Analisis Aspek Teknis Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

5 10 15 20 25 30 35 40 GALUR PANJATAN WATES TEMON Kecam atan P ro d u kt ivi tas kg t ri p triw ulan 1 triw ulan 2 triw ulan 3 triw ulan 4 enggan untuk melaut karena kondisi alam yang kurang mendukung. Kisaran rata- rata produktivitas pada tahun 2006 yaitu antara 22,72 sampai dengan 32,32 kg per trip per tahun. Produktivitas rata-rata hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun 2004 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 25. Rata-rata produktivitas yang paling tinggi dimiliki pada triwulan I sebesar 32,22 kg per trip per tahun sedangkan yang paling rendah pada triwulan III yaitu sebesar 19,96 kg per trip per tahun. Kisaran rata- rata produktivitas yang dimiliki antara 19,96 sampai dengan 32,22 kg per trip per tahun. Tabel 25 Rata-rata produktivitas hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun 2004 dan 2006 Triwulan Kecamatan Galur kgtrip Panjatan kgtrip Wates kgtrip Temon kgtrip Rata-rata kgtrip I 31,13 31,85 28,46 37,46 32,22 II 30,68 25,99 21,31 22,20 25,05 III 24,72 19,63 16,88 18,59 19,96 IV 25,77 26,55 26,88 24,49 25,92 Rata-rata 28,08 26,01 23,38 25,68 25,79 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Grafik produktivitas hasil tangkapan per trip tahun 2004 dan 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.

5.7 Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan analisis komoditas ikan unggulan, dapat dilihat bahwa alat tangkap yang berperan penting dalam menangkap ikan adalah jaring insang Gambar 9 Grafik produktivitas hasil tangkapan per trip tahun 2004 dan 2006. gillnet. Jaring insang yang dominan adalah jaring insang dasar untuk menangkap ikan demersal. Hasil dapat dijabarkan pada analisis aspek teknis bottom gillnet. 1 Kapalperahu Kapal yang digunakan oleh nelayan adalah kapal bermuatan 3 GT dan motor tempel berkekuatan 15 PK. Perahu terbuat dari fiberglass dengan umur teknis sekitar 10 tahun. Ukuran panjang L 9 m, tinggi B 1,5 m, dan lebar D 1 m. Adapun motor tempel yang digunakan memiliki umur teknis sampai 8 tahun, dengan merek Suzuki dan Daihatsu. Rata-rata nelayan menggunakan merek Suzuki, karena harganya yang lebih murah dibandingkan Daihatsu. Perbaikan kapal dilakukan pada saat kapal mengalami kerusakan, namun rata-rata perbaikan kapal dilakukan 12 kali dalam setahun. Kapal gillnet ini memiliki katir dua buah katir yang terbuat dari bambu dengan ukuran panjang 5 meter dan disertai dengan dua buah paralon fiberglass yang diikatkan pada katir dengan panjang 2,5 meter. Katir digunakan untuk menyeimbangkan kapal pada saat terjadi gelombang yang membuat kapal tetap seimbang. Hasil tangkapan dimasukkan ke dalam tong besar berbahan plastik dengan kapasitas 95 kg. Adapun gambar kapal dapat dilihat pada Lampiran 5. 2 Alat tangkap Bottom gillnet yang digunakan oleh nelayan Kulon Progo terbuat dari bahan PE polyethilene yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna bening. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung ikan yang akan ditangkap. Ukuran mata jaring 4,5 inchi digunakan untuk menangkap ikan bawal Pampus argentus, sedangkan ukuran 5 inchi digunakan untuk menangkap lobster Panulirus sp.. Ukuran per piece 30 m dengan jumlah 13 piece, sehingga panjang bottom gillnet 390 meter. Lebar jaring 4 meter untuk bawal Pampus argentus dan 1,5 meter untuk lobster Panulirus sp.. Tali selambar yang digunakan sepanjang 70 meter dari bahan PE. Bottom gillnet dilengkapi oleh pelampung sebanyak 18 buah per piece untuk bawal Pampus argentus dan 7 buah per piece untuk lobster Panulirus sp.. Terbuat dari plastik dengan bentuk lonjong dan pemberat sebesar 8 ons timah dan ditambah dengan batu seberat 1 kg per piece. Adapun pelengkap lainnya berupa pelampung tanda yang dibuat sendiri dari bahan gabus atau stereofoam. Gillnet yang mengalami kerusakan akan diperbaiki oleh nelayan dengan cara menyambung jaring lama dengan jaring yang baru. Konstruksi alat tangkap gillnet dapat dilihat pada Lampiran 6. 3 Nelayan Nelayan Kabupaten Kulon Progo rata-rata merupakan nelayan sambilan utama. Adapun nelayan utama yang berada di Kabupaten Kulon Progo merupakan nelayan pendatang dari Cilacap yang menetap di sana. Keinginan untuk melaut nelayan Kulon Progo cukup besar, namun terbatas pada keterampilan dan pengetahuan. Adanya nelayan pendatang dapat memberikan pengetahuan tentang operasional penangkapan ikan kepada nelayan setempat. Nelayan gillnet yang melaut setiap kapalnya terdiri dari 2-3 orang dengan pembagian tugas 1 nakhoda dan 2 ABK. Sistem bagi hasil akan menentukan tingkat pendapatan nelayan, baik nelayan juragan maupun ABK. Hasil penerimaan bersih dalam sistem bagi hasil, dibagi menjadi dua yaitu 50 untuk pemilik perahu dan 50 bagian ABK. Bagi hasil ini diperoleh dari penerimaan kotor yang telah dikurangi dengan retribusi dan biaya operasi. Bagian ABK 50 dibagi lagi sesuai dengan jumlah anak buah kapal yang turut melaut, sehingga penerimaan ABK tergantung dari jumlah tenaga kerja yang digunakan. Penerimaan yang diperoleh ABK pada satu unit alat tangkap akan semakin kecil jika tenaga kerja yang bekerja semakin banyak. 4 Metode operasional Metode operasional bottom gillnet terbagi menjadi setting, drifting, dan hauling. Nelayan berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 05.30 WIB untuk melaut pagi hari dan pukul 15.30 WIB untuk melaut pada sore hari. Jarak yang ditempuh oleh nelayan sekitar 2-4 mil dengan kecepatan yang telah ditentukan oleh nakhoda. Setting dilakukan pada pukul 06.30 WIB pada pagi hari dan 16.00 WIB pada sore hari karena daerah penangkapan tidak jauh. Sesampainya di fishing ground, nelayan mengurangi kecepatan kapal dan mulai menurunkan jaring. Penurunan jaring dilakukan di lambung kiri bagian kapal yang diawali dengan penurunan pelampung tanda, kemudian pemberat, pelampung, badan jaring, dan pemberat pada bagian akhir. Setelah itu, jaring yang telah diturunkan diikatkan dengan tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas pada haluan kapal lalu mesin dimatikan. Lama drifting sekitar 1-2 jam. Pada saat penarikan jaring hauling, jaring ditarik oleh nelayan mulai dari pelampung, pelampung tanda, badan jaring, kemudian pemberat. Ikan yang tertangkap dilepas dari jaring kemudian diletakkan ke dalam blong besar yang telah disediakan. Setting dan hauling dalam sekali trip dapat dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah hauling selesai, jaring dirapikan kembali dan mesin pun dinyalakan untuk kembali ke TPI. Pada penangkapan jenis lobster Panulirus sp., jaring dipasang pada pagi atau malam hari dan diambil pada keesokan harinya.

5.8 Analisis Aspek Sosial