Kriteria Ketuntasan dan Keberhasilan Wajib Belajar Pendidikan Dasar

PERENCANAAN PENDIDIKAN 174 Model 2 MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH School-Based Quality Management Asumsi Dasar 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan sekolah beserta kinerjanya amat bervariasi. Demikian juga dengan hasil-hasil yang dicapainya, tidak ada dua sekolah atau lebih yang memiliki karakteristik persis sama, minimal dari tujuh sekolah kasus yang diteliti. Mutu berbagai komponen dalam sistem sekolah itu berbeda, bahkan dukungan lingkungan pun berbeda-beda, mulai dari yang berkualiikasi unggul, mendukung, baik, dan sejenisnya sampai yang kualiikasinya asor, kurang, tidak mendukung, lemah, dan minimal. Keadaan tersebut menggambarkan bukti betapa unik dan variatifnya tingkatan mutu sekolah. Kalaupun dalam penelitian diadakan penyederhanaan karakteristik dan penggolongan-penggolongan dengan teknik manipulatif atau rekayasa, hal itu tidak menjamin kesetaraan dan kesamaan sekolah terukur. Tidak fair jika keunikan yang nyata itu kemudian mendapat perlakuan yang sama dalam rangka menangani sekolah masing-masing dan dalam upayanya mencapai mutu yang diharapkan. Setiap sekolah mesti mendapat perlakuan yang berbeda dari sekolah lainnya. Mestinya tidak ada orang di luar sistem sekolah itu yang lebih tahu tentang keadaan sekolah itu beserta kekurangan dan potensinya. Jadi, mereka sendiri yang tahu apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki kinerja sekolahnya. Belum lagi jika dilihat dari sisi kemampuan kepemimpinan kepala sekolah yang bervariasi. Mestinya setiap kepala sekolah 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 175 memiliki otonomi profesional penuh untuk mengembangkan potensi sekolahnya seoptimal mungkin sampai mutu dan kinerja yang diharapkan terwujud. Tim teknis BPPN 1999:15 telah mempertegas bahwa “manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah berpotensi menawarkan partisipasi masyarakat, pemerataan, eisiensi, serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah. Model ini dimaksudkan untuk menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat, tetapi semakin meningkatnya otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi”. Selanjutnya tim teknis BPPN juga menilai dan mengklasiikasikan bahwa “terdapat sekolah yang maju, sedang, dan kurang”. Diprediksi, minimal ada tiga tingkatan sekolah dalam kaitannya dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, yaitu 1 sekolah-sekolah yang mampu melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara penuh; 2 sekolah-sekolah dengan manajemen berbasis sekolah tingkat menengah atau sedang; dan 3 sekolah-sekolah dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang rendah Tim Teknis BPPN 1999:15. Model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 2. Keunikan sekolah tidak hanya tercipta oleh “bentukannya” sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar sistem sekolah. Sekolah merupakan suatu sistem terbuka yang keberadaannya tidak lepas dari pengaruh faktor luar. Dengan mengadaptasi model school as an open system Ballantine 1982, penulis mencoba mengembangkan siklus model indikator penentu mutu pendidikan persekolahan Diagram 7.2. Faktor-faktor penentu mutu pendidikan juga dapat didekati dari sisi Contexct-Input-Process-Product sebagaimana dikembangkan Stuflebeam 1971 dalam mengevaluasi kinerja sistem. Diagram 7.2 mencoba menjelaskan kembali keterkaitan antara faktor-faktor penentu PERENCANAAN PENDIDIKAN 176 mutu pendidikan suatu sekolah sebagai bahan kajian dalam pengembangan model manajemen mutu berbasis sekolah School-Based Quality Management. Mutu Lulusan Kelembagaan : --------------------- - NEM - Kelulusan - Melanjutkan - Putus Sekolah - Mengulang Kls. PBM Profil Implementasi “Sispermen” Kelembagaan Pendidikan SLTP: - Kepemimpinan Sekolah - Siswa - Pemb. Kurikulum - Sumber Belajar - Ketenagaan - Layanan Siswa - Keuangan Sekolah - Hub.Suasana Sekolah - Hub. Sekolah Masyarakat - Pem. Masalah Peng. Keputusan - Penelitian Pengemb. Sekolah Profil Pengelolaan Dikdasmen Tingkat : Kecamatan Kabupaten Propinsi Profil Lingkungan Eksternal Sistem Pendidikan Empat Strategi Dasar: - Pemerataan kesempatan - Peningkatan Mutu Diagram 7.2 Faktor-faktor penentu mutu pendidikan dasar Pada diagram tersebut, penulis menegaskan bahwa mutu hasil pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dilihat dari sudut produknya, suatu sekolah dipandang bermutu apabila: 1 mampu menghasilkan lulusan dengan rata-rata NHB atau NEM yang tinggi, mendekati atau sama dengan 10; 2 jumlah kelulusan mencapai 100 dari seluruh peserta ujian; 3 lulusannya banyak yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi; 4 tidak ada siswa yang mengulang kelas, angka mengulang kelas mendekati atau sama dengan 0; dan 5 tidak ada siswa yang putus sekolah, angka putus sekolah mendekati atau sama dengan 0. Keadaan itu ditransformasikan ke dalam model deskriptif deterministis sebagai berikut.