12. Kebun Benih Semai adalah KBS, yaitu sumber benih yang dibangun dari bahan generatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan yang diberi
perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan. 13 Kebun Benih Klon adalah Kebun Benih Klon KBK, yaitu sumber benih
yang dibangun dari bahan vegetatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan yang diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan.
14. Kebun Benih Pangkas adalah sumber benih yang dibangun dari bahan generatif atau vegetatif dari pohon induk yang berasal dari KBK atau KBS.
15.Pengadaan benih adalah kegiatan yang meliputi kegiatan pengunduhan, penanganan, pengujian, pengepakan dan penyimpanan.
16.Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan benih, pembuatan bibit, seleksi, dan pemeliharaan sampai bibit siap digunakan danatau
diedarkan. 17. Pengedaran benih adalah kegiatan yang meliputi pengemasan, pengangkutan,
penyimpanan, dan distribusi benih. 18. Pengedaran bibit adalah kegiatan yang meliputi pengemasan, pengangkutan,
dan distribusi bibit 19.Pengada benih adalah BUMNBUMDBUMS, koperasi atau perorangan yang
mempunyai kegiatan pengadaan benih. 20.Pengedar benih dan bibit adalah BUMNBUMDBUMS, koperasi atau
perorangan yang mempunyai kegiatan peredaran benih danatau bibit. 21. Label benih adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih yang sudah
dikemas dan akan diedarkan yang memuat antara lain jenis benih, asal benih, mutu benih, tanggal unduh benih, data hasil uji laboratorium serta akhir masa
edar benih.
C. Kebijakan Pemerintah yang Terkait dengan Perbenihan Tanaman
Hutan Sertifikasi sumber benih tanaman hutan merupakan titik awal jaminan mutu
produksi benih untuk keperluan rehabilitasi lahan hutan, oleh karena itu pembahasan mengenai kebijakan sertifikasi sumber benih tanaman hutan tidak
dapat dilepaskan dari kebijakan nasional perbenihan tanaman hutan secara
keseluruhan. Hasil identifikasi peraturan perundangan yang terkait dengan perbenihan tanaman hutan disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
. Peraturan perundangan yang terkait dengan perbenihan tanaman hutan
No Peraturan Perundangan
Perihal 1
UU No 121992 Sistem Budidaya Tanaman
2 UU No
411999 Kehutanan
2 PP No 44 Tahun 1995
Perbenihan Tanaman 3
PP No 382007 Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota
4 SK Menhut No 663 Kpts-
II2002 Organisasi dan Tata Kerja BPTH
5 Permenhut No
P.01Menhut- II2009
Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan
Permenhut No P.01Menhut-II2009 diundangkan tanggal 12 Januari 2009 menggantikan Permenhut No P.10Menhut-II2007. Permenhut No P.012009 ini
memuat berbagai lampiran teknis yang mementahkan berbagai Peraturan Dirjen RLPS yang diterbitkan tahun 2007 sebagai penjabaran teknis Permenhut
P.102007 dan membuatnya tidak efektif lagi. Reduksi tugas pokok dan fungsi BPTH dalam Permenhut P.01Menhut-II2009 meski tidak dinyatakan secara
eksplisit juga mementahkan SK Menhut No 663Kpts-II2002 mengenai Organisasi dan Tata Kerja BPTH.
Dalam Permenhut No P.01Menhut-II2009 disebutkan bahwa pengaturan perbenihan tanaman hutan bertujuan untuk : 1 menjamin kelestarian sumberdaya
genetik tanaman hutan dan pemanfaatannya; 2 menjamin tersedianya benih danatau bibit tanaman hutan dengan mutu yang baik. Pengaturan perbenihan
tanaman hutan meliputi pembangunan sumberdaya genetik, pemuliaan tanaman hutan, pengadaan benih, pengedaran benih dan bibit, sertifikasi, dan pembinaan.
Sertifikasi perbenihan tanaman hutan bertujuan untuk menjamin kualitas benih atau bibit tanaman hutan; meningkatkan penggunaan benih atau bibit yang
berkualitas; memberikan perlindungan intelektual kepada para pemulia tanaman hutan; memberikan pengakuan kebenaran terhadap sumber benih, mutu benih,
mutu bibit, kesehatan benih dan bibit; dan menjamin kebenaran asal usul benih.
Dalam Permenhut P.012009 yang diberi wewenang melakukan sertifikasi perbenihan adalah Dinas Propinsi, Dinas KabupatenKota, dan BPTH.
Ada 4 empat macam sertifikasi dalam bidang perbenihan, yaitu : a. Sertifikasi sumber benih : untuk menjamin kebenaran klasifikasi sumber benih
berdasarkan kualitas genetik. b. Sertifikasi mutu benih : untuk menjamin kebenaran mutu genetik berdasarkan
kelas sumber benih dan mutu fisik-fisiologis benih. c. Sertifikasi mutu bibit : untuk menjamin kebenaran mutu genetik berdasarkan
kelas sumber benih dan mutu fisik-fisiologis bibit. d. Sertifikasi asal usul benih danatau bibit.
Sertifikasi mutu benih diikuti dengan pemberian label benih apabila akan diedarkan. Sertifikat mutu benihbibit diterbitkan apabila asal-usul benih
diketahui, sedangkan apabila asal-usul benih tidak diketahui, maka diterbitkan surat keterangan pengujian benihbibit.
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk menjamin tertibnya dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam
penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan. Kegiatan pembinaan berupa bimbingan teknis dan administrasi, pelatihan, arahan danatau supervisi, dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupatenkota kepada penyelenggara perbenihan tanaman hutan.
Kegiatan pengawasan dalam perbenihan adalah sebagai berikut : a. Menteri Kehutanan dapat melarang pengadaan, peredaran dan penanaman
benih dari jenis yang ternyata merugikan masyarakat, budidaya tanaman, sumberdaya alam lain atau lingkungan hidup.
b. Direktur Jenderal RLPS bersama dengan dinas provinsikabupatenkota melakukan pengawasan atas pengadaan, peredaran, sertifikasi dan tata usaha
benih danatau bibit. c. Kepala Badan Litbang Kehutanan melakukan pengawasan atas penelitian
konservasi sumber daya genetik dan pemuliaan tanaman hutan. Sedangkan kegiatan pengendalian perbenihan tanaman hutan diselengarakan
oleh Dirjen RLPS, pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota, meliputi :
a. Pengawasan : untuk memperoleh data dan informasi penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
b. Evaluasi : untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
c. Tindak lanjut : kegiatan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi guna penyempurnaan kebijakan penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
D. Sertifikasi Sumber Benih