setiap rupiah yang dikeluarkan, pemborong mendapat keuntungan sebesar Rp 1,38, lebih besar daripada keuntungan pengelola sumber benih Rp 0,5.
b. Saluran dua tingkat
Dalam saluran dua tingkat ini, pengelola SB sekaligus bertindak sebagai penangkar, sehingga produknya berbentuk bibit, bukan benih. Jalur tataniaga bibit
untuk tipe saluran dua tingkat tersaji dalam Gambar 14.
Gambar 14. Jalur tataniaga saluran dua tingkat Dalam saluran dua tingkat ini yang menjadi contoh kasus adalah tataniaga
bibit gaharu dari sumber benih PT GL di Kaltim. Distribusi manfaat dalam tipe saluran dua tingkat tersaji dalam Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi manfaat dalam tipe saluran dua tingkat
No Lembaga Distribusi
manfaat Rasio
keuntungan dan biaya
πC Harga
Rpbatang Share
1 Pengelola SBpenangkar
Biaya-biaya C: 657.50
41.09 • Izin usaha
9.5 0.59
• Retribusi 12.00
0.75 • Sewa lahan rata-rata
80 5.00
• Bangunan dan peralatan 140
8.75 • Biaya sertifikasi sumber benih
10 0.63
• Pengunduhan benih, pembibitan, dan pengemasan
255.00 15.94
• Pemeliharaan pohon induk 150.00
9.38 • Biaya komunikasi negosiasi
1.00 0.06
Harga jual 900.00
56.25 Marjin keuntungan
π 242.50
15.16 Rasio keuntungan dan biaya
0.37
2 Pengumpul
Biaya biaya 11.00
0.69 • Biaya transportasi
10.00 0.63
• Biaya transaksi 1.00
0.06 Harga jual
1000.00 62.50
Marjin pemasaran 100.00
6.25 Marjin keuntungan
π 89.00 5.56
Rasio keuntungan dan biaya 8.09
Pengumpul Pemborong
Konsumen Pengelola SB penangkar
Tabel 14 lanjutan
No Lembaga Distribusi
manfaat Rasio
keuntungan dan biaya
πC Harga
Rpbatang Share
3 Pemborong
Biaya-biaya 220.00
13.75 • Biaya transportasi
10.00 0.63
• Biaya transaksi 210.00
13.13 Harga jual
1600 100.00
Marjin pemasaran 600.00
37.50 Marjin keuntungan
π 380.00 23.75
Rasio keuntungan dan biaya 1.72
4 Konsumen akhir
Harga beli 1600
100.00
Pada tipe saluran dua tingkat ini yang mendapat rasio keuntungan dan biaya terbesar adalah pengumpul. Ini disebabkan pengumpul hannya
mengeluarkan biaya transportasi dan komunikasi. Bibit dari SB ini digunakan untuk melengkapi jumlah bibit yang telah ditangkarkan oleh pengumpul, dan
selanjutnya dijual kepada pemborong. Pemborong mendapatkan marjin keuntungan terbesar karena tingginya harga jual bibit, namun rasio keuntungan
dan biaya pemborong lebih kecil dari pengumpul karena selain biaya transportasi, pemborong juga mengeluaakan biaya pemasaran untuk memenangkan tender
pengadaan bibit, yang berupa biaya biaya komunikasi dan biaya negosiasi dengan pihak konsumen.
Saluran dua tingkat ini juga memungkinkan terjadinya pencampuran antara bibit dari sumber benih bersertifikat dengan non sertifikat, karena adanya
pengumpul dan pemborong yang mengumpulkan bibit dari berbagai penangkar, sehingga mutu bibit tidak terjamin.
d. Saluran tiga tingkat