Penerapan dan Uji Coba Model

PERENCANAAN PENDIDIKAN 176 mutu pendidikan suatu sekolah sebagai bahan kajian dalam pengembangan model manajemen mutu berbasis sekolah School-Based Quality Management. Mutu Lulusan Kelembagaan : --------------------- - NEM - Kelulusan - Melanjutkan - Putus Sekolah - Mengulang Kls. PBM Profil Implementasi “Sispermen” Kelembagaan Pendidikan SLTP: - Kepemimpinan Sekolah - Siswa - Pemb. Kurikulum - Sumber Belajar - Ketenagaan - Layanan Siswa - Keuangan Sekolah - Hub.Suasana Sekolah - Hub. Sekolah Masyarakat - Pem. Masalah Peng. Keputusan - Penelitian Pengemb. Sekolah Profil Pengelolaan Dikdasmen Tingkat : Kecamatan Kabupaten Propinsi Profil Lingkungan Eksternal Sistem Pendidikan Empat Strategi Dasar: - Pemerataan kesempatan - Peningkatan Mutu Diagram 7.2 Faktor-faktor penentu mutu pendidikan dasar Pada diagram tersebut, penulis menegaskan bahwa mutu hasil pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dilihat dari sudut produknya, suatu sekolah dipandang bermutu apabila: 1 mampu menghasilkan lulusan dengan rata-rata NHB atau NEM yang tinggi, mendekati atau sama dengan 10; 2 jumlah kelulusan mencapai 100 dari seluruh peserta ujian; 3 lulusannya banyak yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi; 4 tidak ada siswa yang mengulang kelas, angka mengulang kelas mendekati atau sama dengan 0; dan 5 tidak ada siswa yang putus sekolah, angka putus sekolah mendekati atau sama dengan 0. Keadaan itu ditransformasikan ke dalam model deskriptif deterministis sebagai berikut. 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 177 MS = f NHB, TL, TLL, TMK, TPS Di mana: MS = Mutu Sekolah NHB = Nilai Hasil Belajar Siswa TL = Total Kelulusan TLL = Total Lulus dan Melanjutkan TMK = Total Siswa Mengulang Kelas TPS = Total Siswa Putus Sekolah Mutu sekolah MS ditentukan oleh aktualisasi PBM di sekolah. Sementara aktualisasi PBM itu sendiri dipengaruhi atau ditentukan oleh banyak hal, antara lain ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah KKS; input murid IM; implementasi kurikulum pembelajaran KP; sumber-sumber belajar SB; ketenagaan, terutama kepala sekolah dan guru SDM; layanan kemuridan LM; jumlah dan ketepatan pemanfaatan keuangan sekolah KPKS; iklim sekolah; IS partisipasi masyarakat PM; ketepatan dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan PMK; serta penelitian dan pengembangan sekolah PPS. Secara ringkas model deskriptif deterministisnya dapat ditulis sebagai berikut. PBM = f KKS, IM, KP, SB, SDM, LM, KPKS, IS, PM, PMK, PPS Proil mutu tercapai berkat kualitas proses belajar- mengajar yang aktual bermutu pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan kepala sekolah, kontribusinya mencapai 32 Keith Girling 1991; Dadi Permadi 1998; dan Abin 1998. Tingginya kontribusi kualitas kinerja kepala sekolah disebabkan oleh perannya yang mampu membangun sinergi atas komponen-komponen lain yang berpengaruh terhadap aktualisasi PBM. Kepala sekolah yang profesional dan andal merupakan faktor kunci yang mampu melipatgandakan potensi yang ada dan PERENCANAAN PENDIDIKAN 178 menggali potensi yang mungkin dikembangkannya, tetapi kepala sekolah yang “tidak profesional” malah akan menjadi bahan cemooh stafnya, dan beban bagi sekolahnya. Oleh karena itu, penulis memandang perlu adanya upaya pemberdayaan kepala sekolah agar mereka dapat menjadi kepala sekolah yang andal dan mampu mengarahkan kinerja sekolah ke arah mutu terbaik.

