dilakukan secara rutin, hanya apabila akan melakukan sertifikasi bibit atau apabila ada kunjungan dari BPTH.
• Dalam Permenhut baru mapun lama tidak ada sanksi bagi pengelola sumber maupun pengadapengedar bibit yang tidak melaporkan produksi dan distribusi benihbibitnya.
Agar pemantauan lebih efektif, disarankaan diterapkan sanksi pencabutan sertifikat dan ijin pengadaanperedaran bibit.
5. Mengenai komunikasi antara BPTH dengan pelaku perbenihan lainnya
• Sebelum tahun 2007, insiatif sertifikasi sumber benih dari BPTH, bukan dari pengelola sumber benih. Setelah tahun 2007 baru ada permohonan sertifikasi dari pengelola
sumber benih. • Prosedur sebelum 2007 sbb : a BPTH menelpon pengelola sumber benih menyarankan
agar dilakukan sertifikasi, b kemudian pengelola sumber benih mengajkan permohonan tertulis. Setelah tahun 2007 : a pengelola sumber benih mengajukan permohonan, b
BPTH mencari informasi mengenai sumber enih tersebut, apakah memang benar-benar layak diberi sertifikat, c apabila dianggap layak baru dilakukan penilaian lapangan.
Sehingga sejak dibentuk BPTH di Kalimantan, belum pernah ada permohonan sertifikasi sumberbenih yang ianggap tidak ditolak atau dianggap tidak layak menjadi sumber benih.
• Yang dikomunikasikan antara BPTH dengan pengelola sumber benih : a rencana kedatangan tim penilai kesepakatan waktu, lokasi, dan tanggung jawab biaya b
dokumen dan formulir yang harus disiapkan dan diisi oleh pengelola sumber benih, c rencana kegiatan selama di lapangan, d berita acara, e mekanisme sertifikasi.
Komunikasi dilakukan melalui telpon dan surat.
• Komunikasi di lapangan : mengenai saran teknis pengelolaan sumber benih. Saran pemasaran disampaikan secara informal apabila diminta pengelola sumber benih.
• Selama ini BPTH menjadi sumber informasi bagi pengadapengedar bibit mengenai ketersediaan stok produksi dan lokasi di sumber benih.
Lampiran 4
Rekap wawamcara dengan Dinas Kehutanan
No Pertanyaan Tanggapan instansi
Dinas Kehutanan Kab. Tanah Laut Dinas Kehutanan Propinsi Kalsel
Dishutbun Kab. Balangan 1
Persepsi mengenai Permenhut P.12009 dan pemberian wewenang sertifikasi
kepada Pemda • Belum mengetahui tentang
Permenhut P.12009.
• Untuk menjamin mutu sertifikasi agar seragam, wewenang lebih
baik diserahkan ke Pemprop karena Pemkab kesulitan
menambah SDM dan sarana, • sudah mempelajari isi Permenhut P.12009.
Dephut dianggap setengah hati memberi kewenangan pada Dinas karena hingga akhir
Mei 2009 belum ada NSPK Norma, Standar, Pedoman, Kriteria Perbenihan dari Dirjen
RLPS sebagai penjabaran Permenhut tersebut, padahal batas waktunya sudah
dekat.
• Dishutprop akan menindaaklanjuti stelah ada
Keputusan Dirjen RLPS.
• Belum mengetahui isi Permenhut No P.12009 namun a siap
melaksanakan dengan menyiapkan SDM dan sarananya.
• Pelaksanaan sertifikasi oleh Dinas dianggap akan lebih efisien karena
memperpendek rantai birokrasi.
2 Kesiapan SDM dan sarana penilaian
sertifikasi Hanya ada satu staf khusus
perbenihan, sarana penilaian belum memenuhi syarat
• Dishutprop akan menyiapkan 4-5 orang SDM untuk mengikuti Diklat Perbenihan sebagai
calon anggota tim sertifikasi. Sarana sertifikasi juga akan disiapkan. Ditargetkan
tahun 2011 Dishutprop Kalsel sudah memiliki SDM dan sarana sertifikasi perbenihan
sesuai standar.
• Dishutprop Kalsel sudah memiliki
Seksi Perbenihan. Dengan munculnya Permenhut P.12009, ada peluang untuk
membentuk UPTD Perbenihan. Untuk SDM akan mencoba
memaksimalkan potensi yang sudah ada, yaitu 4-5 orang staf bagian
Kehutanan dan Perkebunan. Staf yang ada dapat diandalkan dalam hal
perpetaan dan perbenihan namun masih perlu pelatihan lebih lanjut.
Apabila diperlukan atau SDM dirasa kurang kapabel, akan berkonsultasi
dengan BPTH.
Sedang sarana yang sudah dimiliki adalah GPS, alat perpetaan dan
persemaian.
