Analisis penyebaran marjin tataniaga Analisis biaya transaksi sertifikasi sumber benih

dalam Rachma 2006 mendefinisikan farmer’s share sebagai persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai Farmer’s share F s ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima produsen P f dan harga yang dibayarkan oleh konsumen P r , atau dirumuskan dengan persamaan berikut : F s = P f P r x 100 Yang dimaksud konsumen di sini adalah lembaga yang mengeluarkan biaya melakukan pembayaran untuk mendapatkan benih atau bibit dari sumber benih. Bila sumber benih hanya menghasilkan benih, maka konsumen akhirnya adalah penangkar bibit. Sedangkan bila sumber benih menghasilkan bibit, maka konsumen akhir yang melakukan pembayaran adalah BPDAS atau Dinas yang menyelenggarakan lelang pengadaan bibit. Pada saluran tataniaga yang efisien, nilai farmer’s share akan meningkat karena marjin dan biaya tataniaga menjadi lebih rendah sehingga perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen lebih kecil.

c. Analisis penyebaran marjin tataniaga

Menurut Mubyarto 1989, sistem tataniaga dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen akhir biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam tataniaga. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga yang terjadi antara lembaga satu dengan yang lain dalam saluran tataniaga komoditas yang sama. Saluran tataniaga yang tidak efisien akan menghasilkan marjin tataniaga yang besar. Perhitungan marjin tataniaga dan tingkat efisiensi dalam penelitian ini dilakukan menurut metode yang dilakukan oleh Kurniawan 2003, Kristanty 2005, dan Rachma 2006. Secara matematis marjin tataniaga dinyatakan sebagai berikut : M i = P si – P bi dan M i = C i + π i di mana M i = marjin tataniaga lembaga tataniaga ke-i P si = harga penjualan lembaga tataniaga ke-i P bi = harga pembelian lembaga tataniaga ke-i C i = biaya pemasaran lembaga tataniaga ke-i π i = keuntungan pemasaran lembaga tataniaga ke-i sehingga total marjin tataniaga adalah : M = n ∑ i=1 M i , i = 1,2,3, ...n Tingkat efisiensi juga dapat dilihat melalui penyebaran marjin tataniaga, yaitu berdasarkan rasio keuntungan K terhadap biaya pemasaran B pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai berikut : Rasio K-B = π C Hasil analisis marjin tataniaga akan disajikan dalam bentuk tabel yang menyajikan informasi mengenai besarnya tiap komponen biaya produksi, share andil biaya tersebut dibanding harga beli konsumen akhir, marjin tataniaga M i serta rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga.

d. Analisis biaya transaksi sertifikasi sumber benih

Tujuan dilakukan analisis biaya transaksi dalam penelitian ini adalah untuk melihat besarnya biaya eksternalitas dari sertifikasi sumber benih. Kelembagaan sertifikasi sumber benih dianggap efisien apabila biaya transaksi dapat diminimumkan. Dalam penelitian ini komponen biaya transaksi yang diukur adalah : a. biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengetahui spesifikasi syarat-syarat terjadinya transaksi benih atau bibit, termasuk biaya komunikasi, tenaga yang dikeluarkan untuk mencari dan mengolah informasi, biaya memotivasi konsumen; b biaya negosiasi, meliputi pengorbanan tenaga dan uang untuk mencapai kesepakatan, termasuk fee dan komisi; c biaya pemantauan dilihat dari realisasi fisik yang dilakukan BPTH dan Dinas Propinsi atau KabupatenKota untuk melakukan kunjungan atau komunikasi, dan biaya untuk pelaporan dari sisi produsen dan pengedar benih atau bibit.

7. Penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih