PERENCANAAN PENDIDIKAN
90 daerah yang memiliki karakteristik khusus dan berpengaruh
terhahadap permasalahan yang diteliti. Studi ini dipandang cocok untuk mendeskripsikan proil pendidikan dan untuk
merumuskan rencana strategis penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan.
3. Sampel Penelitian
Penentuan Wilayah, Sumber Data, dan Informan a.
Dalam sampel kasus penelitian ini Provinsi Bengkulu dijadikan sebagai wilayah kasus dalam upaya penuntasan
wajib belajar. Dari sembilan kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan
daerah yang menghadapi masalah terberat dalam upaya penuntasan wajib belajar. Sementara itu, Kecamatan
Ketahun merupakan kecamatan yang paling rendah tingkat partisipasi pendidikannya.
Dalam rangka mengidentiikasi berbagai karakteristik yang berpengaruh terhadap permasalahan yang diteliti
ataupun sumbersumber yang dipandang dapat memberikan informasi tentang proil internal pendidikan, proil eksternal
pendidikan, dan proil sistem informasi manajemen pendidikan di wilayah kasus tersebut dipilih informan
sebagai berikut: pada tingkat provinsi, dipilih Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bagian Perencanaan, Kepala Sub-Dinas,
Kepala Bidang Dikdas, Kepala Bappeda, Kasi Pergurais Kemenag, dan Seksi Dokumentasi pada Kantor Statistik
Provinsi Bengkulu sebagai informan dan sumber data dalam penelitian ini. Di tingkat kabupaten, dipilih Kepala Dinas
pendidikan, Kasubag Perencanaan, Pengawas Sekolah, dan Kasi Pergurais Kemenag sebagai sumber data dan informan
penelitian. Di tingkat kecamatan, dipilih Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala KUA, Camat, Pengawas TK
SD, dan tokoh masyarakat. Sumber data dan informan pada tingkat satuan pendidikan sekolah antara lain kepala
sekoah, guru, ketua komite sekolah, siswa, dan informan
4. PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN
91 lain yang dipandang relevan untuk memberikan informasi
atau komentar tentang permasalahan yang sedang digali informasinya, yang ditentukan secara acak dan membentuk
“bola salju” sesuai dengan tujuan penelitian dan data yang diperlukan.
Penentuan sampel kasus penelitian berdasarkan pada tujuan tertentu purposive sampling dan kasus-kasus dalam
penelitian ini dipilih menggunakan tekni bola salju snowball sampling Bogdan dan Biklen 1982; Moleong 1990.
Sebagai sampel, purposif kasus mempunyai ciri-ciri: 1 tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu, kecuali menyebutkan
karakteristik, jabatan atau fungsinya dalam konteks masalah yang diteliti; 2 penentuan kasus secara berurutan; 3
penyesuaian kasus berkelanjutan; dan 4 pemilihan kasus berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Dengan teknik
ini diharapkan peneliti dapat memperoleh variasi yang memadai dan dapat memperluas informasi yang telah
diperoleh terlebih dahulu, sehingga dapat dipertentangkan atau dapat diisi adanya kesenjangan informasi.
Subjek manusia dalam penelitian ini cenderung bersifat sebagai informan yang dimanfaatkan untuk membantu
peneliti agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi
peneliti yang belum mengalami latihan etnograi Lincoln dan Guba 1985; Moleong 1990. Di samping itu, pemanfaatan
informan bagi peneliti dimaksudkan agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau atau
sebagai internal sampling karena informan diminta untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu
kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya Bogdan dan Bicklen 1982; Moleong 1990.
Kabupaten, kecamatan, desa lokasi sampel, dan sekolah sampel ditentukan berdasarkan hasil studi dokumentasi
terhadap datainformasi tentang keadaan pendidikan dan implementasi gerakan wajib belajar pada tiap tingkat
kelompok kerja wajib belajar. Masyarakat dan lokasi