No Pertanyaan Tanggapan instansi
Dinas Kehutanan Kab. Tanah Laut Dinas Kehutanan Propinsi Kalsel
Dishutbun Kab. Balangan 3
Pembinaan dan pemantauan terhadap pengelola SB dan pengada bibit di
wilayahnya: a. Apakah punya daftar sumber benih
dan pengada bibit b. Adakah laporan tertulis dari
pengelola SB dan pengada bibit c. Berapa kali dalam setahun
melakukan kunjungan pembinaan Hanya ada dua pengadapengedar benihbibit
di wilayah Kab. Tanah Laut, dan selama ini belum ada pelpaoran tertuslis dari
pengadapengedar bibit mengenai stok dan distribusi bibitnya. Pemantauan stok dan
distribusi dilakukan oleh staf perbenihan Dishut Tanah Laut tiga kali dalam setahun,
didanai anggaran rutin DIPA. Bukan tugas Dishtprop
Bimbingan teknis dan pemantauan dilakukan oleh petugas keliling
secara rutin satu kali sebulan selama 8 bulantahun. Pengada
bibit tanaman kehutananan hanya LSM Gaharu Persada., pelaporan
tidak ada
4 Persepsi tentang pungutan jasa
sertifikasi Menyambut baik untuk menambah PAD,
namun Dinas belum mampu, dan dikhawatirkan memberatkan pengusaha
Harus ada pedoman dari RLPS mengenai besaran pungutan yag diperbolehkan
Dikhawatirkan akan memberatkan penangkar bibit. Biaya sertifikasi
seyogyanya diminimalkan kalau bisa digratiskan agar keuntunga
petani lebih banyak, sebab prioritas Dishutbun adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
5 Adakah peraturan kebijakan Pemda
terkait perbenihan tanaman hutan Belum ada
Belum ada Peraturan Daerah Perda Kalsel yang terkait bidang perbenihan. Direncanakan
melakukan studi banding ke Dishut DIY yang sudah melakukan sertifikasi benih dan bibit,
serta Jabar yang sudah memiliki Perda retribusi benihbibit.
Belum ada
No Pertanyaan Tanggapan instansi
Dinas Kehutanan Kab. Tanah Laut Dinas Kehutanan Propinsi Kalsel
Dishutbun Kab. Balangan 6
Persepsi tentang efektivitas sertifikasi, apakah benar-benar dapat menjamin
mutu bibit Sebagai konsumen bibit, dianggap bibit
sertifikat dan bibit asalan mutunya sama. Bibit di lapangan seragam, tidak bisa dilacak
asalnya. Bibit asalan belum tentu tidak bermutu, hanya saja pengadanya enggan
mengajukan sertifikasi karena biayanya mahal dan konsumen juga tidak mensyaratkan bibit
bersertifikat. Umumnya anggaran rehabilitasi lahan di Pemda DAK-DR tidak mencukupi
untuk pengadaan bibit bersertifikat Sebagai konsumen bibit, masalah dalam
penggunaan bibit bersertifikasi selama ini antara lain : a belum ada keharusan
penggunaan bibit bersertifikasi dalam proyek rehabilitasi lahan; b karena diadakan oleh
pihak ke-3, lebih baik menggunakan bibit bersertifikasi untuk menjamin mutu bibit,
namun terjadi perdebatan apakah untuk kegiatan reklamasireboisasi yang hanya
ditujukan untuk penutupan lahan bukan produksi perlu jaminan mutu bibit; c selama
ini belum ada penelitian yang membandingkan pertumbuhan bibit sertifikasi dengan bibit
asalan. Persepsi sebagai konsumen bibit,
memang lebih baik pengadaan bibit yang bersertifikat, agar masyarakat
lebih yakin untuk menanamnya. Namun yang penting aalah syarat
fisik terpenuhi diameter 30 cm, karena beberapa kali hasil
pengadaan bibit yang didrop oleh BPDAS
No Pertanyaan Tanggapan instansi
Dishutbuntambang Kab. Penajam Paser Utara
Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim Dishut Kab. Kutai Kartanegara
1 Persepsi mengenai Permenhut P.12009
dan pemberian wewenang sertifikasi kepada Pemda
Belum membaca tetapi sudah mendengar mengenai isi Permenhut
No P.12009. Menyambut baik ketentuan pemberian wewenang
sertifikasi kepada Dinas di KabupatenKota, karena lebih efisien,
menyingkat prosedur dan hemat biaya bagi pengadapengedar lokal.
Sertifikasi lebih baik di lakukan oleh Dinas Kabupaten daripada Dishutprop
Kaltim karena wilayah Kaltim Luas. • Belum mendengar dan membaca mengenai
Permenhut P.12009 baru dimutasi dari bagian lain
• Sudah sejalan dengan desentralisasi, namun pada tahap awal harus didampingi Dephut
untuk penyamaan persepsi dan persiapan prakondisi sosialisasi, penyiapan anggaran
Sudah membaca isi Permenhut P.012009, namun belum ada
sosialisasi dari BPTH Banjarbaru. Mengenai pemberian wewenang
sertifikasi menyambut baik, namun anggaran baru bisa diajukan tahun
2010 untuk pelaksanaan 2011
2 Kesiapan SDM dan sarana penilaian
sertifikasi Sudah ada 12 orang tenaga
kehutanan, namun masih perlu mengikuti Diklat Perbenihan yang
disyaratkan. Sarana penilaian sertifikasi : sudah ada peralatan
pembuta peta, namun belum ada peralatan pengukur pohon, belum ada
laboratorium, dan persemaian masih semi permanen. Namun akan
diusulkan pengadaan sarana penilaian sertifikasi untuk tahun-tahun anggaran
berikut. • Mampu apabila ada kesempatan untuk
mengikuti diklat dan ada anggaran penyediaan sarpras
• Ragu, karena ada restrukturisasi dan mutasi SDM besar-besaran di Dishut Kaltim
• Tidak disediakan anggaran dari Pemerintah Pusat dalam rngka persiapanprakondisi
Untuk SDM tersedia, tapi belum mengikutis diklat. Sarana ada, tapi
belum ada laboratorium pengujian benih.
