Strategi Penuntasan Wajib Belajar dan Peningkatan Mutu Pendidikan

PERENCANAAN PENDIDIKAN 164 dan pelaksana di daerah menjadi semakin dekat, sehingga pelaksanaan dan pengawasannya akan lebih efektif; serta 6 kesiapan aparat di daerah—dengan semakin banyaknya sarjana—sudah lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Teknik analisis kohor dipandang cukup praktis untuk memantau arus penduduk usia sekolah dan keberadaan sasaran didik. Dengan penggunaan teknik analisis kohor tersebut, penuntasan wajib belajar berbasis kabupaten dapat mengurangi sekecil mungkin peluang tidak teraksesnya sasaran didik sampai batas 0 nol atau tuntas. Untuk mendukung akurasi data dalam analisis kohor tersebut, perlu didukung oleh kemampuan aparat untuk mengoperasikan aplikasi program sederhana setingkat Microsoft ofice access atau yang setara dengan itu. Operasi aplikasi program tersebut dimaksudkan untuk input, pemrosesan, penampilan, pengemasan, dan pemanfaatan data dasar. Data dasar yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun: 1 proil pendidikan tingkat kabupatenkecamatan; 2 pemetaan sekolah; 3 perhitungan anggaran yang dibutuhkan untuk operasionalisasi kebijakan wajib belajar pendidikan dasar di tingkat kabupaten; serta 4 usulan pembangunan gedung, penambahan fasilitas, serta pola-pola layanan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat. Penerapan model ini dapat diadopsi langsung oleh dinas pendidikan kabupatenkotakecamatan, baik yang berlatar perencanaan dan manajemen yang desentralistis, dekonsentrasi, ataupun sentralistis.

2. Pengembangan Model Intervensi Ketuntasan Wajib Belajar

Pengembangan model intervensi pemberdayaan perencanaan strategis bagi penuntasan wajib belajar dengan face validity yang tinggi dilakukan menggunakan lima 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 165 langkah. Pertama, mendiskusikan rencana pengembangan model dengan tim peneliti URGE, para pembimbing promotor, dan rekan sejawat yang mendalami sistem SIM. Kedua, studi pendahuluan dan pengamatan terhadap sistem perencanaan yang berlaku saat ini dengan teknik analisis posisi pendidikan. Ketiga, menelaah teori yang relevan seperti tertuang pada bagian dua buku ini. Keempat, menelaah hasil simulasi atau penerapan model yang relevan, termasuk menelaah hasil-hasil penelitian dan pengembangannya. Kelima, menggunakan pengalaman para ahli, baik melalui proses penelitian maupun pengalaman dalam memberikan konsultasi bagi upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar. Ketuntasan wajib belajar pendidikan dasar dapat dipercepat dengan memadukan beberapa hal berikut ini. Penggunaan Teknik Analisis Kohor Kependudukan a. Analisis kohor dapat digunakan untuk memantau semua anak usia pendidikan dasar ke dalam sistem pendidikan sekolah luar sekolah. Arus kohor yang tertuang pada Diagram 7.1 menunjukkan posisi anak usia pendidikan dasar dalam kelembagaan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Pada Diagram 7.1 terlihat adanya dua kelompok siklus, yaitu siklus bagi anak usia 7–12 tahun dan siklus untuk bagi anak usia 13–15 tahun. Keduanya terbuka bagi masing- masing kelompok usia, sesuai dengan kesempatan yang ada pada peserta didik sebab mereka dapat lebih cepat atau lebih lambat dalam memasuki siklus tersebut. PERENCANAAN PENDIDIKAN 166 Penduduk Usia 7-12 Tahun Sekolah di SDMI Kelas :1 - 6 Putus SD MI Belum Sekolah Uper SD Paket A Lulus SD MI Lulus Uper SD Lulus Paket A Penduduk Usia 13-15 Tahun Lanjut ke Paket B Uper SLTP SLTP Terbuka SLTP Biasa Lulus Tamat SLTP Tuntas Tak LulusPutus SLTPPaket B Lanjut Ke: -SLTA Biasa -SLTA Tbk. -Paket C -Kursus2. Y1 Y2 X1Y1 X1Y2 X3 X4 X5 X2 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 Diagram 7.1 Arus sasaran didik wajib belajar pendidikan dasar Penggunaan model arus sasaran didik ini baru bermakna jika disertai dengan penyediaan atau penyelenggaraan layanan pendidikan yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, antara lain dengan penyelenggaraan ujian persamaan SDSLTP, Paket AB, SLTP Terbuka, SDSLTP Kecil, Kelas Jauh, Penyetaraan, dan pengadaan “pondok” bagi siswa dari daerah yang jauh atau terpencil. Untuk memahami secara lebih jelas tentang model analisis kohor atau model arus sasaran didik wajib belajar pendidikan dasar, dapat disusun pelabelan: 1 pada paruh pertama siklus ini perlu dicatat posisi keberadaan penduduk usia 7–12 tahun dan 2 pada paruh kedua siklus ini diketahui posisi keberadaan penduduk usia 13–15 tahun. Kotak-kotak arus yang menunjukkan keberadaan mereka diberi label simbol-simbol sebagai berikut. 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 167 Kotak 1 Pelabelan posisi arus penduduk suatu wilayah Y1 = penduduk usia 7–12 tahun Y2 = penduduk usia 13–15 tahun X1Y1 = penduduk usia 7–12 tahun yang belum sekolah X1Y2 = penduduk usia 13–15 tahun yang belum sekolah X2 = penduduk usia 7–12 sekolah di SDMI X3 = penduduk usia 7–12 yang putus SDMI X4 = penduduk usia 7–12 peserta uper SD X5 = penduduk usia 7–12 peserta paket A X6 = penduduk usia 7–12 telah lulus SDMI X7 = penduduk usia 7–12 telah lulus uper SD X8 = penduduk usia 7–12 telah lulus Paket A X9 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke SLTP X10 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke SLTP biasa X11 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke SLTP terbuka X12 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke SLTP biasa X13 = penduduk usia 13–15 tahun lulus SLTP X14 = penduduk usia 13–15 tahun tidak lulusputus SLTP X15 = penduduk usia 13–15 tahun lulus ujian persamaan SLTP X16 = penduduk usia 13–15 tahun lulus SLTP melanjutkan ke SLTA atau yang sederajat Data penunjangnya antara lain jumlah nominal yang harus ada pada kotak Y1, Y2, X1 sampai X16, X1Y1, dan X1Y2 yang diisi menurut kecamatandesa jika murni data kependudukan dan menurut sekolah atau jenis dan tingkat pendidikan jika datanya data kependidikan.