Fisik dan Penggunaan Konsep Model dan Modeling
3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
77 Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
merencanakan kegiatan pembinaan kegiatan belajar- mengajar yang ditekankan pada peningkatan kemampuan
profesional guru, meliputi peningkatan sebagai berikut.
Penguasaan guru terhadap kurikulum dan perangkat a.
pedoman pelaksanaannya Penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang akan
b. diajarkan di kelas
Keterampilan guru menggunakan berbagai metode c.
secara variatif Kemampuan guru menggunakan berbagai macam
d. media pembelajaran
Kemampuan guru menyelenggarakan evaluasi proses e.
dan hasil belajar Tanggung jawab dan dedikasi guru terhadap tugasnya
f. Kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya Dirjen
g. Pendidikan Dasar 1998:24
Tingkat kemampuan
profesional guru
cukup berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan mengajarnya
di kelas. Sementara faktor kunci keberhasilan sekolah adalah kemampuan profesional kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan atau kemampuan kepala sekolah yang dikaitkan dengan fungsinya sebagai manajer, supervisor,
dan
administrator. Termasuk
dalam kepemimpinan
kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk mengarahkan, memotivasi, mensupervisi guru dan personil
sekolah lainnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolahnya mempunyai peran yang amat menentukan bagi kemajuan
sekolahnya. Sebab semua potensi internal dan eksternal sekolah atau komponen persekolahan hanya dapat
dioptimalkan pemanfaatannya oleh kepala sekolah yang mempunyai kemampuan profesional yang memadai.
PERENCANAAN PENDIDIKAN
78 Abin
Syamsuddin Hand-out
1999 menegaskan
bahwa kualitas sumber daya manusia SDM lulusan sistem pendidikan dari dua dimensi yaitu “hierarkis” dan
“kategorikal”. Secara hierarkis, SDM dapat dibedakan menurut tiga jenjang: 1 pendidikan dasar; 2 pendidikan
menengah, dan 3 pendidikan tinggi yang dapat dirinci kembali menurut tingkat kelas ataupun kelompok belajarnya.
Secara kategorikal, sesuai atau semua tingkatan sekolah dibedakan menurut kategori kualiikasinya. Lulusan yang
dihasilkan oleh suatu sistem sekolah menempati salah satu sel yang menggambarkan kualiikasi dan kemampuannya.
Secara visual, kaitan antara dimensi hierarkhis dengan dimensi kategorigal mutu SDM dapat dijelaskan dengan
Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Kualiikasi mutu SDM menurut tingkat pendidikan dan kategori kualitas lembaganya
MUTU SDM MENURUT
PENDIDIKAN BOBOT
JEN- JANG
KATEGORI KULITAS LEMBAGA
A B
C D
E
P E
N D
I D
I K
A N
P T
S-3–SpII S-2–STP
S-1–D-4 So2D-2
So1D-1 A
AA AB
AC AD
AE
S M
SMA SMK
MA B
BA BB
BC BD
BE DIK
DAS SLTPMTS
C CA
AB CC
CD CE
SD MI
D DA
DB DC
DD DE
TTSDTS E
EA EB
EC ED
EE
Sumber: Abin Syamsuddin dan Manap Somantri 1999
Berdasarkan Tabel 3.3, minimal ada 25 klasiikasi mutu SDM ditinjau dari dimensi tingkat pendidikan yang
ditamatkannya dengan dimensi kategori kualiikasi kualitas
3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
79 lembaga, di mana mereka memperoleh pendidikan. Mulai
dari kualiikasi EE tidak tamat SD TTSD dengan kualiikasi lembaga terendah E sampai kualiikasi AA tamatan
perguruan tinggi dengan kualiikasi lembaga terbaik A. Walaupun pembagian kualiikasi tersebut masih kasar dan
perlu kriteria lebih lanjut, tetapi pada tabel tersebut cukup dijelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia SDM,
sehingga dapat dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dan kualitas lembaga pendidikannya.
Indek pembangunan manusia Human Development Index dapat dibedakan berdasarkan indikator-indikator
tertentu, yang berlaku secara internasional antara lain: tingkat harapan hidup
1 life expectancy;
tingkat buta huruf orang dewasa 2
adult literacy rate; rasio partisipasi kasar
3 gross enrolment rasio atau tingkat
pendidikan penduduk; pendapatan per kapita
4 real GDP per capita; dan
tingkat kesehatan penduduk 5
health domestik index Hudaya 1998:4.
Di Indonesia, kualiikasi tenaga kerja sering kali dibedakan atas pendidikan yang ditamatkannya, klasiikasinya terdiri
atas: tidak tamat SD TTSD;
1 tamat SD TSD;
2 tamat SLTP TSLTP;
3 tamat SLTA Umum;
4 tamat SLTA Kejuruan;
5 tamat Diploma; dan
6 tamat Strata 1, 2, 3, dan seterusnya Boediono 1993:53.
7
PERENCANAAN PENDIDIKAN
80 Woodhall
1970 dalam
Psacaropoulos 1985:39
menjelaskan bahwa “semakin tinggi rata-rata tingkat pendidikan pekerja, akan semakin baik pula produktivitas
kerja dan penghasilannya”. Sebagai contoh, berikut ini dikutip perkiraan jumlah angkatan kerja keluaran pendidikan
dalam kurun waktu lima tahun terahir.
Tabel 3.4 Perkiraan jumlah
angkatan kerja
keluaran pendidikan tahun 1994–1998
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
1 2
3 4
5 6
7 Tak Tamat SD
Tamat SD Tamat SLTP
Tamat SLTA Umum Tamat SLTA Kejuruan
Tamat Diploma Tamat Strata-1
1.015,6 4.472,8
1.885,9 3.360,8
1.582,5 239,3
613,0 7,71
33,96 14,32
25,55 12,02
1,82 4,65
Jumlah 13.169,9
100,00
Sumber: diolah kembali dari Boediono 1993:53
Perencanaan strategis penuntasan wajib belajar pendidikan akan memperlancar implementasi wajib belajar
pendidikan dasar dan program wajib belajar pendidikan dasar dapat dicapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan. Bersamaan dengan itu, upaya-upaya ke arah peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan. Setiap
lembaga pendidikan berupaya untuk meningkatkan mutu masukan, mutu proses, dan mutu hasil pendidikan. Tingkat
ketuntasan wajib belajar pendidikan semakin baik dengan mutu keluaran pendidikan yang semakin baik pula. Dengan
demikian, akses lulusan pendidikan untuk melanjutkan semakin terbuka dan kemampuannya untuk beradaptasi
dengan lingkungannya akan lebih baik.
3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
81