No Pertanyaan Tanggapan instansi
Dishutbuntambang Kab. Penajam Paser Utara Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim
Dishut Kab. Kutai Kartanegara 3
Pembinaan dan pemantauan terhadap pengelola SB dan pengada bibit di
wilayahnya: • Apakah punya daftar sumber benih
dan pengada bibit • Adakah laporan tertulis dari pengelola
SB dan pengada bibit • Berapa kali dalam setahun
melakukan kunjungan pembinaan sering memberikan arahan-arahan yang harus
dilengkapi di lokasi persemaian, terutama dalam rangka pemeriksaan pengadaan untuk
tender rehabilitasi lahan.Dalam 1 tahun dilakukan 2 – 3 kali kunjungan ke
pengadapengedar bibit. Untuk pengadaan bibit kegiatan rehabilitasi lahan PPU,
diprioritaskan pengadapengedar lokal untuk tender karena jarak lebih dekat sehingga
resiko mati dalam pengangkutan berkurang. Bukan tugas Dishtprop
• Pembinaan yang selama ini dilakukan terhadap pengelola sumber benih dan
pengadapengedar bibit di wilayahnya dalam hal pemasaran, teknis dan
informasi belum intensif. Ada 9 pengadapengedar bibit yang terdaftar
di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
• Belum ada dana khusus untuk pembinaan dan pemantauan
pengadapengedar bibit di wilayah Kukar, tidak terjadwal sebagai
kegiatan Dinas, hanya menemani petugas BPTH yang melakukan
kunjungan ke wilayah Kukar.
4 Persepsi tentang pungutan jasa
sertifikasi Sangat mendukung ketentuan tentang
pungutan jasa sertifikasi karena selama ini pengadapengedar bibit belum memberi
kontribusi untuk kas daerah, namun pungutan tersebut tidak boleh memberatkan pengedar.
• Sepanjang ada payung hukumnya tidak masalah
• Sebagai alat kontrol untuk peingkatan kualitas pengadaan bibit
Menyetujui adanya pungutan jasa sertifikasi, namun harus ada petunjuk
teknisnya mengenai mekanismenya dari Dephut, dan ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kab. Kukar
5 Adakah peraturan kebijakan Pemda
terkait perbenihan tanaman hutan Belum ada
Belum ada Belum ada
6 Persepsi tentang efektivitas sertifikasi,
apakah benar-benar dapat menjamin mutu bibit
Secara fisik, bibit yang bersertifikat dengan asalan tidk berbda nyata mutu, tapi dari segi
administrasi tender, bibit bersertifikat memang lebih diutamakan
Sertifikasi yang dilakukan dengan benar dan tepat akan menjamin
kualitas benihbibit secara fisik tidak ada perbedaan antara
bibit bersertifikat dan yang tidak.
Lampiran 5 Hasil wawancara dengan pengelola sumber benih yang belum melakukan
sertifikasi
No Pertanyaan Tanggapan
Dishut Kab Kukar PT Inhutani I
1 Apakah sudah
mengetahui mengenai potensi sumber
benih yang dikelola Belum ada inventarisasi
potensi SB nyamplung di pantai Tanah Merah
Samboja, wilayah Tahura Bukit Suharto
Sudah, ada potensi KB Acacia mangium, Shorea
laevis bangkirai, ulin Euxyderoxylon
zwagerii, dan rotan Calamus sp
2 Apakah sudah
mengetahui manfaat sertifikasi
sudah Masih mempertimbangkan dari
segi manfaat dan biaya 3 Apakah
sudah mengetahui
mekanisme sertifikasi Sudah, tapi masih
menunggu realisasi pedoman teknis
Permenhut P.12009 Baru mempelajari
Permenhut baru
4 Mengapa belum
mengajukan sertifikasi Belum ada inventarisasi
potensi Dinas tidak berhak
menjadi pengelola SB sertifikat, harus
bekerjasama dengan pihak lain
Untuk efisiensi biaya, menunggu ketiga sumber
benih siap panen
La m pir a n 6
LAMPIRAN 10 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor P.72Menhut-II2009:
Tanggal : 6 Januari 2009
KRITERIA DAN STANDAR PELAKSANA SERTIFIKASI
A. Kriteria Pelaksana Sertifikasi