Aspek-aspek Pemberdayaan Kepemimpinan Kepala Sekolah

PERENCANAAN PENDIDIKAN 182 dilakukan secara terus-menerus melalui pemenuhan jumlah dan kualiikasi faktor-faktor penentunya sesuai dengan persyaratan ambang dan kriterianya. Walaupun universal sifatnya, setiap sekolah memiliki keunikan karakteristik dan kinerjanya. Oleh karena itu, hanya warga sekolah yang bersangkutan yang mengetahui secara persis apa yang harus ditingkatkanya. Dengan mengacu pada sistem “input-process-output” pendidikan, maka upaya peningkatan mutu pendidikan harus diawali dengan perbaikan input-nya, baik yang inti maupun pendukungnya. Perbaikan input saja tidak cukup, tetapi harus terimplementasikan dalam proses pembelajaran yang bermakna. Menyimak hasil-hasil penelitian ini khususnya hasil studi pada beberapa sekolah kasus dengan membedakan karakteristik sekolah yang bermutu dari sekolah yang kurang bermutu, nampaknya banyak hal yang dapat dilakukan oleh setiap sekolah dalam rangka menghasilkan mutu yang diinginkan. Karena ujung tombak perbaikan mutu pendidikan itu 1 teletak pada masing-masing lembaga pendidikan sekolah-sekolah, maka upaya perbaikan mutu tersebut harus berbasis pada dan dilakukan oleh masing-masing sekolah sesuai dengan kondisi internal dan eksternal masing-masing sekolah. Semua pihak terkait dalam lingkup pendidikan kepala 2 sekolah, guru, siswa, orang tua murid, dan pejabat struktural terkait menyamakan persepsi dan komitmen guna mewujudkan mutu terbaik atas kinerja dan sumbangsihnya serta memiliki visi dan misi yang jelas tentang mutu yang diinginkan tersebut. Setiap sekolah mengadakan upaya untuk melaksanakan 3 konsolidasi dan pemberdayaan dalam perencanaan dan manajemen sekolah, dengan melibatkan semua unsur intern sekolah, unsur komite sekolah, pemuka 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 183 masyarakat, unsur pemerintah setempat, dan pihak lain yang diperkirakan peduli terhadap perbaikan mutu pendidikan di sekolah. Mengadakan studi banding dan 4 follow-up studi atas hasil studi banding oleh suatu sekolah terhadap sekolah lain yang dipandang lebih unggul untuk meningkatkan unjuk kerja sekolah yang bersangkutan. Gunakan prinsip kritis “jika sekolah lain bisa, mengapa sekolah kita tidak”, lakukan prinsip perbaikan sedikit demi sedikit tetapi berkesinambungan Continuous Qualitity Improvement. Mengadakan konsolidasi atau pemberdayaan 5 perencanaan dan manajemen guna meningkatkan kinerja sekolah, materinya meliputi 1 teknis perumusan visi, misi, dan tujuan institusional sekolah; 2 Teknis peyusunan program dan rencana kerja sekolah; 3 teknik merancang, mengolah, menyusun, dan menyajikan data dasar sekolah dalam berbagai bentuk, media, dan model yang menarik; 4 teknik penyusunan RAPBS; 5 teknik penggalian dan pelibatan potensi masyarakat; 6 Pola pembinaan karier dan pengembangan staf; 7 teknik membangun kerja sama antara sekolah dan masyarakat; 8 teknik menyimak aspirasi warga sekolah dan menuangkannya dalam bentuk program kerja sekolah; 9 teknik pengabilan keputusan; 10 teknik menyusun rencana dan melaksanakan penelitian untuk pengembangan sekolah dan peningkatan mutu PBM di kelas; 11 teknik menyusun rencana induk pengembangan sekolah rencana strategis; dan 12 teknik menyusun proposal kegiatan atau usulan proyek peningkatan sekolah. PERENCANAAN PENDIDIKAN 184 Model 3 MODEL SINERGI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR

1. Asumsi Dasar

Upaya penuntasan wajib belajar yang berdimensi kuantitas dan peningkatan mutu dikdas yang berdimensi kualitas “seolah-olah” sukar dipertemukan. Penetapan prioritas di satu sisi cenderung “mengabaikan” sisi lainnya. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar sebab jika dilihat dari dimensi yang lebih luas cakupannya atau esensinya, ternyata keduanya tetap mengupayakan perbaikan mutu pendidikan. Peningkatan kewajiban belajar dari enam tahun menjadi sembilan tahun pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat pendidikan penduduk, dari yang semula dianggap cukup tamatan SD atau yang sederajat menjadi minimal harus menamatkan pendidikan hingga SLTP atau yang sederajat. Dengan demikian, upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar merupakan perwujudan dari upaya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan secara umum hanya dapat terwujud jika setiap sekolah beserta perangkatnya melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus. Sasarannya adalah setiap peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna bagi dirinya. Setiap individu peserta didik harus dapat menyelesaikan tugas-tugas belajarnya learning task dengan hasil yang optimal. Hasil belajar yang mudah terukur antara lain dalam bentuk nilai hasil belajar NEM dan sejenisnya. Sementara hasil belajar dalam bentuk perubahan sikap dan perilaku sangat komplek