7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
163
F. Pemodelan Perencanaan Strategis
Model 1
PERENCANAAN PENDIDIKAN BERBASIS KABUPATENKOTA
MODEL INTERVENSI BAGI PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
PENDIDIKAN DASAR
1. Asumsi Dasar
Perencanaan penuntasan wajib belajar berbasis
kabupaten dengan penekanan pada penguatan SIM merupakan salah satu alternatif strategi bagi percepatan
penuntasan anak
usia sekolah
7–15 tahun
agar terakomodasikan ke dalam sistem pendidikan nasional,
baik melalui jalur persekolahan maupun jalur pendidikan luar sekolah. Batasan kabupaten dipandang merupakan
ukuran wilayah yang paling tepat dijadikan sebagai unit analisis bagi penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar. Pertimbangannya adalah 1 kabupaten atau kota merupakan unit birokrasi pemerintahan yang memiliki otonomi
dalam pengelolaan wilayahnya; 2 keputusan tentang pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan
kewenangan
kabupatenkota; 3
DPRD merupakan
lembaga yang memiliki legitimasi yang kuat dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik, bukan kepanjangan
tangan pemerintah atau lembaga yang harus melegalkan usulan pemerintah seperti malpraktik di masa lalu; 4
keputusan-keputusan pada tingkat kabupaten akan lebih rasional dan realistis jika dibandingkan dengan keputusan
yang ditetapkan pada tingkat provinsi sebab aspirasi dan potensi daerah akan lebih terakomodasikan; 5 rentang
kendali dan jalur birokrasi antara pengambil keputusan
PERENCANAAN PENDIDIKAN
164 dan pelaksana di daerah menjadi semakin dekat, sehingga
pelaksanaan dan pengawasannya akan lebih efektif; serta 6 kesiapan aparat di daerah—dengan semakin banyaknya
sarjana—sudah lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Teknik analisis kohor dipandang cukup praktis untuk
memantau arus penduduk usia sekolah dan keberadaan sasaran didik. Dengan penggunaan teknik analisis kohor
tersebut, penuntasan wajib belajar berbasis kabupaten dapat mengurangi sekecil mungkin peluang tidak teraksesnya
sasaran didik sampai batas 0 nol atau tuntas. Untuk mendukung akurasi data dalam analisis kohor tersebut, perlu
didukung oleh kemampuan aparat untuk mengoperasikan aplikasi program sederhana setingkat Microsoft ofice access
atau yang setara dengan itu. Operasi aplikasi program tersebut dimaksudkan untuk input, pemrosesan, penampilan,
pengemasan, dan pemanfaatan data dasar.
Data dasar yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun: 1 proil
pendidikan tingkat kabupatenkecamatan; 2 pemetaan sekolah; 3 perhitungan anggaran yang dibutuhkan untuk
operasionalisasi kebijakan wajib belajar pendidikan dasar di tingkat kabupaten; serta 4 usulan pembangunan gedung,
penambahan fasilitas, serta pola-pola layanan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat.
Penerapan model ini dapat diadopsi langsung oleh dinas pendidikan
kabupatenkotakecamatan, baik
yang berlatar perencanaan dan manajemen yang desentralistis,
dekonsentrasi, ataupun sentralistis.
2. Pengembangan Model Intervensi Ketuntasan Wajib Belajar
Pengembangan model
intervensi pemberdayaan
perencanaan strategis bagi penuntasan wajib belajar dengan face validity yang tinggi dilakukan menggunakan lima