Penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih

C i = biaya pemasaran lembaga tataniaga ke-i π i = keuntungan pemasaran lembaga tataniaga ke-i sehingga total marjin tataniaga adalah : M = n ∑ i=1 M i , i = 1,2,3, ...n Tingkat efisiensi juga dapat dilihat melalui penyebaran marjin tataniaga, yaitu berdasarkan rasio keuntungan K terhadap biaya pemasaran B pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai berikut : Rasio K-B = π C Hasil analisis marjin tataniaga akan disajikan dalam bentuk tabel yang menyajikan informasi mengenai besarnya tiap komponen biaya produksi, share andil biaya tersebut dibanding harga beli konsumen akhir, marjin tataniaga M i serta rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga.

d. Analisis biaya transaksi sertifikasi sumber benih

Tujuan dilakukan analisis biaya transaksi dalam penelitian ini adalah untuk melihat besarnya biaya eksternalitas dari sertifikasi sumber benih. Kelembagaan sertifikasi sumber benih dianggap efisien apabila biaya transaksi dapat diminimumkan. Dalam penelitian ini komponen biaya transaksi yang diukur adalah : a. biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengetahui spesifikasi syarat-syarat terjadinya transaksi benih atau bibit, termasuk biaya komunikasi, tenaga yang dikeluarkan untuk mencari dan mengolah informasi, biaya memotivasi konsumen; b biaya negosiasi, meliputi pengorbanan tenaga dan uang untuk mencapai kesepakatan, termasuk fee dan komisi; c biaya pemantauan dilihat dari realisasi fisik yang dilakukan BPTH dan Dinas Propinsi atau KabupatenKota untuk melakukan kunjungan atau komunikasi, dan biaya untuk pelaporan dari sisi produsen dan pengedar benih atau bibit.

7. Penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih

Kelembagaan sertifikasi sumber benih dinilai efisien apabila total marjin pemasaran minimum, distribusi marjin pemasaran merata pada masing-masing lembaga tataniaga, biaya transaksi minimum, serta distribusi informasi merata antar pemangku kepentingan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Hasil Observasi Kondisi Terkini Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 73 sumber benih bersertifikat di Kalimantan Lampiran 1. Jumlah tersebut menjadi 42 sumber benih pada bulan Mei 2009 Lampiran 2. Penurunan tersebut disebabkan habisnya masa berlalu 35 sertifikat yang terbit antara tahun 2003 dan awal 2004. Hanya 4 sertifikat yang diperpanjang, yang kesemuanya dikelola PT Inhutani III Sebuhur. Mengenai pemberian wewenang sertifikasi kepada Pemerintah Propinsi atau KabupatenKota Dinas, menurut BPTH Banjarbaru hingga bulan Juni 2009 belum ada Dinas yang siap dipandang dari segi ketersediaan tenaga penilai, sarana, dan anggaran, sehingga tahun ini sertifikasi masih akan dilakukan BPTH. Namun hingga bulan Juni 2009 belum ada Dinas yang mengajukan permohonan bantuan sertifikasi bagi pengelola sumber benih di wilayahnya. Hal ini antara lain disebabkan ketidaktahuan Dinas mengenai pelimpahan wewenang sertifikasi, sebab BPTH belum menyelenggarakan sosialisasi mengenai isi Permenhut P.12009. Dari 5 Dinas KabupatenKota dan 2 Dinas Propinsi yang menjadi subyek penelitian, hanya Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara yang sudah mengetahui adanya pelimpahan wewenang sertifikasi, namun masih menunggu terbitnya petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci mengenai pelaksanaan sertifikasi rekap hasil wawancara dengan Dinas-dinas yang menjadi subyek penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. Sosialisasi Permenhut P.12009 baru dilaksanakan di Banjarmasin pada bulan Juli 2009. B. Efektivitas Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Menurut Barnard dalam Mahoney 2002, suatu kegiatan disebut efektif apab ila suatu tujuan dilakukannya kegiatan dapat dicapai. Efektivitas dari kelompok kumpulan individu dicapai apabila tujuan kelompok tersebut dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Dalam sertifikasi sumber benih, efektivitas dicapai apabila tujuan sertifikasi sumber benih dapat terwujud, yaitu terjaminnya kebenaran klasifikasi sumber benih Permenhut No P.12009 pasal 44. Kebenaran klasifikasi sumber benih dapat terjamin apabila : 1 mekanisme sertifikasi