3. Aspek-aspek Pemberdayaan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4 dan 5. Minimal terdapat 11 sebelas hal yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah untuk diupayakan perbaikannya secara terus-menerus, yaitu aspek-aspek penentu mutu proses belajar mengajar PBM karena mutu aktual PBM merupakan kunci penentu pencapaian mutu sekolah. Kompleksitas dan bervariasinya tingkatan mutu dari aspek-aspek pembentuk mutu PBM tersebut menuntut tingkat profesionalitas kepala sekolah yang andal, kreatif, dinamis, dan inovatif. Ia harus menjadi motor sekaligus teladan bagi semua warga sekolah. Kesebelas aspek itu adalah sebagai berikut. FAKTOR-FAKTOR PENENTU MUTU PBM Profesionalitas kepemimpinan kepala sekolah 1. Pengelolaan kemuridan 2. Pengembangan dan implementasi kurikulum 3. pembelajaran Pengelolaan sumber-sumber belajar 4. Pengelolaan ketenagaan, terutama guru 5. Pengelolaan layanan kemuridan 6. Pengelolaan keuangan sekolah 7. Penciptaan iklim atau budaya kultural sekolah 8. 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 179 Pemberdayaan partisipasi masyarakat 9. Ketepatan dalam pemecahan masalah dan 10. pembuatan keputusan Penelitian dan pengembangan sekolah, terutama 11. tentang penelitian tindakan kelas Pengetahuan tentang faktor-faktor penentu mutu PBM, cara mengidentiikasinya, serta teknik untuk mengadakan perbaikaannya perlu dikuasai oleh kepala sekolah. Tanpa penguasaan hal-hal tersebut, maka kepala sekolah akan kurang berdaya dalam membangun kinerja sekolah atau bahkan tidak memiliki keinginan dan wawasan untuk melakukannya. Senapas dengan model yang dikembangkan tersebut, tim teknis BPPN mengidentiikasi, paling tidak ada tiga gugus materi pelatihan dalam rangka pemberdayaan School- Based sebagai berikut. Materi pelatihan School-Based Management Pengenalan prinsip-prinsip dasar SBM a. Otonomi sekolah 1 Peraturan dan 2 guidelines dari pusat Peran serta masyarakat 3 b. Pengelolaan Administrasi dan Keuangan Sekolah Kualiikasi kepala sekolah 1 Kualiikasi guru 2 Pengelolaan administrasi sekolah 3 Sistem penggajian kepala sekolah, guru, dan 4 tenaga sekolah lainnya Penyediaan kesejahteraan kepala sekolah, guru, 5 dan staf lainnya PERENCANAAN PENDIDIKAN 180 Sistem pengangkatan kepala sekolah, guru, dan 6 staf lainnya Pengadaan sarana dan prasarana sekolah 7 Hubungan sekolah dan masyarakat 8 Penyusunan kurikulum 9 Pengujian dan evaluasi 10 Kepustakaan sekolah 11 Pengaturan jam pelajaran 12 c. Kewajiban dan tanggung jawab sekolah Menyusun rencana sekolah 1 Menyusun rencana anggaran sekolah 2 Mengelola sekolah sesuai dengan butir 1 dan 2 3 Melakukan internal 4 monitoring dan self- assessment Menyusun laporan tahunan kemajuan sekolah 5 berdasarkan butir 1 dan 2 Menerima eksternal 6 monitoring dan evaluasi Menyusun laporan akhir berdasarkan 1, 2, 4, 5, 7 dan 6 ---------------------------------------------------------------- ----------------------------- Sumber: Draft 2, School-Based Management, BPPN Bank Dunia Januari 1999

4. Strategi Pemasyarakatan Manajemen Mutu Berbasis Sekolah

