Bagaimana persepsi BPTH tentang Permenhut P.12009 ?

Lampiran 3 Hasil wawancara dengan BPTH Banjarbaru 1. Bagaimana persepsi BPTH tentang Permenhut P.12009 ? • Pemberian wewenang sertifkasi kepada Dinas memang dirasa akan mengurangi wewenang dan jatah kegiatan BPTH. Untuk tahun 2009 ini belum ada Dinas yang siap dipandang dari segi ketersediaan SDM, sarana, dan anggaran, sehingga tahun ini sertifikasi masih akan dilakukan BPTH. Namun hingga bulan Mei 2009 belum ada Dinas yang mengajukan permohonan bantuan sertifikasi. Di BPTH sendiri timbul kebingungan karena terjadi perubahan petunjuk teknis juknis identifikasi sumber benih yang baru berdasar Permenhut P.12009. Kriteria sumber benih berubah, juga jangka berlakunya sertifikasi. Pada SK Menhut No 0812001, masa berlaku sertifikasi SB adalah 5 tahun, pada Permenhut P.102007 menjadi 3 tahun, berdasar Permenhut P.12009 kembali menjadi 5 tahun 2. Apakah sudah dilakukan sosialisasi isi Permenhut P.12009? • Adanya Permenhut P.12009 sudah diberitahukan kepada Dinas dan pemohon sertifikat, meskipun sosialisasi resmi mengenai isi Permenhut baru akan dilaksanakan bulan Juni 2009. 3. Bagaimana persepsi BPTH mengenai kelayakan Dinas melakukan sertifikasi • 80 JPL pelatihan dianggap cukup bagi staf Dinas yang akan melakukan sertifikasi, asalkan materi diklat benar-benar sesuai kebutuhan tenaga penilai sertifikasi dan banyak praktekkegiatan lapangan. Mengenai standar sarana penilaian sumber benih dan bibit tidak akan sulit dipenuhi Dinas apabila sudah mengajukan anggaran, yang sulit dipenuhi karena mahal adalah sarana penilaian mutu benih laboratorium dan peralatan lengkap. Hingga saat ini belum ada rencana menyelenggarakan pelatihan sertifkasi untuk SDM dari Dinas. • Belum ada juknis mengenai akreditasi Dinas yang dianggap layak menerbitkan sertifikasi. 4. Apa saja komponen biaya sertifikasi a lumpsum tenaga penilai; b biaya transportasi; c akomodasi; d upah tenaga lapangan; e biaya pembuatan peta; f pengadaan konsumsi; g camping unit. • Karena untuk tahun 2009, Dinas belum memiliki anggaran untuk sertifikasi, maka Dirjen RLPS menerbitkan Peraturan Dirjen RLPS No P.022009 mengenai distribusi pendanaan sertifikasi antara BPTH, Dinas, dan pemohon sertifikasi. Untuk poin d, f, dan g ditanggung oleh pemohon sertifikat, sementara transport dan lumpsum ditanggung BPTH, kecuali untuk petugas dari Dinas setempat. • Selama ini apabila dana yang tersedia di BPTH tidak cukup untuk kegiatan penilaian sertifikasi, maka biayanya disharing antara BPTH dengan pemohon. 5. Mengenai pembinaan dan pemantauan sumber benih • Kunjungan bimbingan teknis dan pemantauan dilakukan + di 20 lokasi setahun, meliputi empat propinsi di Kalimantan. Pelaporan produksi pengunduhanndan distribusi benih dan bibit dilakukan oleh pengelola sumber benih pada kunjungan ini. Pelaporan tertulis secara rutin tidak dilakukan oleh pengelola sumber benih. Pemantauan lain mengenaiproduksi dan distribusi benih dan bibit dari sumber benih dilakukan berdasar laporan pengadapengedar bibit yang mengambil benihbibit dari sumber benih bersangkutan. Padahal pelaporan dari pengadapengedar bibit tersebut juga tidak dilakukan secara rutin, hanya apabila akan melakukan sertifikasi bibit atau apabila ada kunjungan dari BPTH. • Dalam Permenhut baru mapun lama tidak ada sanksi bagi pengelola sumber maupun pengadapengedar bibit yang tidak melaporkan produksi dan distribusi benihbibitnya. Agar pemantauan lebih efektif, disarankaan diterapkan sanksi pencabutan sertifikat dan ijin pengadaanperedaran bibit.

5. Mengenai komunikasi antara BPTH dengan pelaku perbenihan lainnya