Metode Analisis Posisi Sistem Pendidikan

2. ANALISIS POSISI SISTEM PENDIDIKAN 29 penelitian danatau evaluasi, antara lain 1 pengumpulan data dan informasi; 2 pengorganisasian data dan informasi; 3 penafsiran dan analisis data dan informasi; serta 4 penarikan kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut. Analisis posisi sistem pendidikan tidak dimulai dengan perumusan masalah atau hipotesis, melainkan cukup mulai dengan membuat desain, rincian jenis, serta kualiikasi data dan informasi yang diperlukan. Permasalahan justru akan terungkap setelah analisis SWOT dilakukan terhadap data dan informasi yang ada, yang akan diikuti langkah-langkah perencanaan strategis selanjutnya. Demikian halnya dengan metode, teknik dan instrumen yang digunakan pada dasarnya serupa dengan penelitian atau evaluasi. Akan tetapi, dalam prosesnya tidak selalu harus dimulai dengan mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang baru. Pada prinsipnya, analisis posisi sistem pendidikan dapat menggunakan data dan informasi dari berbagai sumber yang tersedia, di antaranya 1 data dan informasi yang sudah ada dalam sistem organisasi; 2 data dan informasi berupa laporan dan hasil pengukuran yang terdokumentasikan; 3 kesankesan dari sistem lain, melalui validasi sejawat; 4 hasil evaluasi diri yang telah dilakukan secara berkala dan jujur; serta 5 sumber-sumber lain yang relevan seperti biro pusat statistik BPS, pusat penelitian, dan pusat informatika Abin 1996. Data dasar dan informasi yang telah terhimpun seyogianya dicatat dan diorganisasikan dalam disket yang telah diprogramkan sesuai dengan tujuan dan fungsi analisis posisi sistem pendidikan. Informasi statistik yang diperlukan untuk mendukung indikator kriteria keberhasilan kinerja manajemen sistem pendidikan dapat dijabarkan dari data dasar tersebut, antara lain 1 angka partisipasi kasar APK, angka partisipsi murni APM, dan sejenisnya yang dapat dijadikan sebagai indikator pemerataan pendidikan; 2 tingkat pengangguran angkatan kerja, proporsi pengangguran, dan sebagainya sebagai indikator PERENCANAAN PENDIDIKAN 30 relevansi; 3 angka eisiensi edukasi AEE berdasarkan data kenaikan kelas, kelulusan, mengulang, putus sekolah, sebagai indikator eisiensi; 4 angka kelulusan, melanjutkan sekolah transition rates, nilai evaluasi belajar sebagai indikator kualitas pendidikan. Dapat juga dikembangkan berbagai parameter indikator kelaikan perangkat komponen sistemnya, seperti rasio peserta didik dengan guru, ruang belajar, laboratorium, dan perpustakaan. Semua itu pada akhirnya dapat diorganisasikan dan diinterpretasikan lebih lanjut berdasarkan indikator kriteria penilaian tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada organisasi. Keempat faktor tersebut bermakna bahwa 1 kekuatan adalah keberhasilan atau arah kecenderungan yang mendekati kriteria ideal yang diharapkan atau keuntungan-keuntungan yang positif dan dirasakan oleh stakeholders; 2 faktor kelemahan adalah hambatan-hambatan utama yang dipandang dapat menghambat pencapaian prestasi yang diharapkan; 3 faktor peluang adalah bakal keuntungan atau dapat dipandang akan menunjang pencapaian prestasi atau kinerja yang diharapkan, bila mampu memanfaatkan atau memberdayakannya; serta 4 faktor ancaman atau situasi dan kondisi berkaitan dengan masalah yang diantisipasi akan menimbulkan hambatan Abin Syamsuddin 1996.

E. Kondisi Internal Sistem Pendidikan

Unit Analisis 1. Di atas telah dikemukakan bahwa fokus sasaran analisis posisi sistem pendidikan ditujukan pada upaya untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang posisi sistem pendidikan pada saat ini, baik berkaitan dengan kelayakan keseluruhan perangkat sistemnya maupun kelayakan kinerjanya. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan dulu pada tingkat atau jenjang dan jenis satuan atau unit sistem organisasi yang mana analisis posisi sistem pendidikan 2. ANALISIS POSISI SISTEM PENDIDIKAN 31 itu hendak dilakukan. Apakah pada tingkat makro, meso, mikro atau satuan pendidikan sekolah, program studi, pusat pendidikan dan latihan, biro atau bagian, lembaga, unit pelaksana teknis. Substansi Telaahan 2. Bidang hasil pokok atau key result areas KRA terdiri atas sejumlah bidang kegiatan dengan indikator kelayakan hasil dan kinerjanya serta perangkat komponen dasar dan penunjang dengan indikator kelayakan persyaratan ambangnya yang dipandang strategis langsung berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dan sasaran sistem yang bersangkutan, yang bervariasi sesuai dengan tingkat, jenjang, dan jenis atau kekhususan unit kerjanya. Hal-hal yang berkaitan dengan unsurunsur 5M man, material, money, method, and machine, walaupun ketentuan tentang jumlah, kualiikasi, dan persyaratan ambangnya berbeda, telah dimaklumi bahwa pada tingkat sistem pendidikan yang paling sederhana sekalipun, unsur dan variabelnya cukup rumit kompleks. Oleh karena itu perlu dilakukan pilihan yang tepat, di antaranya yang dipandang paling bernilai strategis untuk diikutsertakan ke dalam sasarannya. Abin Syamsuddin 1996 mengemukakan bahwa selain terdapat berbagai pendekatan, juga peranan kebijakan dan kemauan politik political will dari pihak stakeholders, terutama pemerintah sangat determinan dalam menentukan prioritas hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, yang dianut di Indonesia selama ini ialah berpijak pada kebijakan penetapan prioritas pembangunan nasional di bidang pendidikan, yang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun REPELITA yang ke-VI diletakan pada tematema strategis seperti 1 pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan; 2 peningkatan kualitas pendidikan; 3 peningkatan relevansi pendidikan; dan 4 peningkatan eisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan. Pada