Hipotesis Manfaat Penelitian PENDAHULUAN

iv. Mengidentifikasi distribusi informasi dalam kegiatan sertifikasi sumber benih tanaman hutan wilayah Kalimantan.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Kegiatan sertifikasi sumber benih di Kalimantan belum efektif apabila dinilai berdasarkan kebijakan yang berlaku dan implementasinya. 2. Kegiatan sertifikasi sumber benih di Kalimantan belum efisien apabila dinilai berdasarkan kelayakan finansial, besarnya biaya transaksi, serta keseimbangan distribusi informasi, distribusi manfaat antar pelaku pemasaran dalam pengusahaan sumber benih bersertifikat. F. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengumpulan informasi, analisis, dan pengkajian terhadap : 1. Hasil perbandingan mutu benih dari sumber benih tanaman hutan yang bersertifikat dengan yang tidak bersertifikat; 2. Kebijakan yang berlaku dan implementasinya, termasuk realisasi peran para pemangku kepentingan; 3. Distribusi informasi dalam kegiatan sertifikasi sumber benih; 4. Kelayakan finansial dan biaya transaksi dalam kegiatan sumber benih bersertifikat. 5. Distribusi manfaat dalam kegiatan tataniaga benih atau bibit bersertifikat.

G. Manfaat Penelitian

Selama ini penelitian-penelitian yang ada terfokus pada deskripsi kebijakan yang berlaku dalam kegiatan perbenihan hingga tahun 2008, kelayakan finansial usaha pengadaan bibit, dan jalur perdagangan benih di Jawa. Belum ditemukan informasi mengenai penelitian efektivitas dan efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih di Indonesia. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat membawa manfaat sebagai berikut : 1. Dalam bidang keilmuan, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan informasi dan referensi penelitian mengenai efektivitas dan efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih pada khususnya, dan kelembagaan serta analisis finansial dan pemasaran kegiatan perbenihan pada umumnya. 2. Untuk para penentu kebijakan perbenihan tanaman hutan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penyempurnaan kebijakan sertifikasi sumber benih tanaman hutan. 3. Untuk para pemangku kepentingan yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam operasional kegiatan perbenihan tanaman hutan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Kelembagaan Konsepsi mengenai kelembagaan telah dikemukakan oleh banyak ahli. Mengacu pada pendapat Schmid 1987 dan North 1991, secara umum kelembagaan institution memiliki dua pengertian. Pengertian pertama adalah kelembagaan sebagai aturan main rules of the game dalam interaksi interpersonal, yaitu sekumpulan aturan baik formal maupun infomal, tertulis maupun tidak tertulis, serta tata perilaku hubungan manusia dengan lingkungannya yang menyangkut hak-hak serta tanggung jawabnya. Sedangkan dalam pengertian kedua, kelembagaan merupakan suatu organisasi, yang dalam pengertian ekonomi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh harga-harga, tetapi oleh mekanisme administratif atau kewenangan. Menurut Kasper dan Streit 1998, aturan buatan manusia dalam kelembagaan selalu ditegakkan melalui berbagai jenis sanksi. Ini didasari persepsi bahwa interaksi antar manusia selalu didasari oleh perilaku oportunistik, sehingga kelembagaan tanpa sanksi akan sia-sia. Schmid 1987 menyatakan bahwa kelembagaan dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu batas yurisdiksi, hak kepemilikan property right, dan aturan representasi. Batas yurisdiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu kelembagaan. Batas yurisdiksi berperan dalam mengatur alokasi sumberdaya. Hak kepemilikan mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban yang didefinisikan atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya. Hak kepemilikan dapat menjadi sumber kekuatan akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Hak kepemilikan dapat diperoleh melalui pembelian, pemberian dan hadiah, atau melalui pengaturan administrasi pemerintah. Aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan mengenai suatu alokasi sumberdaya. Keputusan yang diambil dan akibatnya terhadap kinerja suatu kelembagaan akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan.