a. Pengawasan : untuk memperoleh data dan informasi penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
b. Evaluasi : untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
c. Tindak lanjut : kegiatan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi guna penyempurnaan kebijakan penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
D. Sertifikasi Sumber Benih
Sertifikasi sumber benih adalah proses pemberian sertifikat kepada sumber benih yang menginformasikan keadaan sumber benih yang bermutu, sedangkan
sertifikat sumber benih adalah dokumen yang menyatakan kebenaran mutu sumber benih tanaman hutan. Sertifikasi sumber benih dilakukan untuk menjamin
kebenaran klasifikasi sumber benih berdasarkan kualitas genetik. Berdasarkan kualitas genetiknya, sumber benih diklasifikasikan menjadi 7
kelas, berturut-turut adalah : 1. Tegakan Benih Teridentifikasi TB Teridentifikasi;
2. Tegakan Benih Terseleksi TB Terseleksi; 3. Areal Produksi Benih APB;
4. Tegakan Benih Provenan TB Provenans; 5. Kebun Benih Semai KBS;
6. Kebun Benih Klon KBK; 7. Kebun Benih Pangkas KBP.
Sumber benih dapat berada di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Sumber benih dalam Cagar Alam serta Zona Inti dan Zona Rimba
pada Taman Nasional hanya untuk Tegakan Benih Teridentifikasi. Sebelum penerbitan Permenhut No P.012009, sumber benih dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupatenkota, BUMN, BUMD, BUMS, koperasi atau perorangan.
Namun menurut Permenhut No P.012009, sumber benih hanya dapat dikelola oleh BUMN, BUMD, BUMS, koperasi atau
perorangan, sehingga menjadi pertanyaan bagaimana status pengelolaan sumber benih yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Berikut adalah pemegang kewenangan melakukan sertifikasi sumber benih berdasar Permenhut No P.012009 pasal 45 dan 51 :
1. Dinas KabupatenKota melakukan sertifikasi terhadap sumber benih yang berada di wilayahnya:
2. Dinas Propinsi melakukan sertifikasi di wilayah KabupatenKota terhadap KabupatenKota yang belum memiliki Dinas Kehutanan atau tidak memilih
urusan perbenihan tanaman hutan. 3. BPTH melakukan sertifikasi di wilayah Propinsi terhadap Propinsi dan
KabupatenKota yang belum memiliki Dinas atau KabupatenKota tidak memilih urusan perbenihan tanaman hutan.
Dinas Propinsi dan KabupatenKota yang akan melaksanakan sertifikasi harus memenuhi standar kriteria sumberdaya manusia dan sarana tertentu sesuai
yang ditetapkan dalam Permenhut P.012009 namun tidak disebutkan siapa yang berhak melakukan akreditasi terhadap kelayakan Dinas tersebut. Selanjutnya
dalam pasal 52 dinyatakan bahwa setiap pemanfaatan jasa atau sarana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah KabupatenKota dalam pelaksanaan
perbenihan tanaman hutan dikenakan pungutan jasa perbenihan tanaman hutan, termasuk dalam penerbitan sertifikasi sumber benih. Semua penerimaan dari
pungutan tersebut merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang harus disetor ke Kas Negara. Besaran pungutan akan ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan biaya sertifikasi di lapangan ditanggung oleh pemohon sertifikasi pasal 46.
Satu nomor sertifikat sumber benih hanya berlaku untuk satu lokasi sumber benih dan untuk satu jenis tanaman spesies. Sertifikat sumber benih
tidak berlaku apabila terjadi kerusakan pada sumber benih, perubahan fungsistatus sumber benih, dan tidak produktif lagi. Masa berlaku sertifikat
sumber benih 5 lima tahun, setelah itu dapat dievaluasi kembali dengan prosedur yang sama.
Berikut adalah standar sumber benih dari kriteria yang bersifat umum berlaku untuk semua kelas sumber benih , menurut Permenhut P.012009 :
1. Aksesibilitas : Lokasi sumber benih harus mudah dijangkau sehingga memudahkan untuk pemeliharaannya serta pengunduhan buahnya serta
mempercepat waktu pengangkutan. Lokasi sumber benih yang memiliki aksesibilitas yang baik juga akan lebih menjamin mutu fisik-fisiologis benih.
2. Pembungaanpembuahan : Tegakan harus pernah berbunga dan berbuah, kecuali untuk kebun benih pangkas.
3. Keamanan : Tegakan harus aman dari ancaman kebakaran, penebangan liar, perladangan berpindah, penggembalaan dan penjarahan kawasan.
4. Kesehatan tegakan : Tegakan harus tidak terserang hama dan penyakit. 5. Batas areal : Batas areal harus jelas, sehingga pengumpul benih mengetahui
tegakan yang termasuk sebagai sumber benih. 6. Terkelola dengan baik. Sumber benih jelas status kepemilikannya serta
memiliki indikator manajemen yang baik, seperti pemeliharaan, pengorganisasian, pemanfaatan benih dan lain-lain.
