sektor simulasi 3 pertumbuhannya relatif lebih besar. Di kedua simulasi ini sebagian besar sektor mengalami peningkatan upah, padahal di penyerapan kerja di sebagian besar sektor justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan upah secara umum terjadi karena sebagian besar sektor mengalami efisiensi penggunaan input tenaga kerja atau produktivitas marginal tenaga kerja mengalami peningkatan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan upah. Sebaliknya yang terjadi dengan simulasi 4 dan 5. Pada simulasi 2 dan 3, penurunan upah hanya terjadi pada kelompok sektor pertanian, industri bambu dan kayu, serta angkutan darat. Penurunan upah tersebut dimungkinkan karena permintaan terhadap kelompok sektor pertanian relatif inelastis sehingga penurunan harga menyebabkan peningkatan pendapatan yang relatif kecil sehingga tidak hanya mendorong penurunan penggunaan tenaga kerja juga mendorong terjadinya penurunan upah. Namun demikian, simulasi 2 dan 3 paling efektif dalam menumbuhkan tingkat upah hampir di semua sekor. Untuk sebagian besar sektor khususnya untuk kelompok sektor, sektor jasa dan pertambangan peningkatan upah lebih efektif melalui simulasi 3; sedangkan kelompok industri berbasis pertanian dan industri non pertanian peningkatan upah lebih efektif melalui simulasi 2. Pola perubahan harga pada seluruh simulasi relatif sama, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok sektor jasa, kelompok sektor lain dan kelompok sektor pertambangan dan ditambah dengan kelompok industri non pertanian untuk simulasi 2 dan 3; sedangkan penurunan upah terbesar terjadi di kelompok sektor pertanian ditambah dengan kelompok industri berbasis pertanian untuk simulasi 4 dan 5. Di simulasi 4 dan 5, penurunan upah selain terjadi di kelompok sektor pertanian juga terjadi di kelompok sektor industri berbasis pertanian dan industri non pertanian. Jika dibandingkan antar simulasi, dampak investasi terhadap perubahan upah mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan dampak investasi terhadap perubahan kesempatan kerja. Simulasi 2 dan 3 menghasilkan perubahan upah yang relatif besar dan simulasi 4 dan 5 menghasilkan perubahan upah yang relatif kecil. Fakta tersebut menunjukkan bahwa kombinasi peningkatan investasi di sektor pertanian dan infrastruktur dengan kombinasi peningkatan investasi di sektor pertanian, industri berbasis pertanian dan infrastruktur mempunyai daya dorong yang lebih kuat terhadap perubahan upah; dan simulasi 3 memberikan daya dorong yang paling kuat terhadap peningkatan upah tersebut. Sementara sebaliknya untuk peningkatan kesempatan kerja, simulasi 4 dan 5 memiliki daya dorong yang lebih kuat.

7.1.3. Dampak Perubahan Produktivitas Sektoral Berbasis Investasi