Dalam jangka pendek, model manajemen mutu berbasis sekolah ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan uji coba pelatihan dan pengujian hasilnya. Sebagai contoh, Dadi Permadi mencoba mengadakan pelatihan “Model 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 181 Kepemimpinan Mandiri” kepada para kepala SD, guru-guru, dan tokoh masyarakat di desa tertinggal. Dalam proses uji coba tersebut amat dirasakan bahwa mereka memang gandrung dengan materi-materi yang diberikan dalam latihan. Keterkungkungan birokratif dan ketertinggalan daerah tempat tugasnya menyebabkan mereka menjadi tidak berdaya atau bahkan sengaja tidak diberdayakan oleh fungsi birokrasi yang bertautan dengan perilaku fungsionalnya. Dengan demikian, profesionalisasi kepala sekolah perlu mendapat dukungan para pakar manajemen pendidikan dalam membuka wawasan, membangun semangat dan kreativitasnya. Selain itu, komitmen birokrasi harus berpihak pada upaya-upaya tersebut karena hal itu merupakan tuntutan situasi yang meminta agar otonomi profesional kepala sekolah semakin mantap dan campur tangan birokrat dalam mengurus rumah tangga sekolah dapat diminimalkan. Untuk itu, masih perlu dirumuskan dan dikembangkan bahan-bahan yang harus diadopsi dan dipedomani oleh kepala sekolah, dirancang tata cara dan teknik penyampaian atau pelatihannya, dan pengembangan lebih lanjutnya. Hasil-hasil penelitian seperti kepemimpinan institusional yang mengutamakan aspek keinovasian kepala sekolah Model Aceng 1997; kepemimpinan mandiri Model Dadi 1998; partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan Model Iim 1998; dan keefektifan pembiayaan sekolah Model Nanang 1999 dapat dijadikan sebagai suplemen dalam rangka pemberdayaan kepala sekolah. Inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya proses pembelajaran yang bermakna bagi diri siswa yang akan menghasilkan lulusan dalam jumlah dan kualiikasi tertentu bermutu. Mengingat kompleksitas dan variatifnya persoalan pembelajaran beserta faktor-faktor penentu keberhasilannya, maka upaya peningkatan mutu itu harus PERENCANAAN PENDIDIKAN 182 dilakukan secara terus-menerus melalui pemenuhan jumlah dan kualiikasi faktor-faktor penentunya sesuai dengan persyaratan ambang dan kriterianya. Walaupun universal sifatnya, setiap sekolah memiliki keunikan karakteristik dan kinerjanya. Oleh karena itu, hanya warga sekolah yang bersangkutan yang mengetahui secara persis apa yang harus ditingkatkanya. Dengan mengacu pada sistem “input-process-output” pendidikan, maka upaya peningkatan mutu pendidikan harus diawali dengan perbaikan input-nya, baik yang inti maupun pendukungnya. Perbaikan input saja tidak cukup, tetapi harus terimplementasikan dalam proses pembelajaran yang bermakna. Menyimak hasil-hasil penelitian ini khususnya hasil studi pada beberapa sekolah kasus dengan membedakan karakteristik sekolah yang bermutu dari sekolah yang kurang bermutu, nampaknya banyak hal yang dapat dilakukan oleh setiap sekolah dalam rangka menghasilkan mutu yang diinginkan. Karena ujung tombak perbaikan mutu pendidikan itu 1 teletak pada masing-masing lembaga pendidikan sekolah-sekolah, maka upaya perbaikan mutu tersebut harus berbasis pada dan dilakukan oleh masing-masing sekolah sesuai dengan kondisi internal dan eksternal masing-masing sekolah. Semua pihak terkait dalam lingkup pendidikan kepala 2 sekolah, guru, siswa, orang tua murid, dan pejabat struktural terkait menyamakan persepsi dan komitmen guna mewujudkan mutu terbaik atas kinerja dan sumbangsihnya serta memiliki visi dan misi yang jelas tentang mutu yang diinginkan tersebut. Setiap sekolah mengadakan upaya untuk melaksanakan 3 konsolidasi dan pemberdayaan dalam perencanaan dan manajemen sekolah, dengan melibatkan semua unsur intern sekolah, unsur komite sekolah, pemuka