Kriteria khusus sumber benih berbeda-beda menurut kelas sumber benihnya. Sebelum penerbitan Pemenhut No 012009, untuk kelas sumber benih
TB Teridentifikasi, TB Terseleksi, dan APB selanjutnya ketiganya disebut sumber benih kelas rendah, kriteria tersebut ditetapkan oleh Dirjen RLPS.
Sedang Kepala Badan Litbang Kehutanan bertugas menetapkan kriteria khusus untuk sumber benih kelas tinggi, yaitu TB Provenans, KBS, KBK, dan KBP.
Badan Litbang Kehutanan belum menerbitkan pedoman kriteria khusus tersebut hingga diterbitkannya Permenhut No P.012009 yang menetapkan kriteria khusus
untuk masing-masing kelas sumber benih. Berikut adalah prosedur sertifikasi sumber benih menurut Permenhut
P.01Menhut-II2009 : 1. Pemilik sumber benih mengajukan permohonan sertifikasi sumber benih
kepada Dinas KabupatenKota di wilayahnya dengan dilampiri dokumen pendukung.
2. Dalam hal Dinas KabupatenKota belum dapat melakukan sertifikasi sumber benih, maka Dinas KabupatenKota akan meneruskan permohonan kepada
Dinas Propinsi. Demikian selanjutnya apabila Dinas Propinsi tidak dapat melakukan sertifikasi, maka Dinas Propinsi akan meneruskan permohonan
kepada BPTH.
3. Atas dasar permohonan tersebut, Kepala Dinas KabupatenKota atau Dinas Propinsi atau BPTH membentuk Tim Penilai dengan melibatkan unsur terkait
dalam kegiatan sertifikasi sumber benih, antara lain Balai PTH, UPT Badan Litbang Departemen Kehutanan danatau tenaga pakar di bidangnya.
4. Tim Penilai melakukan pengumpulan informasi dengan orientasi lapangan quick tour untuk menentukan kelayakan sebagai sumber benih. Informasi
yang dikumpulkan untuk menentukan kelayakan sumber benih digunakan sebagai bahan untuk memenuhi kriteria umum sumber benih.
5. Hasil identifikasi yang memenuhi kriteria umum sumber benih dapat diterima sebagai calon sumber benih, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi keadaan
tegakan sedangkan untuk sumber benih yang ditolak, Tim tidak melakukan deskripsi.
6. Tim memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas kehutanan KabupatenKota.
7. Kepala Dinas KabupatenKota atau Dinas Propinsi atau Balai menerbitkan sertifikat sumber benih atas dasar laporan Tim dan disampaikan kepada
pemilik sumber benih dengan tembusan kepada Balai. Menurut hasil penelitian Falah et al. 2008, berdasarkan status pengelola,
pengusahaan sumber benih bersertifikat di Kalimantan bisa diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok berikut :
1. Pemegang sertifikasi adalah Dinas Kehutanan Kabupaten atau Propinsi, LSM, atau koperasi, sedang pengelola di lapangan adalah kelompok tani. Berupa
tegakan benih teridentifikasi berasal dari hutan alam, luas bervariasi antara 10,0 hingga 200 ha. Pengelolaan tidak intensif, pemungutan benih masih
tradisional, umumnya benihbibit dikonsumsi oleh penangkarpengedar benih untuk keperluan proyek rehabilitasi lahan oleh pemerintah. Catatan : karena
berdasarkan Permenhut P.012009 hanya BUMD, BUMS, BUMN, koperasi atau perorangan yang berhak mengelola sumber benih, masih menjadi
pertanyaan akan diserahkan kepada siapa hak pengelolaan sumber benih yang sebelumnya dikelola Dinas Kehutanan Kabupaten atau Propinsi.
2. Pemegang sertifikasi dan pengelola adalah badan hukum perusahaan skala kecilmenengah. Kelas sumber benih adalah tegakan benih teridentifikasi, luas
bervariasi antara 1 ha hingga 53,86 ha. Pengelolaan kurang intensif, umumnya benihbibit dikonsumsi oleh penangkarpengedar benih untuk keperluan
proyek rehabilitasi lahan oleh pemerintah. 3. Pengelola adalah pemegang IUPHHK-HT Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Hutan Tanaman seperti PT ITCI Kartika Utama, PT Suka Jaya Makmur, PT Inhutani III Sebuhur dan Riam Kiwa, PT Dwimajaya Utama, dan
lain-lain. Kelas sumber benih bervariasi dari tegakan benih teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, Areal Produksi Benih, TB Provenans, hingga Kebun
Benih dan Kebun Pangkas. Untuk tegakan benih teridentifikasi dan terseleksi umumnya berupa jenis tanaman hutan lokal, sedang APB hingga Kebun Benih
adalah jenis tanaman non lokal. Benihbibit sebagian besar dikonsumsi sendiri untuk keperluan HTI, sebagian kecil dipasarkan untuk keperluan reklamasi
perusahaan tambang seperti di PT ITCIKU, atau dipasarkan hingga ke Jawa seperti di PT Inhutani III.
E. Para pemangku kepentingan dalam Bidang Perbenihan Tanaman Hutan