evaluasi perbenihan, dan metode penyampaian informasi yang dianggap paling tepat.
6. Analisis finansial tataniaga benih
a. Analisis kelayakan finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah pengelolaan sumber benih bersertifikat layak secara ekonomis. Metode analisis
kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kriteria Benefit Cost Ratio
BCR dan Internal Rate of Return IRR berdasarkan metode yang digunakan oleh Nugroho 2003, Pearson et al. 2004, dan Kristanty
2005. Periode analisis ditentukan berdasar jangka waktu antara penerbitan
sertifikasi sumber benih yang bersangkutan hingga tahun 2008. Berikut adalah komponen-komponen aliran kas yang diukur :
1. Inflow : pendapatan dan nilai sisa 2. Outflow :
a. Biaya Investasi : peralatan, bangunan, biaya persiapan lapangan b. Biaya Tetap : sewa lahan dan pajak
c. Biaya variabel : biaya pemeliharaan, pengunduhan, pengepakan, penyimpanan benih untuk pengadaan benih atau biaya pembuatan dan
pemeliharaan bibit sampai siap edar. BCR digunakan untuk membandingkan nilai sekarang seluruh hasil dengan
nilai sekarang seluruh biaya proyek. BCR diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan terdiskonto dengan jumlah biaya terdiskonto. Jika BC positif maka
proyek layak untuk dilaksanakan, dan sebaliknya. IRR menggambarkan tingkat keuntungan dari proyek atau investasi dalam
persen pada NPV = 0. Selanjutnya angka IRR harus dibandingkan dengan kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan lain yang paling mudah atau
MARR Minimum Attractive Rate of Return.
b. Analisis Farmer’s Share
Farmer’s share dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan efisiensi
tataniaga dilihat dari sisi pendapatan pengelola sumber benih. Kohls dan Uhls
dalam Rachma 2006 mendefinisikan farmer’s share sebagai persentase harga
yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai Farmer’s share F
s
ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima produsen P
f
dan harga yang dibayarkan oleh konsumen P
r
, atau dirumuskan dengan persamaan berikut : F
s
= P
f
P
r
x 100 Yang dimaksud konsumen di sini adalah lembaga yang mengeluarkan
biaya melakukan pembayaran untuk mendapatkan benih atau bibit dari sumber benih. Bila sumber benih hanya menghasilkan benih, maka konsumen akhirnya
adalah penangkar bibit. Sedangkan bila sumber benih menghasilkan bibit, maka konsumen akhir yang melakukan pembayaran adalah BPDAS atau Dinas yang
menyelenggarakan lelang pengadaan bibit. Pada saluran tataniaga yang efisien, nilai farmer’s share akan meningkat
karena marjin dan biaya tataniaga menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen lebih kecil.
c. Analisis penyebaran marjin tataniaga